WHAT’S YOUR STORY? – Using Stories to Ignite Performance and Be More Successful
Craig Wortmann
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
ring 6
-
ring 7
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Hari ini terjadi sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan Raski. Bagaimana tidak, ia baru saja ditunjuk sebagai pemimpin terbaru divisi tempatnya bekerja saat ini. Padahal, di antara rekan kerjanya yang lain ia merasa dirinya adalah yang paling tidak mungkin dipilih. Ini karena ia merasa memiliki kekurangan terbesar sebagai seorang pemimpin, yaitu kurang luwes dalam berinteraksi dengan orang lain.
Sepanjang hari, Raski merasa begitu tegang dan stress. Ia membayangkan hal-hal yang akan terjadi jika ia menjadi pemimpin dengan kekurangannya tersebut. Namun, ia pun sadar ini adalah sebuah kesempatan besar bagi jenjang karirnya. Karena itu ia merasa sangat kebingungan.
Setelah sore, dan hampir mendekat waktu pulang kerja, Raski pun tidak tahan dan segera menghadap ke manajer yang menunjuknya tadi. Ia mengungkapkan semua keraguannya pada manajernya tersebut, dan betapa ia sebenarnya tidak ingin melewatkan kesempatan ini juga.
Di tengah mendengarkan keluh kesah Raski, Manajernya tersebut mengambil smartphonenya dan mengerjakan sesuatu di sana. Raski yang sebenarnya merasa sedikit diacuhkan dengan tindakan manajernya tersebut pun segera mengakhiri keluh kesahnya.
Tak lama kemudian, smart phone Raski berbunyi menandakan ada sebuah notifikasi. Manajernya meminta Raski untuk segera membukanya. Dengan bingung, Raski pun membukanya dan semakin bingung begitu melihat ada kiriman ebook berjudul What’s your Story, karya penulis Craig Wortmann.
Raski diminta untuk mempelajari buku tersebut agar ia paham bagaimana bisa berkomunikasi dan menjadi pemimpin yang menginspirasi. Mendengarnya, Raski pun berterimakasih dan berjanji untuk mempelajari secepatnya.
So, insight apa yang didapatkan Raski dari buku tersebut? Mari kita simak di Baring berikut ini.
Ring 1 - Apa Fungsi Bercerita?
Teknik bercerita merupakan bentuk terlama dari komunikasi. Selain itu, bercerita juga merupakan sebuah teknik yang terus berkembang di dalam lingkungan kita yang penuh dengan informasi. Teknik ini biasa dipakai untuk mengirim pesan, menghubungkan satu orang dengan orang lain, membawa gagasan-gagasan baru dalam hidup dan mengubah gagasan atau ide tersebut menjadi tindakan yang bermakna.
Teknologi telah membantu kita untuk mengidentifikasi makna dan nilai dari informasi. Namun sayangnya, kita belum dapat mendefinisikan nilai tertinggi dari seluruh informasi yang datang ke diri kita. Semua itu diyakini semata-mata karena kita tidak memiliki sistem yang baik.
Cerita membawa informasi ke dalam hidup kita dan membuatnya tampak mungkin untuk dilakukan, mudah diingat, dan dapat terjadi dalam kehidupan kita. Cerita membawa kembali konteks, warna, perasaan, serta makna dari apa yang kita kerjakan.
Dengan menunjukkan bagaimana menggapai sukses dan di mana saja terletak lubang-lubang yang dapat mengakibatkan kejatuhan dan kegagalan, cerita membantu orang untuk memahami rasanya berada di dalam situasi tersebut. Selain itu, cerita memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar meneladani keputusan orang lain.
Terdapat dua buah unsur yang dapat membuat cerita menjadi sebuah alat yang cukup kuat, yaitu: manfaat dan makna. Dalam tiap organisasi banyak alat yang dapat digunakan, namun tidak ada yang mengandung kedua unsur tersebut sekaligus. Biasanya mereka hanya memiliki salah satu unsur.
Cerita tidak akan sia-sia. Karena manfaat serta makna yang dikandungnya akan tertinggal lama, walaupun orang yang menceritakannya sudah tidak di sana. Para tokoh yang telah menjadi legenda, memiliki manfaat, yang bahkan, setelah nama mereka mulai dilupakan, manfaat mereka masih terasa.
Tidak seperti alat-alat lainnya, cerita merupakan alat yang alami. Mereka ada di dalam tindakan dan perilaku tiap organisasi. Seperti dengan negara-negara yang mengolah dan memanfaatkan sumber daya alamnya, maka para pemimpin pun harus dapat memanfaatkan cerita untuk kelangsungan dan perkembangan organisasinya.
(Merupakan tanggung jawab seorang pemimpin untuk mampu menafsirkan pengalaman pribadinya menjadi sebuah cerita.)
Ring 2 - Siapa yang Bertanggung Jawab Terhadap Pengelolaan Informasi?
(Jadilah sumber dari kisah. Ini merupakan cara terbaik untuk meraih kesuksesan dan juga merupakan cara hidup yang terbaik pula.)
Dalam bisnis dan kehidupan, kita biasanya lebih cenderung berorientasi pada poin-poin inti (bits and bullets). Poin-poin inti merupakan data dan fakta. Poin-poin inti akan efektif dalam proposal atau informasi yang harus dikemukakan dengan jelas, padat dan singkat.
Terkadang, hidup semakin terasa seperti sebuah infomercial (iklan di televisi yang memberikan informasi lengkap dengan durasi lebih dari 5 menit) yang merupakan kumpulan dari serangkaian poin-poin penting. Apalagi, dengan kehadiran teknologi yang semakin lama semakin maju, kini poin-poin penting semakin mudah untuk diakses, sehingga kita pun terhanyut dalam aliran derasnya orientasi terhadap poin-poin penting.
Karena itulah, kini kita, para pemimpin, memiliki tanggung jawab yang sangat berat. Kita harus mampu menafsirkan informasi-informasi, mengkomunikasikannya pada orang-orang, sekaligus membawa organisasi kita meraih tujuannya. Kita menjadi perantara atau mediator dari informasi.
Para pemimpin menghabiskan waktu untuk membuat dan menjadi perantara dari informasi, namun mereka sering lupa untuk keluar dari kepungan informasi tersebut dan menanyakan satu hal penting, “Bagaimana cara yang terbaik bagi saya dalam mengkomunikasikan semua ini?” Kurangnya memikirkan hal ini, dapat mengakibatkan informasi yang dihasilkan dan disebarkan pada orang lain hanya merupakan poin-poin penting saja.
(Untuk memberikan informasi seperti peraturan atau prosedur, maka rangkaian poin-poin penting merupakan cara yang paling efektif; namun, jika kita mengharapkan orang lain mendapatkan kemampuan baru atau menunjukkan kemampuan terbaik mereka dalam meraih serangkaian tujuan, maka cara terefektif adalah dengan bercerita.)
Kita harus mampu menyadari bahwa informasi yang terus mengalir secara konstan, yang mana selalu disertai dengan segala macam interupsinya, harus diolah dan dikelola secara proaktif, agar kita dapat menyelesaikan suatu hal dengan baik.
Sebagai pemimpin, telah menjadi tanggung jawab kita untuk menyaring informasi yang datang bertubi-tubi ke orang-orang kita. Menyaring di sini maksudnya adalah seperti melindungi orang lain dari mencampuradukkan informasi yang tidak penting, tidak bermakna dan bukan prioritas.
Terdapat tiga buah kemampuan utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar dapat mencapai kesuksesan:
- Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah melakukan perilaku dan tindakan yang Anda harapkan orang lain lakukan. Yaitu, memberikan lingkungan dan suasana yang dapat membuat orang lain merasa aman untuk mengambil keputusan, berbuat salah, dan berusaha untuk menjadi yang terbaik. - Penjualan
Para pemimpin harus mampu menjual keputusan, pandangan, dan teladannya kepada orang lain. - Memotivasi
Pemimpin harus dapat memotivasi orang lain untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik. Pemimpin tidak dapat mengendalikan tindakan orang lain. Yang dapat pemimpin lakukan hanyalah, memberikan konteks dalam tiap pekerjaan dan memberikan cerita, bimbingan dan alat-alat untuk menggapai tujuan.
(Performa dari sebuah organisasi bergantung pada seberapa baik pemimpinnya berkomunikasi.)
Ring 3 - Bagaimana Mengelola Informasi Secara Efektif?
Kita biasanya lebih terfokus pada memilih alat dan sistem apa yang kita butuhkan. Padahal, seharusnya kita lebih memperhatikan dan mencari tahu bagaimana alat tersebut dapat membantu kita berkomunikasi dan bekerja dengan lebih baik lagi.
Sebagian dari alat yang kita miliki lebih cenderung memisahkan daripada menyatukan kita. Karena sebagian dari alat tersebut dapat membuat kita senang dan merasa cukup puas dengan diri dan kinerja kita sendiri, dan dapat membuat kita lupa akan sesuatu yang memberikan kita kesenangan dan semangat yang sesungguhnya, yaitu: bersosialisasi dan belajar dari orang-orang di sekitar kita.
Hal ini bukan berarti kita kurang dalam berinteraksi. Justru kini, kita berinteraksi lebih sering dari yang pernah dilakukan orang-orang sebelum generasi ini. Yang kurang kita dapatkan adalah kesempatan untuk berbagi cerita, dan itulah yang harus kita ubah.
Karena itulah, kini kita harus lebih memahami kisah kita, dan mencari kesempatan untuk mengeluarkannya melalui komunikasi kita. Inilah cara paling efektif untuk mengelola segala informasi yang kita miliki dan meningkatkan kinerja kita.
Ring 4 - Kendala Apa yang Biasanya Dihadapi Pemimpin dalam Mengelola Informasi?
Ketidakmampuan kita untuk menghadapi derasnya aliran informasi, diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya dan tersebarnya kelainan yang dikenal dengan “story deficit disorder” atau yang biasa disebut dengan SDD.
Seperti kelainan kurangnya perhatian (ADHD atau ADD), SDD menyebabkan seorang pemimpin beralih dari satu komunikasi atau tugas, kepada komunikasi atau tugas lain, tanpa memperhitungkan dan mempertimbangkan dampaknya terhadap diri, organisasi dan orang lain.
SDD mengakibatkan orang-orang sekitar kita menjadi enggan untuk memperhatikan apa yang kita utarakan, sehingga nilai dan makna yang terkandung dalam informasi yang kita bawa, tidak dapat mereka terima. Dan jika pemimpin tidak mampu meraih perhatian orang lain terutama para bawahannya, maka organisasinya berada di dalam ambang kehancuran.
Karena kehidupan memaksa kita untuk bergerak dan bekerja dengan cepat, maka kita harus menyempatkan diri dan menyisakan sebagian dari waktu kita untuk mencerna informasi yang datang. Sehingga, kita dapat membedakan mana yang harus kita tafsirkan menjadi poin-poin penting, dan mana yang kita olah menjadi sebuah cerita.
Semakin cepat kita menyadari bahwa orang-orang akan merasa bosan jika hanya diberikan poin-poin inti saja secara terus menerus, maka kita akan semakin menjadi pemimpin yang lebih baik. Karena kepemimpinan adalah mengenai pengaruh, Bahkan, hidup itu sendiri adalah mengenai pengaruh.
Pemimpin biasanya membuat dua buah kekeliruan dalam berasumsi, yang mana dapat menyebabkan kerugian bagi mereka. Pertama, mereka mengasumsikan bahwa karyawan mereka terdiri dari orang-orang yang rasional, tanpa emosi, dan berpikir analitis dalam bidang yang disebut dengan bisnis ini. Namun, pada kenyataannya, orang-orang datang dari latar belakang, sifat, sikap, perilaku dan sistem keyakinan yang berbeda-beda.
[Tiap orang menginginkan hal yang berbeda dengan orang lainnya. Dan tidak ada di antara kita semua yang menafsirkan informasi dengan cara yang sama, karena pandangan dan ideologi kita berasal dari pengalaman pribadi kita masing-masing. ]
Kedua, pemimpin biasanya mengasumsikan bahwa informasi yang diberikannya adalah informasi yang mudah untuk diterima dan dicerna oleh orang lain, dan dapat cepat dieksekusi oleh para karyawan. Satu hal yang membuat para pemimpin gagal untuk mengkomunikasikan sesuatu hal yang sederhana, adalah karena hal tersebut sesungguhnya tidaklah sesederhana itu.
Hal yang tidak begitu sederhana butuh untuk dipikirkan dengan lebih matang, disosialisasikan, baru dikerjakan. Bahkan, untuk hal sederhana pun, seharusnya butuh waktu untuk didiskusikan, dipertimbangkan, disosialisasikan, baru dikerjakan.
Jika kesuksesan kita di dalam kehidupan dan di dalam bisnis, bergantung pada seberapa baik kita mempengaruhi orang lain, maka akan lebih baik jika kita dapat memahami seberapa baik pendekatan kita terhadap orang lain. Di sinilah saat di mana cerita mulai memiliki daya tarik dan mendapatkan peran yang cukup kuat.
Ring 5 - Apakah Mempelajari Cerita Berarti Kita Mempelajari Studi Kasus?
Saat ini, cerita sedang berada dalam masa peralihan, dari yang sebelumnya dirasakan terlalu sederhana atau terlalu lembut untuk bisa dipakai dalam bidang bisnis, menjadi suatu hal yang cukup dipertimbangkan sebagai alat kepemimpinan yang efektif.
Karena kini cerita telah memiliki daya tariknya sendiri dan telah terbukti dapat meningkatkan performa bisnis, maka terkadang ada yang menganggapnya sama dengan studi kasus. Sedangkan, pada kenyataannya, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara keduanya.
Perbedaan antara cerita dengan studi kasus, serupa dengan perbedaan cerita terhadap narasi. Narasi merupakan penjelasan dari rangkaian kejadian atau tindakan yang terjadi pada seseorang atau pada sesuatu.
Sedangkan cerita adalah narasi yang dilapisi oleh unsur-unsur yang dapat membuat orang lain peduli terhadap tindakannya, seperti: membuat orang menjadi terhanyut, terbawa emosi, dan mungkin juga membuat orang paham akan makna kehadiran tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.
Ring 6 - Cerita seperti apakah yang mampu menginspirasi orang lain?
Cerita yang dapat menginspirasi orang lain adalah cerita yang terkoneksi dengan inti dari nilai dan makna yang kita tuju.
Cerita biasanya terhubung dengan emosi dalam diri kita—hal yang tidak dimiliki oleh rangkaian poin. Emosi merupakan komposisi alamiah sebuah cerita, terutama ketika terdapat penokohan di dalam cerita tersebut.
Ada sebagian dari para pemimpin yang tidak merasa nyaman dengan unsur emosi di dalam sebuah cerita. Karena itu, biasanya mereka mencoba untuk mengabaikan dan tidak menghadirkan unsur emosi di dalam ceritanya, maka akibatnya adalah cerita yang dikomunikasikannya menjadi datar. Ceritanya tidak lagi terdengar nyata.
Sedangkan, jika di dalam cerita yang ingin dikomunikasikan oleh seorang pemimpin, terkandung unsur emosi, maka orang-orang yang mendengarnya akan menjadi tertarik, karena mereka merasa tidak pernah mendapatkan hal tersebut di dalam bidang bisnis. Cerita tersebut dapat lebih mudah mereka pahami, karena dengan adanya unsur emosional itu, mereka terhubung dengan makna dan nilai dari cerita tersebut.
Karena cerita merupakan bentuk komunikasi timbal-balik, maka seorang pemimpin perlu memperhatikannya dengan penuh fokus. Dengan memperhatikan cerita dengan penuh fokus, kita dapat mempertanyakan, mengklarifikasi, dan mengkonfirmasi seluruh makna yang terkandung di dalam cerita tersebut, sehingga kita dapat mengkomunikasikannya dengan efektif dan tepat sasaran.
(Salah satu dari tantangan yang mulai disadari oleh para pemimpin adalah menunjukkan bahwa dirinya ada, hadir di sana dan tidak hanya memberikan perintah.)
(Saat para pemimpin membuat dan memberikan cerita-cerita, maka secara otomatis terciptalah konteks.)
Konteks adalah hal yang tidak kita temui di dalam rangkaian poin. Dan konteks adalah hal yang dapat membuat kita mudah untuk memahami. Karena cerita dapat mewakili kerumitan hidup kita—dan itulah alasan kenapa kita akan lebih tertarik dengan cerita dibandingkan rangkaian poin penting saja— maka jika konteks tidak terdapat dalam sebuah cerita, orang-orang akan meremehkan makna ceritanya.
Konteks membuat orang dapat memahami bagaimana menghubungkan kisah yang terpecah-pecah menjadi satu kesatuan, dan konteks pun dapat membuat orang memahami bagaimana keputusan dibuat. Fakta yang dibeda-bedakan dapat membuat para pendengar kesulitan dalam mengidentifikasi mana yang sesungguhnya benar-benar penting, karena semuanya tampak penting.
Salah satu alasan yang dapat membuat orang jenuh dan penat dalam pekerjaannya, bukanlah karena pekerjaannya yang terlalu sulit atau terlalu sibuk. Namun, semata-mata adalah karena mereka tidak menemukan cerita yang baru. Kerja keras dan kesibukan mereka telah berlangsung lama dan telah menghasilkan kemajuan serta peningkatan kualitas kinerja mereka.
Jika kita langsung mengutarakan apa yang harus diketahui oleh orang lain, maka kita menghilangkan koneksi kita terhadap mereka. Cerita diciptakan untuk mengikat orang dengan rasa penasaran akan apa makna yang terkandung di dalamnya dan ke mana cerita ini akan mengarah.
Selain itu, cerita juga dibuat untuk memberi kesempatan orang lain berpikir dan memutuskan dengan pandangan dan pikirannya sendiri. Kemudian, setelah kita mendengar keseluruhan ceritanya, maka jika terjadi perbedaan pandangan, kita akan dapat menghargai dan lebih mudah memahaminya.
Sebagai pemimpin, merupakan tanggung jawab kita untuk memberikan dan menciptakan cerita yang membuat orang lain berkembang, santai, senang, dan tetap memberikan performa terbaik, baik itu dalam kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan profesionalnya.
Cerita juga dapat menunjukkan bagaimana kegagalan dapat terjadi dan dalam bentuk seperti apa ia akan hadir. Banyak orang yang jika mereka mendengar cerita tentang kegagalan, mereka akan dapat melihat diri mereka di dalam cerita tersebut.
Di luar dari pelajaran yang terkandung di dalamnya, cerita mengenai kegagalan memiliki manfaat yang lebih besar. Cerita ini menunjukkan kekuatan dalam bertindak jujur, berani, dan otentik—dan kekuatan tersebut berlipat ganda dengan adanya proses perpindahan dari si pencerita kepada si pendengar.
(Orang-orang tidak butuh fakta yang baru, mereka membutuhkan cerita baru.)
Ring 7 - Apakah Setiap orang bisa Terinspirasi Hanya dengan Satu Cerita yang Sama?
Proses pengolahan cerita yang didengarkan berbeda antara anak kecil dengan orang dewasa. Karena belum memiliki pengalaman yang banyak, maka anak kecil menerima cerita yang datang kepadanya, seperti kain yang menyerap air. Mereka menangkap segalanya tanpa ada proses seleksi.
Sedangkan pada orang dewasa, yang mana memiliki banyak pengalaman dari kehidupan sebelumnya, lebih memilih apa yang mereka dengarkan. Jika cerita yang datang padanya bertentangan dengan apa yang telah ia ketahui sebelumnya, biasanya mereka membuang dan mengabaikan informasi yang ada di dalam cerita itu.
Karena sebagian besar cerita melibatkan lebih dari satu tokoh, maka para pendengar mendapatkan kesempatan untuk mempelajari dan melihat berbagai macam pandangan dan pendapat dalam sebuah tantangan. Dengan demikian, pendengar diajak untuk berpikir di luar kebiasaan dan mencoba menjalani pandangan orang lain. Proses berpikir seperti itu dapat memberikan pemahaman, pemikiran yang terstruktur, dan komitmen.
Cerita sesungguhnya yang mengandung keberhasilan dan kegagalan, dapat menyelamatkan suatu organisasi dari rumor dan gosip negatif.
Tentu saja, cerita tidak dapat menjadi jalan terbaik dalam tiap tantangan yang ada. Terkadang beberapa tantangan dapat diatasi dengan rangkaian poin penting. Agar kita dapat mengetahui alat mana yang harus kita pakai ketika suatu tantangan datang menghadang, maka kita harus terlebih dahulu memahami perbedaan antara komunikasi tingkat tinggi dengan komunikasi tingkat rendah.
Seorang pemimpin melakukan komunikasi tingkat tinggi jika dia menuntut sebuah tindakan atau perilaku yang melibatkan perubahan signifikan terhadap sesuatu yang biasanya dikerjakan. Selain itu, berusaha untuk meningkatkan kemampuan, mendukung projek yang diberikan, atau memberikan dampak pada pelanggan maupun klien.
Sedangkan, komunikasi tingkat rendah adalah ketika konten yang terkandung sebagian besar merupakan informasi, atau berkenaan dengan masalah infrastruktur, seperti peraturan, prosedur, dan penyesuaian.
Craig Wortmann, merupakan pengusaha dan telah tiga kali menjabat sebagai CEO yang berbicara dan memotivasi pendengar di seluruh dunia dengan topik Wirausaha, Penjualan, Cerita dan Kepemimpinan. Beliau juga merupakan pendiri dan CEO dari Sales Engine.
Raski pun kini paham apa yang perlu dilakukannya untuk bisa menjadi pemimpin yang menginspirasi. Beberapa hal yang dicatatnya dari buku ini antara lain:
- Cerita membawa informasi ke dalam hidup kita dan membuatnya tampak mungkin untuk dilakukan, mudah diingat, dan dapat terjadi dalam kehidupan kita.
- Sebagai pemimpin, telah menjadi tanggung jawab kita untuk menyaring informasi yang datang bertubi-tubi.
- Kini kita harus lebih memahami kisah kita, dan mencari kesempatan untuk mengeluarkannya melalui komunikasi kita.
- Jika kesuksesan kita di dalam kehidupan dan di dalam bisnis, bergantung pada seberapa baik kita mempengaruhi orang lain, maka akan lebih baik jika kita dapat memahami seberapa baik pendekatan kita terhadap orang lain.
- Cerita yang dapat menginspirasi orang lain adalah cerita yang terkoneksi dengan inti dari nilai dan makna yang kita tuju.
- Proses pengolahan cerita yang didengarkan berbeda antara anak kecil dengan orang dewasa.
Terima kasih telah mengikuti perjalanan Raski, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari DeRing ini.
Sampai bertemu di Baring selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital
Sukses selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya