
THE INVISIBLE GORILLA AND OTHER WAYS OUR INTUITIONS DECEIVE US
Christopher Chabris and Daniel Simons
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Nabila orang yang sangat skeptis dengan intuisi. Baginya, seharusnya orang tidak mudah mempercayai firasat atau intuisi yang hanya berupa perasaan-perasaan ambigu dan tidak jelas.
Tapi yang membuat Nabila kesal adalah, orang-orang di sekelilingnya sangat berlebihan mempercayai intuisi alias firasat. Sebentar-sebentar, mereka merasa ada perasaan aneh yang seolah memberikan petunjuk tentang sesuatu. Hal itu sangat mengganggu Nabila.
Tapi, saat Nabila menyanggah, teman-temannya selalu bilang, “Lu aja yang nggak peka.” Ini membuat Nabila tambah kesal karena dia sendiri juga tidak tahu pasti apakah intuisi itu ada atau tidak, kalau ada, apakah intuisi bisa dipercaya sepenuhnya atau tidak.
Beruntungnya, Nabila suka pergi ke toko buku. Saat mengelilingi sebuah toko buku di kotanya, tanpa sengaja matanya membaca sebuah buku berjudul “The Invisible Gorilla and Other Ways Our Intuitions Deceive Us.”
Dia pun langsung menghampiri buku itu dan membelinya.
Sesampainya di rumah, ia langsung membuka buku itu dan membacanya. Ia berharap, ia menemukan informasi-informasi penting yang menjawab pertanyaan-pertanyaannya.
So, akankah dia menemukannya? Yuk cari tahu dalam BaRing berikut ini.
Ring 1 - Apa Gambaran Besar Isi Buku Ini?
Buku ini secara garis besar membahas tentang bagaimana otak alias mesin berpikir kita seringkali menipu dan menyesatkan diri kita.
Ya, mesin berpikir manusia tidaklah sesempurna seperti yang banyak orang kira. Betul bahwa dengan mesin berpikirnya, manusia bisa menghasilkan ide-ide dan pencapaian yang luar biasa. Mulai dari hal yang spektakuler seperti pesawat luar angkasa sampai hal yang sederhana seperti peniti.
Tapi, di balik canggihnya mesin berpikir manusia, ternyata mesin berpikir itu tetap memiliki kekurangan. Dan, kekurangannya bukan hanya satu dua, melainkan sangat banyak.
Celakanya, dalam hidup, kita menggantungkan pemikiran, tindakan, dan keputusan kita pada mesin berpikir ini. Kita menggunakan mesin berpikir kita yang banyak kekurangan ini untuk memproduksi pemikiran, tindakan, dan keputusan kita.
Bukan itu saja, banyak pihak di luar sana, mulai dari politikus, penjual, wartawan, pembuat iklan, pasangan, teman, dst seringkali memanfaatkan kekurangan ini untuk mengelabui dan memanipulasi kita. Tentu, ini sangat disayangkan. Dan, inilah masalah penting yang dikupas dalam buku ini.
Dalam buku ini, Anda akan belajar bagaimana dan dengan cara apa saja mesin berpikir bisa menyesatkan sehingga Anda bisa menghindarinya.
Ring 2 - Apa Maksud “Invisible Gorilla” dalam Buku Ini?
Invisible Gorilla merupakan sebuah eksperimen yang menunjukkan bagaimana seringkali kita mengabaikan hal-hal di sekitar kita akibat terlalu fokus pada satu hal. Bukan hanya mengabaikan, penglihatan kita bahkan tertutup dari hal-hal di hadapan kita akibat kita terlalu fokus pada hal lainnya.
Eksperimen ini dilakukan dengan membentuk 2 tim, di mana tim pertama berbaju hitam dan tim kedua berbaju putih dan keduanya bertugas untuk mengoper bola kepada teman setimnya.
Objek penelitian bukanlah para pelempar bola itu melainkan partisipan yang menonton 2 tim tersebut lewat video. Para partisipan ini diminta untuk menghitung berapa jumlah lemparan yang dilakukan oleh para pemain berbaju putih.
Setelah selesai, mereka pun memberikan jawabannya kepada si peneliti. Tapi, yang menjadi fokus eksperimen bukanlah jumlah lemparan bola, melainkan apakah para partisipan tersebut melihat adanya gorila jadi-jadian yang melintas di antara kedua tim dan berhenti sejenak untuk melambaikan tangan ke kamera.
Ternyata hasilnya adalah, lebih dari separuh partisipan menyatakan tidak melihat gorila tersebut. Padahal, gorila yang perawakannya sangat besar itu nyata-nyata berhenti di depan layar.
Dengan hasil yang seperti itu, para penelitinya menyimpulkan bahwa ketika pikiran dan mata kita terlalu fokus pada satu hal, maka hal itu akan membutakan mata kita dari hal lainnya, bahkan yang ada di depan kita.
Untuk meyakinkan hasilnya, para peneliti tersebut mengulang-ulang eksperimen itu pada partisipan yang berbeda-beda. Dan ternyata, hasilnya tetap sama. Separuh lebih partisipan tidak melihat gorila. Ini semakin menguatkan kesimpulan mereka bahwa terlalu fokus mata & pikiran kita pada satu hal, maka itu akan membuat mata kita terbutakan akan hal lainnya di sekitar kita. Dan, para peneliti tersebut menyebut fenomena ini dengan inattentional blindness alias kebutaan akibat tidak adanya perhatian.
Nah dalam kehidupan sehari-hari, inattentional blindness sering terjadi dan tak jarang membuat kita atau orang lain dirugikan. Contoh paling mudah ditemukan adalah penipuan bermodus hipnotis. Ini biasanya terjadi di tempat umum seperti di pasar atau di terminal.
Penipu menghipnotis korban agar menyerahkan barang-barang mewahnya dengan membuat pikiran korban sibuk memproses sesuatu, entah meminta mereka untuk menghitung, atau bertanya kepada mereka pertanyaan-pertanyaan yang mengharuskan mereka untuk sibuk berpikir. Dengan mereka sibuk berpikir, maka akan sangat mudah untuk memerintahkan mereka menyerahkan barang-barang mereka secara sukarela. Karena, mereka tidak akan ngeh dengan apa yang sedang terjadi.
Ring 3 - Benarkah Intuisi bisa Menipu Kita? Bukankah Intuisi justru Pengetahuan yang Paling bisa Dipercaya?
Memang banyak sekali orang yang menganggap intuisi sebagai kekuatan yang powerful, kekuatan yang selalu memberikan petunjuk yang benar karena datangnya dari dalam diri kita.
Sebetulnya penjelasan seperti ini muncul karena menganggap intuisi sebagai kekuatan mistis yang mengetahui semua hal. Tapi, penjelasan seperti ini keliru.
Intuisi bisa dijelaskan secara ilmiah dan memiliki banyak keterbatasan.
Untuk menjelaskannya, mari kita mulai dari pikiran kita. Pikiran kita terbagi menjadi 2 yakni pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar adalah pikiran yang kita sadari dan pikiran bawah sadar adalah pikiran yang tidak kita sadari.
Salah satu sifat pikiran bawah sadar adalah, ia bekerja dengan asosiasi, yakni selalu menghubungkan satu hal dengan hal lain yang ia kenal alias ia simpan.
Sebagai contoh, tiba-tiba Anda terpingkal-pingkal saat mendengar lagu “17 Agustus”, yang membuat teman Anda terheran-heran. Tapi, setelah Anda menjelaskan, ternyata Anda terpingkal-pingkal karena teringat kejadian saat perayaan 17 Agustus di mana adik Anda ikut lomba panjat pinang, misalnya.
Di sini, pikiran bawah sadar Anda mengasosiasikan lagu “17 Agustus” dengan lomba panjat pinang yang adik Anda ikuti.
Contoh lain, beberapa orang yang pernah mengalami gempa bumi akan trauma saat ada suara-suara keras. Ini terjadi karena pikiran bawah sadar mereka mengasosiasikan suara keras dengan gempa bumi yang menghancurkan semuanya.
Nah kedua kasus barusan (Anda terpingkal-pingkal dan orang trauma suara keras) merupakan contoh intuisi. Ya, intuisi tak lain adalah informasi yang dikirim oleh pikiran bawah sadar ke pikiran sadar kita karena dia menghubungkan/mengasosiasikan informasi tersebut dengan hal yang sedang kita lihat, pelajari, dengar, cium, sentuh, atau rasakan.
Informasi yang dikirim pikiran bawah sadar tentunya adalah informasi-informasi yang telah ia (pikiran bawah sadar) simpan. Ini berarti, sebelumnya, informasi tersebut juga pernah kita dengar, lihat, pelajari, cium, sentuh, atau rasakan.
Terkadang intuisi memang memberikan petunjuk yang bisa diandalkan. Tapi tak jarang pula intuisi menyesatkan. Ini karena keterbatasan intuisi itu sendiri.
Keterbatasan intuisi disebabkan oleh mekanisme intuisi sendiri yang bekerja lewat asosiasi. Contoh mudahnya adalah kasus trauma suara keras tadi. Tak semua suara keras berasal dari gempa. Tapi, bagi orang yang trauma gempa, semua suara keras akan dianggap sebagai pertanda gempa. Ini karena pikiran bawah sadarnya mengasosiasikan suara keras dengan gempa.
Dari contoh barusan, jelas bahwa keterbatasan intuisi disebabkan karena intuisi bekerja dengan asosiasi, di mana asosiasi ini sangat bebas dalam arti pikiran bawah sadar bisa menghubungkan apa yang kita lihat, dengar, sentuh, cium, atau rasakan dengan informasi acak yang tersimpan di dalamnya. Dengan asosiasi acak seperti ini, maka kemungkinannya sangat kecil untuk bisa memberikan petunjuk yang tepat.
Ring 4 - Jika Intuisi bisa Menyesatkan, Bagaimana Cara Dia Menyesatkan Kita?
Di Ring 3 sudah dijelaskan mekanisme bagaimana intuisi bisa menyesatkan kita, yakni karena intuisi bekerja lewat asosiasi. Tapi, ini hanyalah mekanisme dasarnya saja. Intuisi tidak hanya hadir dalam satu bentuk saja, melainkan banyak bentuk. Ini berarti, mekanisme kerjanya pun berbeda-beda.
Berikut beberapa bentuk intuisi dan bagaimana intuisi-intuisi ini bisa menyesatkan.
1. Inattentional blindness
Nah ini sudah dijelaskan di Ring 2 yang membahas Invisible Gorilla. Di samping bisa disalahgunakan oleh penjahat untuk menipu orang, inattentional blindness juga bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Misal, seseorang menelepon seseorang saat dia mengemudikan mobil. Ini akan membuat pikirannya sibuk memahami ucapan lawan bicaranya. Kesibukan pikiran ini akan membuatnya susah memahami kondisi jalanan dan terbutakan dari hal-hal yang ada di sekitarnya. Sehingga, kecelakaan rentan terjadi.
2. Ilusi ingatan
Banyak orang yang berpikir bahwa ingatan yang tersimpan di dalam otak sama persis dengan kejadian aslinya. Jadi misalnya, Anda melihat seekor kucing sedang berkelahi dengan anjing, maka banyak orang mengira bahwa kejadian tersebut akan tersimpan di dalam otak Anda dalam bentuk yang identik alias sama persis.
Tapi, menurut para pakar, anggapan ini keliru. Untuk membuktikannya, pakar psikologi William Brewer and James Treyens melakukan eksperimen yang melibatkan banyak partisipan.
Dalam eksperimen ini, partisipan diajak untuk masuk ke sebuah ruangan dan diminta untuk menunggu selama beberapa menit sementara para peneliti menyelesaikan tugas lainnya.
Setelah 30 menit, para peneliti itu pun mengajak mereka untuk pindah ruangan dan meminta mereka untuk menuliskan kembali benda-benda yang mereka lihat di ruangan sebelumnya.
Seperti umumnya ruangan di kampus, ruangan tersebut berisi meja, kursi, dst tapi tidak ada buku maupun filing cabinet/lemari penyimpanan arsip.
Hal yang mengejutkan adalah, 30% partisipan menuliskan adanya buku dan 10% menuliskan adanya filing cabinet dalam ruangan tersebut.
Ini menunjukkan bahwa apa yang diingat sedikit menyimpang dari apa yang dilihat. Para pakar menyimpulkan bahwa cara otak kita menyimpan memori bukan dengan menyimpannya persis seperti kejadian aslinya melainkan dengan merekonstruksi kejadian berdasarkan apa yang kita lihat bercampur dengan apa yang biasanya/lazimnya ada dalam kejadian yang kita lihat.
Jadi misalnya, kita duduk di perpustakaan dan melihat adanya buku, rak buku, meja, dan kursi, maka otak kita secara otomatis akan menyimpan memori berupa meja, rak buku, buku, kursi, dan beberapa hal yang umumnya ada di ruangan seperti itu semisal vas bunga, bunga, tempat sampah, dst, sekalipun di tempat tersebut tidak ada benda-benda barusan.
Hal ini tentu sangat berdampak besar dalam hidup kita. Ambil contoh dalam kasus kriminalitas atau kecelakaan. Sangat mungkin saksi mata memberikan kesaksian yang keliru akibat ingatannya pada kejadian yang disaksikannya sedikit menyimpang dari kejadian sebenarnya.
CHRISTOPHER CHABRIS, seorang asisten profesor pada Department of Psychology di Union College New York. Beliau merupakan mantan dosen dan peneliti di Departemen Psikologi Harvard.
DANIEL SIMONS, seorang Profesor pada Departemen Psikologi dan seorang Beckman Institute pada Advance Science and Technology di University of Illinois.
Akhirnya, Nabila telah sampai di halaman terakhir buku “Invisible Gorilla.” Dia sangat senang karena telah mendapatkan beberapa informasi penting yang menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Beberapa di antaranya adalah:
- Intuisi bisa memberikan petunjuk yang tepat tapi tak jarang juga menyesatkan. Sehingga, kita perlu mewaspadainya.
- Waspadalah pada orang asing yang membordir diri kita dengan hal-hal yang membuat otak kita sibuk berpikir, karena ditakutkan hal itu modus untuk menghipnotis kita
- Hindari berbicara dengan seseorang di telepon saat Anda mengemudikan kendaraan. Karena, hal itu bisa membuat mata Anda terbutakan dari hal-hal tak terduga di depan Anda.
- Waspada dengan ingatan Anda karena apa yang Anda ingat belum tentu sama persis seperti kejadian yang sebenarnya. Karena, otak menyimpan memori bukan sama persis seperti kejadian aslinya melainkan dengan mencampurnya dengan hal-hal lain yang lazimnya ada di dalam kejadian yang Anda lihat atau alami.
Terima kasih telah menemani perjalanan Nabila, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari DeRing ini.
Sampai bertemu di Baring selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital
Sukses selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya
