
THE INTUITIVE MIND: Profiting from the Power of Your Sixth Sense
Eugene Sadles-Smith
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
Ring 6
-
Ring 7
-
Ring 8
-
Ring 9
-
Ring 10
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Kalia termasuk wanita yang cerdas jika dibandingkan dengan teman-teman se-usianya. Selain meraih banyak prestasi di pendidikan formalnya, Kalia juga membuka dan mengembangkan beberapa bisnis.
Memang tidak semua bisnisnya berjalan dengan mulus, tapi proses pembelajaran yang ia dapatkan begitu sangat berharga bagi Kalia. Saat ini Kalia sedang menjalankan bisnis kecil yang prospek jangka panjangnya sangat menjanjikan.
Tapi Kalia punya ketakutan dan kecemasan atas bisnisnya ini. Ia takut kalau ia tidak bisa mengeksekusi ide barunya dengan baik. Karena inilah yang selalu terjadi pada bisnisnya yang selalu gagal.
Dulu Kalia sering sekali sedih, kecewa dan marah ke dirinya sendiri karena keterlambatan dalam eksekusi bahkan ada beberapa idenya diambil orang lain dan ada juga ide yang ia pikirkan juga dieksekusi orang lain dengan lebih baik.
Pengalamannya ini memberi Kalia rasa cemas kalau di masa depan hal serupa juga bisa terjadi.
Dalam satu kesempatan, Kalia mendapat pencerahan atas masalahnya dari salah satu teman ayahnya yang sangat sukses. Orang ini adalah penguasa sukses di pulau sebrang. Ia juga sampai punya bisnis di kota Kalia.
Di akhir diskusinya Kalia hanya diminta untuk membaca buku THE INTUITIVE MIND: PROFITING FROM THE POWER OF YOUR SIXTH SENSE.
Kalia-pun melakukan tanpa banyak bertanya. Ia tahu petuah itu didapatkan dari orang yang lebih banyak makan asam garam kehidupan terutama dalam menjalankan bisnis dibandingkan dirinya.
Dan benar saja, saran teman ayah Kalia sebagai pembuka pemikiran bagi Kalia untuk mantap dengan pemikirannya. Dari pemikiran EUGENE SADLER-SMITH, si penulis buku, Kalia sudah tahu apa yang harus ia lakukan untuk membesarkan bisnisnya.
Penasaran seperti apa proses perubahan Kalia? Mari kita simak di Ring berikut ini:
Ring 1 - Yang manakah pikiran kita yang bisa memprediksi masa depan?
Alam melalui proses evolusi, telah melengkapi Homo Sapien dengan sistem persepsi, pemrosesan, dan pengambilan keputusan yang berjalan dengan sendirinya dan di luar pikiran sadar kita. Kita semua memiliki intuisi, kita mengalami dampaknya, dan kita menjalani konsekuensi dari mendengarkan atau mengabaikannya.
Intuisi bekerja secara pararel dengan pemikiran analitikal, dan kedua pikiran itu dibutuhkan jika kita ingin berprestasi, menghasilkan, tumbuh dalam kehidupan professional dan personal kita.
Seperti simulator komputer, pikiran intuitif menyediakan jendela ke masa depan, memungkinkan penggunanya untuk menduga permasalahan dan kemungkinan ke depan.
Tidak hanya memberi pertanda kemungkinan bahaya, pikiran intuitif juga memberi pertanda akan adanya peluang dan sinyal yang diberikannya ke pikiran sadar bisa memperkirakan apa yang mungkin atau tidak mungkin terjadi, hasil yang mungkin bisa dituai dan bahaya yang mungkin ditemui ke depannya.
Ring 2 - Apa perangkat dari pikiran intuitif?
Pikiran intuitif memiliki keinginan sendiri yang kuat dan kadang-kadang tidak rasional. Namun, pikiran analitikal, adalah pembuat aturan, dan mengikuti aturan. Pikiran ini adalah penegak mental personal yang tidak hanya bisa memeriksa kelebihan tapi juga menghalangi pemikiran intuitif, seringkali terlalu birokratis, dan terikat aturan dalam organisasi.
Kadang-kadang pikiran analitis dan intuitif bisa bekerja bersama secara seimbang dan harmonis, di lain waktu bisa saling berkontradiksi dan bersaing perhatian dan kendali pemikiran, perasaan, dan tindakan.
Perangkat dari pikiran intuitif adalah perasaan; kata-kata adalah bahasa pikiran analitis. Kata-kata meski bisa membentuk pendapat logis, hanya perkiraan dari perasaan – kata-kata bukanlah perasaan. Sebagai mahkluk sosial kita harus berbagi intuisi kita kepada keluarga, teman-teman, kolega agar bisa memberikan mereka jendela pada pemikiran, perasaan, motivasi, dan maksud kita.
Ring 3 - Seperti apakah bentuk pikiran yang cakap?
Ada yang pada dasarnya teliti sehingga memperhatikan detail dan menyukai rutinitas dan stabilitas, sedangkan lainnya lebih terbuka pada ide baru dan pengalaman baru. Pengaruhnya biasanya dari anggota keluarga yang cukup berpengaruh yang sangat intuitif atau analistis.
Beberapa jenis pendidikan dan pelatihan bisa mendorong analisa dan objektivitas, sedangkan yang lainnya memberikan ruang untuk subjektivitas dan intuisi. Dalam pekerjaan tertentu, bos, klien atau pemegang saham yang membuat keputusan – rata-rata – meminta manajer untuk lebih analistis atau sebaliknya.
Dalam bisnis dan manajemen, situasi dimana intuisi itu tepat antara lain:
Ketika data, situasi, atau cerita seseorang tidak pas dan terasa aneh maka orang intuitif akan merasakan adanya permasalahan. Ketika kita bertemu dengan situasi yang familiar, kita tahu harus berbuat apa, tidak perlu memeras keahlian kita, kita cukup bertindak tanpa perlu banyak pikir.
Pada situasi yang familiar, kita menganggap segala sesuatunya sesuai perkiraan kita. Ketika perkiraannya tidak tercapai, maka tanda bahaya intuitif akan menyala.
Saat kita berhadapan dengan berbagai macam data dan informasi yang terisolasi, pada situasi ini pikiran intuitif memungkinkan kita untuk mundur, menghindari “kelumpuhan analisa” dan melihat bagaimana segala sesuatunya bisa selaras.
Kadang-kadang hasil dari analisanya jelas dan tegas dan tidak membutuhkan pemeriksaan apapun, tapi kadang-kadang bahkan saat datanya telah dianalisa akan ada perasaan tidak benar. Dalam situasi ini intuisi bisa menyalakan alarm untuk analisa ulang, dan kemungkinan mengungkapkan beberapa kesalahan perhitungan dasar.
Dalam bisnis manajer seringkali harus bertindak cepat jika tidak peluangnya akan menguap atau diambil oleh pesaing. Mode intuisi menghindari kelumpuhan perencanaan. Memberikan keuntungan langkah pertama dan kemungkinan manajer berpengalaman untuk mengantisipasi arah strategi yang tepat untuk bisnis.
Ring 4 - Bagaimana cara membaca pikiran intuitif?
Pikiran analitis memfokuskan perhatiannya pada tugas berat menafsirkan maksud dari apa yang terucap oleh kedua pihak, konsekuensinya tidak ada lagi sumber pemikiran selain dari itu. Pikiran intuitif berurusan dengan ‘non-verbal’, hal ini bersifat otomatis karena yang mengirimkan sinyal non-verbal tersebut tidak menyadarinya meski yang melihat bisa mengetahuinya dengan jelas.
Lalu bagaimana cara membaca pikiran intuitif? Adalah dengan membaca lebih dari kata-kata: keselarasan bahasa-tubuh: pembicara tersenyum ketika membicarakan tentang hal positif, merengut dengan hal-hal negatif, postur tubuh pembicara yang simetris. Tempo suara biasa. Bahasa tubuh mendukung pesan verbal.
Pembicara tampak ragu atau kurang percaya diri dalam pesannya dan memancarkan emosi yang menyangkal kata-katanya sendiri. Postur pembicara tidak simetris. Pergerakannya tidak teratur. Bahasa tubuh yang berkontradiksi dengan pesan verbal.
Ring 5 - Bagaimana kesalahan bisa terjadi oleh pikiran intuitif?
Beberapa kesalahan yang berhubungan dengan intuisi.
Kecenderungan. Kita secara alami “kurang kesadaran” dan membiarkan pikiran intuitif melakukan spesialisasinya – pemikiran ringan.
Introspeksi. Sulit untuk sampai pada akar dari kesalahan logika: kita sulit berintrospeksi atas alasan dibalik pilihan kita.
Fungsionalitas. Pikiran intuitif bekerja berdasarkan kemiripan dengan prototipe, bukan pada hukum probabilitas; pikiran kita berevolusi untuk berfungsi sesuai dengan kebiasaan dimana prototipe lebih penting dari probabilitas.
Ring 6 - Bagaimana stereotipe bisa berdampak negatif?
Ada beberapa dampak negatif dari stereotip;
- Kemelekatan. Persepsi awal menjadi lekat, dan bisa saja menjadi reaksi tak terkontrol, tidak pantas dan seringkali negatif terhadap orang lain.
- Efek kelompok. Kelompok memiliki peran penting dalam stereotipe; orang-orang biasanya berprasangka terhadap orang satu kelompok dan berprasangka dengan yang diluar kelompok.
Ring 7 - Bagaimana cara melawan intuisi yang lemah?
Kita harus secara aktif berusaha menyangkal hipotesa kita jika ada keterikatan emosi kita terhadap kondisi yang diinginkan di depan, dan terbuka akan bukti-bukti yang mendukung maupun melawannya tidak peduli betapa diinginkan atau menariknya visi tersebut.
Kita jangan mencari informasi yang mengkonfirmasi stereotipe kita, dan terbuka akan informasi yang menyangkali stereotipe kita, terutama jika stereotipe itu bisa mengarah pada penilaian sosial yang negatif.
Kita harus berhati-hati terhadap kekuatan pemikiran kelompok, termasuk norma-norma dari sebuah kelompok profesional atau masyarakat secara keseluruhan; mayoritas dari sebuah kelompok bukanlah kebenaran mutlak. Kita harus bersiap menjadi sang penolak.
Ada lima hal yang perlu dilakukan dan jangan dilakukan dari penilaian intuitif yang baik.
- Jangan memukul rata seorang individu secara intuitif meski stereotipenya memiliki kemungkinan kebenaran.
- Berhati-hatilah terhadap kemungkinan. Keyakinan yang bersifat stereotipe bisa mengarahkan orang untuk bertindak sesuai dengan stereotipenya.
- Jangan berasumsi secara intuitif hanya karena seseorang itu anggota suatu kelompok mereka punya sifat yang sama dengan kelompok tersebut.
- Berhati-hatilah terhadap stereotipe yang mengandung unsur evaluatif.
- Nilailah orang berdasarkan karakter mereka, bukan oleh konsepi awal atau persepsi primitif.
Ring 8 - Seperti apakah manajer yang intuitif?
Manajer harus menguasai alat dan cara-cara analisa untuk menghadapi permasalahan yang bersifat kuantitatif dan objektif, tapi bisnis modern juga membutuhkan pemimpin yang memiliki keahlian intuitif yang memungkinkan mereka untuk mengelola situasi yang tidak pasti dan tidak bisa dihitung dan membutuhkan penilaian inspiratif, informatif, dan beda tipis.
Berikut beberapa tanda-tanda manajer yang intuitif:
- Spontan. Memiliki pengalaman, keahlian dan keyakinan untuk mempercayai intuisi dan bertindak berdasarkan naluri.
- Holistik. Bisa mundur dan melihat gambaran umum, tanpa kalah oleh kelumpuhan analisa.
- Afektif. Memperhatikan perasaan dan pengakuan bahwa data halus yaitu perasaan sama pentingnya dengan data kasar, fakta.
- Bisa keliru. Pikiran intuitif tidak selalu benar 100%. Tapi manajer intuitif cenderung lebih sering “kena” daripada “meleset”.
- Mengetahui. Dengan pembelajaran, pengalaman, dan feedback selama bertahun-tahun manajer intuitif secara insting mengenali apa yang harus dilakukan tanpa bisa menjelaskan kenapa.
Riset yang sudah dijalankan selama beberapa tahun terakhir memberi petunjuk mengenai situasi dimana manajer cenderung menggunakan intuisi, situasinya antara lain:
- Dinamis: situasinya sering berubah-ubah, sulit dipastikan.
- Tidak terstruktur, semua faktanya tidak diketahui, atau tidak bisa dicari.
- Subjektif. Tidak ada jawaban yang murni benar atau salah, tapi keputusannya harus diambil.
- Baru: membutuhkan situasi yang belum pernah diketahui atau dialami siapapun di manapun.
- Berhubungan dengan orang-orang: melibatkan manusia dengan bermacam-macam kekurangan, kebodohan, dan kerumitannya.
- Terburu waktu: tidak bisa menunggu untuk mengumpulkan data atau analisa lebih rinci.
Ring 9 - Lalu bagaimana dengan pemimpin, seperti apakah pemimpin yang intuitif itu?
Menciptakan kepercayaan antara pemimpin dan pengikut adalah dengan menetapkan arah yang jelas dan memiliki pengetahuan yang cukup, menciptakan lingkungan suportif, dan melatih pengikut, dan menunjukkan rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan, keadilan dan kesetaraan.
Pemimpin intuitif dari sudut pandang Aristotelian adalah:
Pintar: mendasarkan respon intuitifnya pada intelektual (nous), pengetahuan (episteme) dan keahlian (techne).
Berhati-hati: penuh kasih sayang, penuh kebajikan, dan empati, yang menyeimbangkan kepentingan terbaik mereka sendiri dengan kepentingan pengikutnya dan masyarakat yang lebih luas melalui kehati-hatian (Phronesis)
Bijak: Pemimpin intuitif tahu bahwa mereka tidak tahu segalanya dan menjadi lebih pintar karena pengalaman, usia dan berapa lama perjalanan mereka menuju kebijakan (Sophia)
Pemimpin harus bersikap penuh kebajikan karena memang itulah yang benar. Hanya dengan melakukan hal-hal penuh kebajikan maka pemimpin bisa membiasakan kebajikan. Kepemimpinan penuh kebajikan jika dipraktikkan dengan baik dan cukup lama akan menjadi intuitif (kebiasaan). Instingtif pemimpin dan respon masyarakat terhadap situasi akan mengungkap seberapa baiknya sang pemimpin.
Beberapa kebajikan pemimpin adalah: mendahulukan kepentingan orang lain, berani, berkomitmen, kreatif, bisa diandalkan, jujur, punya integritas, intelek, penuh inisiatif, dan setia.
Insting moral mengatakan kepada mereka secara intuitif kemana harus mencari dan mengungkapkan sasaran moralnya. Melalui pembelajaran, praktik, dan pengalaman kebaikan dari kepintaran dan moralitas menjadi kebiasaan dan membimbing tindakan mereka secara otomatis; dan seringkali pemimpin menjadi lebih ahli dalam “mengenai” sasaran moral.
Ring 10 - Seperti apakah proses mendapatkan ilham itu?
Proses ilham adalah:
Persiapan, keterlibatan dan pengembangan keahlian yang memberikan intuisi kreatif sebuah substrat untuk dikerjakan.
Inkubasi, mengendapkan permasalahan pada pikiran bawah sadar.
Isyarat, suara-suara intuisi bawah sadar bahwa sebuah solusi akan muncul.
Verifikasi, proses sulit membuktikan kemanjuran ide dan memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Ilham dan intuisi kreatif berpihak pada pikiran yang siap, jadi pelajarilah subjek Anda dan tunjukkan betapa Anda berminat terhadapnya dan memungkinkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jangan khawatir jika menemukan hambatan, banyak ilmuwan, teknolog, dan penemu terkenal yang mengalami hal yang sama, ini proses alami bagi setiap orang.
Santai, ikhlaskan dan tenang. Jangan berpikir terlalu keras, ilham datang ketika pikiran analistisnya dilepas, kadang-kadang lebih pintar untuk tidak terlalu berpikir.
Anda tidak akan pernah tahu kapan hubungan baru dari pikiran intuitif akan datang. Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan kondisi yang membuat pikiran intuitif bisa terjadi. Berharap yang tidak diharapkan.
Meski orang sering menganggap ilham dan intuisi itu sama ternyata ada perbedaan kecil dan penting.
- Ilham itu objektif sedangkan intuisi itu subjektif.
- Ilham itu jelas tapi intuisi kabur.
- Ilham mudah diungkapkan tapi tidak demikian dengan intuisi.
- Ilham bisa untuk konsumsi umum tapi intuisi lebih untuk pribadi.
Perlu diingat bahwa intuisi tidak sama dengan ilham. Ilham memungkinkan kita untuk melihat hubungan baru, sedangkan intuisi kreatif memungkinkan kita untuk merasakan hubungan baru.
Analisa, jika diikuti dengan buta, membuat kita tidak bisa membuat hubungan baru dan memandang dunia dengan cara yang berbeda. Insting moral memungkinkan kita merasakan secara intuitif kebenaran atau ketidakbenaran dari pemikiran atau tindakan kita.
Dr. Eugene Sadler-Smith, Profesor bidang pengembangan manajemen dan perilaku organisasi, di Jurusan Manajemen, Universitas Surrey, UK. Sebelum menjadi seorang akademisi beliau bekerja di pengembangan SDM pada industri Gas. Risetnya akhir-akhir ini berpusat pada peran penilaian intuitif dalam pengambilan keputusan dan manajemen dan pengembangan kepemimpinan.
Seperti itulah Kalia menemukan solusi masalahnya agar bisa mengeksekusi idenya dengan lebih baik. Inilah beberapa poin-poin penting yang Kalia catat dan terapkan
- Perkembangan manusia memungkinkan ia untuk tidak hanya memprediksi bahaya melainkan juga bisa memprediksi masa depan yang lebih baik.
- Perasaan adalah perangkat dari pikiran intuitif.
- Ada 5 tanda seorang manajer dikatakan punya intuitif yang baik: spontan, holistik, afektif, intuitif bisa keliru dan mengetahui insting.
- Untuk mendapatkan ilham, inilah proses yang bisa dilalui: persiapan, inkubasi, menyadari isyarat dari pikiran bawah sadar, verifikasi data yang ada.
- Cara untuk membaca pikiran intuitif adalah dengan membaca lebih dari kata-kata, yaitu menyelaraskan bahasa tubuh dengan ucapan atau pernyataan orang lain.
Terima kasih telah mengikuti perjalanan Kalia, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari DeRing ini.
Sampai bertemu di Baring selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital
Sukses selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya
