
YOUNG WORLD RISING (How Youth, Technology and Entrepreneurship are Changing the World from the Bottom Up)
Rob Salkowitz
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Dana seorang entrepreneur yang sedikit banyak telah sering mendengar tentang munculnya era teknologi yang menggantikan era industri. Banyak orang yang sering menyebut-nyebut bahwa era teknologi ini akan membawa perubahan besar pada model bisnis dan perekonomian.
Tapi, ia masih belum punya gambaran konkret seperti apa era teknologi itu dan bagaimana era ini bisa menggantikan era industri yang telah memajukan peradaban. Ia penasaran, apakah era ini akan berdampak pada bisnisnya? Akankah era ini menguntungkan? Atau justru merugikan? Dan kalau menguntungkan, bagaimana cara memanfaatkan era ini untuk memajukan bisnisnya?
Semua pertanyaan itu mendorongnya untuk membaca buku “Young World Rising: How Youth, Technology and Entrepreneurship are Changing the World from the Bottom Up” karya Rob Salkowitz.
Saat pertama kali membaca judul buku itu, ia berkata dalam hati, “Hmm, sepertinya buku ini akan menjawab.”
Lalu, akankah ia benar-benar menemukan jawaban dalam buku itu? Yuk ikuti petualangan Dana dalam DeRing berikut ini.
Ring 1 - Apa yang dimaksud dengan “Young World” dalam buku ini?
“Young World” alias “Dunia Muda” dalam buku ini berarti sebuah dunia baru di mana kaum mudalah yang menjadi penyokong utama pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. “Dunia Muda” akan menjadi kekuatan ekonomi baru, yang membuka peluang bisnis dengan cara menciptakan pasar-pasar baru dan mendobrak tatanan ekonomi sebelumnya.
Ya, ngomong-ngomong soal kekuatan ekonomi baru, banyak orang yang menganggap bahwa kekuatan itu tidak lain adalah negeri Cina yang sekarang menjadi ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat.
Masuknya Cina dalam persaingan global dianggap akan mengubah peta perekonomian dunia, di mana para pebisnis dan pemerintahan harus mewaspadai dan bisa mengambil peluang dari munculnya kekuatan baru ini.
Tapi, ada beberapa alasan kenapa Cina bukanlah kekuatan baru itu. Pertama, mode ekonomi dan politik Cina di mana perekonomian didominasi oleh negara, yang berarti ekonomi didikte dari atas ke bawah, tidaklah menarik untuk diterapkan.
Kedua, setelah tahun 2016, jumlah penduduk berusia produktif di Cina menurun tajam dan bahkan pada tahun 2030 diperkirakan mayoritas penduduk Cina berusia 65 tahun ke atas dan 15 tahun ke bawah. Sedangkan penduduk usia produktif justru menjadi minoritas kecil. Di Ring selanjutnya, kita akan bahas kenapa ini menjadi hambatan besar bagi Cina dan negeri-negeri maju lainnya seperti Amerika Serikat, Kanada, jepang, dan berbagai negeri di Eropa.
Ketiga, Cina tidaklah terbuka pada teknologi sosial. Padahal, perekonomian hari ini sangat bergantung pada teknologi ini. Di Ring berikutnya juga, kita akan bahas lebih detail bagaimana keterbukaan terhadap teknologi digital sangat berpengaruh pada perekonomian.
Hal yang perlu diingat, “Dunia Muda” tidaklah muncul di negara-negara maju dan pusat-pusat perekonomian dunia seperti Amerika Serikat, Cina, Rusia, maupun negeri-negeri Eropa. “Dunia Muda” justru hadir di negeri-negeri yang kurang berkembang seperti India, Brazil, Filipina, negeri-negeri di Afrika, negeri-negeri di Amerika Latin, dan...kabar baiknya, Indonesia.
Penasaran bagaimana kaum muda dan teknologi menjadi penyokong utama perekonomian? Yuk lanjut ke Ring berikutnya.
Ring 2 - Bagaimana kaum muda dan teknologi bisa menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan?
Demografer dari Harvard David Bloom menjelaskan bahwa tingginya jumlah kaum muda, yakni penduduk berusia produktif (usia yang paling produktif untuk bekerja) menjadi salah satu faktor yang meningkatkan perekonomian Jepang pada tahun 1970an, perekonomian Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan pada tahun 1980an, dan perekonomian Cina hari ini.
Alasan kenapa peran kaum muda sangat vital adalah karena kaum mudalah yang memiliki energi terbesar untuk bekerja produktif dan menciptakan lebih banyak kekayaan. Semakin tinggi jumlah kaum muda dibanding penduduk berusia senior memberikan keuntungan yang lebih besar bagi sebuah negara, karena kaum muda (dan negara) tidak perlu banyak menanggung beban pensiun generasi sebelum mereka.
Kaum muda adalah juga kelompok pencetak entrepreneur. Ketika mengejar ide mereka sendiri, seorang pemuda akan lebih sedikit memikirkan mengenai kerugian dan dengan semangatnya mereka akan lebih cepat untuk bergerak maju. Penelitian pun menunjukkan bukti bahwa inovator-inovator terbaik berada pada usia 20 hingga 30-an.
Dan, keuntungan ini bahkan jauh lebih relevan hari ini di mana teknologi informasi & komunikasi telah tersebar di seluruh dunia dan menggeser perekonomian berbasis industri ke perekonomian berbasis pengetahuan alias knowledge economy.
Ekonomi pengetahuan adalah rangkaian industri dan pekerjaan yang bergantung pada produksi, distribusi, dan konsumsi informasi. Ini termasuk industri teknologi informasi dan komunikasi seperti hardware komputer, industri software, benda-benda elektronik, telekomunikasi, dst. Ini juga mencakup industri hiburan, media massa, jasa profesional, dan jasa keuangan.
Ekonomi ini telah menjadikan sektor-sektor era industri seperti sektor manufaktur, logistik, industri ekstraksi (seperti pertambangan, energi, dan pertanian) bergantung pada sistem IT dan dan sebagai pasar baru bagi perekonomian pengetahuan. Begitu juga dengan industri-industri yang berkembang di abad 21 seperti bioteknologi, nanoteknologi, robotik, energi alternatif, dst.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa salah satu aspek dari teknologi informasi yakni broadband membawa dampak terhadap peningkatan kapital manusia (human capital), sebuah kondisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi.
Dalam sebuah studi tahun 2006 terhadap 27 negara maju dan 66 negara berkembang, ekonom George Clarke dan Scott Wallsten menemukan bahwa peningkatan 1% jumlah pengguna internet berkorelasi terhadap peningkatan jumlah ekspor dari negara berpenghasilan rendah ke negara berpenghasilan tinggi sebesar 3.8%.
Peningkatan seperti ini dimungkinkan dengan:
1. Semakin menyempitnya gap informasi
Melalui internet, entrepreneur memiliki akses pada berbagai informasi yang penting bagi bisnis seperti, informasi dan strategi bisnis terkini, informasi tentang pengalaman perusahaan-perusahaan yang lebih mapan yang bisa membantu perusahaan-perusahaan baru menghindari kesalahan pendahulunya dan menghasilkan profit melalui best practice.
2. Otomasi koneksi sosial
Jaringan sosial online membuat orang semakin mudah untuk saling berhubungan. Jaringan online juga menghubungkan manusia dengan berbagai sumber daya dari berbagai penjuru dunia yang berguna untuk bisnis mereka. Ini menciptakan kesempatan bagi entrepreneur muda dan pencari kerja. Jaringan-jaringan ini mengotomatiskan kerja keras untuk membangun dan memelihara hubungan, menemukan orang-orang yang berbakat, menemukan sponsor dan mentor, menyebarkan rekomendasi, dst.
3. Mengurangi kebutuhan terhadap modal uang untuk model bisnis tertentu
Dalam ekonomi informasi global, pengetahuan dan bakat menjadi lebih bernilai bagi bisnis kecil dibanding modal fisik (uang). Bisnis yang sukses bisa dibangun hanya dengan ide dan koneksi internet.
Singkatnya, teknologi informasi telah menghapus halangan dalam berbisnis seperti kurangnya modal, infrastruktur jalan dan komunikasi.
Dan, kaum muda yang hari ini didominasi oleh generasi milenial adalah yang paling melek teknologi informasi & komunikasi. Oleh karena itu, merekalah yang paling mampu mengambil peluang dari kemajuan teknologi informasi & komunikasi; Merekalah yang paling berperan menggerakkan perekonomian hari ini.
Ring 3 - Apakah Indonesia termasuk negara yang menikmati “Young World”?
Di Ring 1 sudah sedikit disinggung bahwa “Dunia Muda” justru muncul bukan di negara-negara maju melainkan di negara-negara yang kurang berkembang, termasuk Indonesia.
Jadi, jawabannya, ya, Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi pusat kekuatan baru ini.
Pertanyaannya, kok bisa?
Jadi barusan sudah dikatakan bahwa kaum muda dan teknologi (informasi & komunikasi) berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.
Nah, negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Cina, Rusia, dst telah menikmati keuntungan tingginya jumlah kaum muda ini di periode sebelumnya. Ini meningkatkan taraf hidup penduduk negara-negara tersebut.
Tapi justru peningkatan taraf hidup ini, juga terlibatnya kaum perempuan dalam industri, membuat angka kelahiran anak dan angka kematian lansia berkurang. (Tingginya taraf hidup dan pesatnya industrialisasi membuat orang lebih mengutamakan kualitas dibanding kuantitas anak, yang mendorong mereka untuk membatasi jumlah anak mereka). Hal ini membuat jumlah lansia lebih besar dibanding jumlah kaum mudanya (penduduk berusia produktif).
Celakanya, justru di era sekarang pasokan kaum muda yang besar sangat diperlukan karena eranya telah berubah. Sekarang adalah era ekonomi pengetahuan yang berdasar pada teknologi informasi & komunikasi. Dan, generasi yang paling siap dengan era ini adalah kaum muda, yang kebetulan didominasi oleh kaum milenial. Sedangkan di negara-negara maju, kaum muda ini sekarang berkurang drastis akibat peningkatan taraf hidup masyarakatnya seperti yang barusan dijelaskan.
Situasinya berbeda dengan yang terjadi di negara-negara kurang berkembang seperti India, negeri-negeri Afrika, negeri-negeri Amerika Latin, dan negeri-negeri Asia tenggara termasuk Indonesia.
Berkebalikan dengan negara-negara maju, jumlah penduduk usia produktif milenial jauh lebih besar dibanding jumlah penduduk usia lanjut dan anak-anak. Ini adalah komposisi yang sangat ideal untuk menyambut era teknologi informasi.
Ring 4 - Bagaimana saya sebagai pebisnis bisa mengambil peluang dalam “Dunia Muda” ini?
Untuk bisa mengambil peluang dalam “Dunia Muda”, Anda perlu mengetahui karakter kaum muda milenial sebagai penyokong utama dunia baru ini.
Kolaboratif dan sosial
Kaum milenial gemar berbagi informasi dan berorientasi pada tim, dan lebih memilih untuk bekerja secara kelompok.
Pengharapan yang tinggi
Kaum milenial menuntut transparansi, integritas, dan tanggung jawab dari institusi, pemerintahan, pemilik usaha, dan dari satu pihak ke pihak lainnya.
Terpacu oleh timbal balik
Sejak kecil, para milenial menerima perhatian dan pengakuan konstan akan bakat dan prestasi mereka. Ketika usia mereka telah menuju awal kedewasaan, mereka terus mencari figur otoritas yang bisa dijadikan sebagai pembimbing atau penasihat.
Penasaran
Para Millenial mengamati dengan seksama dan teliti akan protes yang diajukan pihak yang mempekerjakan mereka, pemerintah, dan penyedia barang atau jasa yang mereka terima; mereka pun kerap mencari tahu hubungan antara kegiatan dalam hidup mereka dengan tujuan sosial yang lebih tinggi.
Penyesuai dan peneliti
Para Millenial dikenal dengan orang-orang yang kerap menyesuaikan segala sesuatu dari telepon seluler mereka hingga apa yang ada di tubuh mereka, dan merupakan sekumpulan orang yang memiliki kultur menyenangkan.
Ikatan yang disamarkan
Para milenial mencampur-adukkan kehidupan pribadi dengan kehidupan personal mereka pada hingga pada tingkat yang cukup signifikan. Mereka jarang menggunakan dan memahami sumber otoritas atau divisi yang digunakan oleh para pendahulu mereka.
Rasa urgensi
Para Millenial adalah sebuah generasi yang agak terburu-buru, mengenai karir mereka, hasrat mereka untuk bermanfaat bagi masyarakat, dan sudut pandang mereka akan masalah dunia, seperti kemiskinan, lingkungan, pengikisan energi, dan kebebasan berpolitik baik dalam skala global maupun lokal.
Karakter-karakter ini menghadirkan beberapa pertanyaan dalam pencarian jati diri mereka, di antaranya adalah:
- Kenapa kita harus membentuk pembatas antara kehidupan personal kita dengan pekerjaan? --padahal, pada kenyataannya, semua itu terhubung satu sama lain dan saling menguatkan
- Kenapa kita perlu melalui berbagai lapisan manajemen dan struktur organisasional ketika kita bisa terhubung langsung dan segera kepada para ahli atau para pembuat keputusan?
- Kenapa kita perlu bekerja di kantor, jika kita bisa tetap produktif di dalam rumah atau di kedai kopi?
- Kenapa kita perlu berkomitmen pada tujuan yang lebih besar yang diusung oleh mereka yang mempekerjakan kita atau oleh para pemerintah, ketika kita telah mengetahui dengan pasti bahwa para institusi tidak pernah menghargai prinsip yang mereka telah tetapkan?
- Kenapa saya harus merasa mapan akan berbagai hal dalam kehidupan saya, ketika begitu banyak peluang yang masih terbuka di hadapan saya?
Berbagai organisasi yang ingin tetap bertahan dan maju di zaman ini, perlu menyeimbangkan dan mengakomodir pertanyaan-pertanyaan ini dengan para pelanggan dan investor yang mungkin masih konvensional dan bersikap tradisional.
Kaum milenial adalah kebalikan dari budaya dan praktik kerja tradisional, namun jika organisasi bisa menemukan cara untuk merangkul dan mengembangkan mereka, maka organisasi tersebut akan memperoleh produktivitas, keterikatan, dan loyalitas yang lebih tinggi dari yang pernah mereka miliki selama ini.
Ekonomi pengetahuan membutuhkan seseorang yang memahami bagaimana menggunakan sebuah perangkat lunak dan alat-alat informasi lainnya--yang mana bisa sangat kompleks--dan menguasai aturan implisit yang membuatnya bisa berfungsi dalam bisnis.
Agar bisa mengikat bakat dalam Dunia Muda, organisasi-organisasi yang ingin maju perlu mempertimbangkan: memastikan apakah secara pendidikan dan kemampuan, bakat yang ditemukan sesuai dengan permintaan yang akan datang; mengetahui bagaimana cara terbaik bersaing dengan bakat-bakat tersebut; dan bagaimana cara untuk beradaptasi dan menghadirkan kultur organisasional yang tepat agar dapat memperoleh kemampuan optimal dari bakat-bakat yang ditemukan.
Berikut ini beberapa strategi agar bisa terikat dengan bakat dalam Dunia Muda:
- Bekerjasama dengan institusi lokal untuk membangun kemampuan berdasarkan pengetahuan
- Berinvestasi pada kesetiaan, bukan hanya pada kemampuan mentah
- Terhubung dengan jaringan bakat
- Menjalin ikatan pada komunitas ekspatriat
- Cari dari segala tempat
Tantangan bagi perusahaan yang telah berdiri dan berkembang di dunia yang lebih tua adalah menyesuaikan diri pada lingkungan bisnis global, di mana inovasi dan praktek bisnis yang canggih mengalir dari pusat ke segala sisi. Selain itu, mereka juga harus beradaptasi pada situasi dimana pengetahuan bisa datang dari berbagai tempat dan mengalir ke berbagai arah.
Seluruh organisasi bisa mempersiapkan diri terhadap skenario seperti ini dengan mengembangkan model rekanan untuk dunia multipolar, di mana rekanan ini bukan semata-mata menyediakan penyedia dan pendukung pelayanan rendah biaya, namun juga memiliki kontribusi yang sama dalam hubungan bisnis timbal balik.
Komunitas dunia maya bisa menjadi suatu komunitas produktif sekaligus kreatif dalam dunia Muda. Ketika bisnis dalam Dunia Tua dan pada generasi pra-digital berjuang menemukan cara untuk mengadaptasi praktek mereka yang telah berjalan pada model jaringan digital, perusahaan Dunia Muda menggunakan jaringan digital sebagai dasar mereka berdiri.
Ketika perusahaan Dunia Muda membutuhkan bantuan untuk promosi atau informasi, menemukan sumber daya, mengukur proses dan kemajuan mereka, atau untuk memperoleh pengetahuan, maka mereka akan mencarinya pertama kali di dalam komunitas dunia maya. Jika komunitas yang mereka butuhkan tidak ditemukan, maka mereka akan membentuknya sendiri.
Inilah yang membuat para pemain kecil bisa dan mampu untuk bersaing dengan perusahaan yang jauh lebih besar, pesaing yang jauh lebih memiliki sumber daya pendukung yang lengkap, dan membuat perusahaan baru bisa muncul dari tempat yang tidak terduga dan melawan perusahaan yang telah berdiri sebelumnya.
Rob Salkowitz, merupakan seorang penulis, pembicara, dan seorang konsultan yang berfokus dalam bidang generasi Millenial secara global dan dampak kehadiran mereka terhadap dunia. Beliau merupakan salah seorang rekan pendiri dari MediaPlant LLC, yaitu perusahaan komunikasi digital yang berbasis di Seattle, di mana beliau menjabat sebagai Direktur of Strategy dan Content Development.
Demikianlah jawaban yang ditemukan oleh Dana. Sekarang, dia sudah memiliki gambaran tentang apa itu “Dunia Muda” dan bagaimana mengambil peluang di era baru ini.
Berikut adalah beberapa catatan poin-poin penting yang ia susun mengenai buku “Young World Rising”:
- Seperti judulnya, “Young World” berarti sebuah dunia baru di mana generasi mudahlah yang memiliki peran besar dalam pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan (baik lokal maupun global)
- “Dunia Muda” muncul justru di negeri-negeri yang kurang berkembang karena komposisi demografis di negeri-negeri itu yang jumlah kaum mudanya adalah mayoritas.
- Di “Dunia Muda” ini, perekonomian berbasis industri tergantikan oleh perekonomian berbasis pengetahuan, yang dimungkinkan dengan teknologi informasi dan komunikasi
- Peran kaum muda menjadi berkali lipat lebih penting di “Dunia Muda” karena kaum mudalah (yang kebetulan didominasi oleh kaum milenial) yang paling melek teknologi informasi.
- Untuk bisa mengambil peluang di “Dunia Muda”, pertama-tama perusahaan saya perlu menyesuaikan prosedur/cara kerja dengan karakter kaum milenial, kedua perlu memberikan training dan edukasi yang berkaitan dengan skill-skill yang diperlukan di “Dunia Muda”.
Demikianlah, semoga kisah ini bermanfaat untuk Anda. Sampai jumpa di DeRing selanjutnya.
Rekomendasi Baring Lainnya
