THE CONSCIOUS PARENT – Transforming Ourselves Empowering Our Children
Shefali Tsabary, PhD
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
ring 6
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Di rumah kakaknya, Eliza, Kikan mencurahkan seluruh emosinya. Sambil penuh emosi, ia menceritakan bagaimana putrinya yang sudah remaja tidak lagi mau mendengarkan dirinya. Ia ingin anaknya bisa masuk jurusan IPA agar bisa kuliah di kedokteran, namun anaknya lebih ingin masuk jurusan IPS karena sebagian besar sahabatnya masuk ke sana.
Hal ini sampai membuat mereka bersitegang semalam. Hingga pagi ini, sebelum Kikan pergi ke rumah kakanya pun, ia masih belum berbicara dengan anaknya.
“Belakangan ini sudah makin sering dia tidak mau mendengarkan aku. Gak usah masalah jurusan, masalah kecil lainnya pun semakin sering dia melawan. Aku harus ngomong pakai cara apa lagi, coba? Apa ini karena aku terlalu memanjakannya? Apa ini karena lingkungan sekolahnya? Apa ini karena aku tidak bisa mengasuhnya dengan benar? Apa kamu ga pernah mengalami hal ini, Kak?”
Eliza pun membalas, “Semua orangtua pasti mengalami, Ki. Aku juga. Tapi ada satu buku yang pernah aku baca dan itu membantu banget buat aku bisa lebih tenang menghadapi anak-anak."
Salah satu pelajaran dari buku itu: mengasuh secara sempurna adalah sebuah khayalan belaka. Tidak ada orangtua yang ideal maupun anak yang ideal.
"Kayanya kamu perlu deh baca bukunya, soalnya di situ ada jawaban-jawaban pertanyaan kamu tadi. Bentar ya.” Eliza pun beranjak untuk mengambil sebuah buku di raknya dan memberikannya pada Kikan.
“THE CONSCIOUS PARENT – TRANSFORMING OURSELVES EMPOWERING OUR CHILDREN, ditulis oleh Shefali Tsabary, PhD,” ujar Kikan membaca cover buku itu.
Eliza menambahkan, “Dan dari buku itu juga aku mempelajari bahwa kita mesti selalu ingat: satu kesalahan memberikan respon bisa menciutkan semangat anak. Sebaliknya komentar yang tepat bisa mendorong mereka melayang tinggi. Dalam setiap momen, kita bisa memilih untuk membangun atau merusak, mendidik atau membekukan mereka.”
“Wah tampaknya memang menarik banget kayanya ya buku ini. Makasih ya, Kak. Malam ini juga aku pelajari buku ini.” ujar Kikan.
So, bagaimana buku ini bisa memberikan jawaban atas masalah Kikan? Yuk kita simak di Baring berikut ini.
Ring 1 - Kenapa Komunikasi Anak dengan Orangtua Sering Tidak Lancar?
Ketika anak kita sedang menjadi diri mereka sendiri, mereka tidak peduli tentang hal yang orangtua sering obsesikan. Bagaimana hal terlihat di mata orang lain, pencapaian, semakin di depan – tak ada satu pun isu yang memenuhi pikiran orangtua ini, ada di dalam agenda anak.
Daripada membangun relasi dengan dunia ini dalam keadaan mental cemas, anak cenderung menceburkan diri dulu ke dalam pengalaman kehidupan, rela mengambil segala risiko.
Ketika Anda mengasuh, penting bagi Anda untuk menyadari Anda tidak sedang membesarkan seorang “versi mini Anda,” tetapi sebuah jiwa dengan keunikannya sendiri. Karena alasan inilah, penting untuk memisahkan siapa diri Anda dari setiap anak Anda. Anak bukanlah untuk kita miliki.
Ketika kita benar-benar menyadari hal ini, kita menyesuaikan cara membesarkan mereka sesuai dengan kebutuhan mereka, daripada membentuk mereka untuk memenuhi kebutuhan kita.
Daripada memenuhi kebutuhan anak kita, kita cenderung membangun ide dan ekspektasi diri kita sendiri ke dalam hidup mereka. Bahkan ketika kita memiliki niat terbaik untuk mendukung anak kita menjadi diri mereka seutuhnya, kebanyakan dari kita tanpa sadar jatuh ke dalam jebakan untuk memaksakan agenda kita kepada mereka.
Akibatnya relasi orangtua – anak seringnya mematikan semangat anak daripada menghidupkan. Ini adalah alasan utama banyak anak kita tumbuh bermasalah dan dalam banyak kasus terganggu oleh disfungsi.
Ring 2 - Bagaimana Agar Komunikasi Orangtua dan Anak Selaras?
Setiap dari kita memasuki perjalanan ‘parenting’ dengan visi ia akan menjadi apa nantinya. Kebanyakan dari visi ini hanyalah fantasi. Kebanyakan kita bahkan tidak melihat alasan untuk mempertanyakan ide kita karena kita percaya bahwa kita “benar” dan tidak ada hal yang perlu dipikir ulang.
Berdasarkan pandangan kita pada dunia yang tidak teruji ini, kita tanpa sadar meletakkan ekspektasi tertentu tentang bagaimana anak kita seharusnya mengekspresikan diri mereka. Kita tidak sadar bahwa melalui pembebanan itu, kita mendesak semangat mereka.
Sebagai contoh, jika kita sangat berhasil dalam hal yang kita lakukan, kita biasanya suka berharap anak kita menjadi super berhasil juga. Jika kita seorang seniman, kita mencari jalan mendorong anak kita menjadi seorang seniman juga.
“Anak datang kepada kita dengan potensi penuh mereka. Setiap anak kita memiliki takdir sendiri untuk dijalani. Kita terpilih sebagai orangtua mereka untuk membantu mereka mewujudkannya”
Tidak heran jika kita gagal selaras dengan esensi anak kita. Bagaimana kita bisa mendengarkan mereka, ketika kebanyakan kita jarang mendengarkan diri kita sendiri?
Bagaimana kita bisa merasakan semangat (jiwa) mereka dan mendengarkan detakan jantung mereka jika kita tidak bisa melakukannya dalam kehidupan diri kita sendiri?
Ketika kita sebagai orangtua telah kehilangan kompas dalam diri kita, tidak heran jika begitu banyak anak tumbuh dewasa tanpa arah yang jelas, tidak terhubung, dan tidak semangat.
Dengan kehilangan kontak dengan dunia dalam diri kita, kita mencacatkan kemampuan penting kita dalam cara yang dibutuhkan untuk mengasuh dengan kesadaran (conscious parenting). Agar selaras dengan anak Anda, selaraslah dengan diri Anda sendiri terlebih dahulu.
Orangtua sadar (conscious parent), tidak mencari jawaban di luar atas relasi orangtua-anak, tetapi jawabannya bisa ditemukan keduanya dalam dinamika orangtua-anak.
Dengan alasan inilah, orangtua sadar semua jawabannya dipelajari melalui pengalaman nyata dari relasi kita dengan anak, bukan melalui buku yang menawarkan solusi cepat atau hadir di kelas dengan spesialis teknik tertentu. Pendekatan sadar meliputi nilai yang muncul dari relasi.
Tentu saja, untuk mendidik dengan cara demikian, hanya dengan melalui interaksi dengan perkembangan kesadaran orangtua sendiri bisa membuat perubahan dalam diri anak.
Ring 3 - Bagaimana Agar Kita Sebagai Orangtua Bisa Menerima Anak Kita Secara Utuh?
Tanpa sadar, kita mengikat anak dengan kita melalui persetujuan kita, membuat mereka budak atas penilaian kita kepada mereka. Apakah dengan cara secara konsisten kita membuat mereka lapar akan persetujuan kita, atau kita membuat mereka menjadi tergantung kepadanya.
Bisakah Anda membayangkan bagaimana rasanya bagi seorang anak menjadi lapar akan persetujuan kita dan takut akan ketidaksetujuan kita? Betapa berbedanya jika mereka bisa merasa diterima dan dihargai tanpa syarat.
Ketika kita menerima anak kita siapa diri mereka sendiri, kita dengan salah mempercayai bahwa ini adalah cara pasif membiarkan diri mereka terus dengan perilaku yang mungkin bisa merusak.
“Pasif” bukan dalam arti demikian, tetapi menerima anak kita seutuhnya, diri alami mereka sendiri. Penerimaan adalah dasarnya. Berikutnya adalah menyesuaikan perilaku mereka agar lebih selaras dengan esensi mereka.
Anda hanya bisa menerima anak Anda hingga tahap Anda bisa menerima diri Anda sendiri. Menerima anak kita apa adanya mereka membutuhkan komponen lainnya: menerima jenis orangtua yang kita perlu jadi untuk anak tertentu.
Kemampuan kita menerima anak kita secara langsung terhubung dengan kemampuan kita menerima diri kita sendiri – keduanya, diri kita saat ini dan diri kita nantinya sesuai potensi yang kita miliki. Bagaimana kita bisa membesarkan anak yang mandiri, otonom jika diri kita sendiri tidak mandiri dan otonom?
[“Memberikan anak Anda penerimaan sepenuhnya yang mereka pantas dapatkan akan menjadikan diri Anda berlian bagi mereka. Ini kesempatan untuk melepaskan ego Anda.”]
Ring 4 - Bagaimana Anak Kita Membantu Kita?
Sulit untuk dipercaya bahwa kebanyakan dari kita menjadi orangtua, paling tidak ada dalam bagian, untuk memenuhi kebutuhan diri kita sendiri. Kecuali kita menyadari betapa kuatnya ego yang mendorong kita dan perlahan membebaskan diri kita dari identifikasi terhadapnya.
Kita akan mengasuh anak kita dari kondisi yang salah ini, yang mana akan menyebabkan kita tidak mampu terhubung dengan diri mereka yang utama.
Dalam cara apapun – jika kita mau – anak kita akan membawa kita ke dalam tempat di dalam hati kita yang kita tidak tahu ternyata itu ada. Dengan cara ini, mereka melonggarkan cengkraman ego kita dan membantu kita memperbesar rasa diri kita yang sebenarnya. Mengijinkan kita mengakses kemampuan kita untuk mencintai tanpa syarat, hidup sepenuhnya di masa kini, dan memasuki pengalaman dari kesadaran.
Sebuah berkah, memiliki anak dalam hidup kita sehingga kita bisa melakukan perjalanan bersama, saling menguntungkan melalui eksposur terus menerus dari ketidaksadaran kita, ditambah dengan kesempatan tak terhitung untuk menggeser keluar ego kita dan masuk ke dalam diri yang lebih otentik.
Menjadi penyerap, anak kita merendam di dalam semua kekosongan dan kegilaan kita. Dengan alasan ini, kita harus menjadi sadar akan emosi yang kita alami dan tanpa sadar terdorong menujunya.
Kita hanya bisa mengajarkan anak kita wawasan yang telah kita tanamkan dalam hidup kita sendiri. Jika anak kita secara terus menerus melampiaskan perasaan kita kepada orang lain dan menunjukkan bagaimana kita menyalahkan orang lain atas kekurangan yang kita alami dalam hidup kita, inilah bagaimana ia hidup.
Jika mereka memperhatikan bagaimana kita berintropeksi dan secara siap mampu mengakui kesalahan kita, mereka akan belajar menjadi tidak gentar dengan kelemahan mereka dan mampu melampauinya.
Pola asuh sadar berarti bahwa di dalam interaksi dengan anak kita, kita bertanya, “Apakah saya menghadapi anak saya dalam sikap yang sadar atau apakah saya terpancing oleh masa lalu saya?”
Kita dan anak kita adalah cermin satu sama lain.
Ring 5 - Bagaimana Mengajarkan Anak Cara Menghargai?
Kita semua ingin anak kita menjadi spesial karena ini membuat kita merasa spesial. Satu alasan kita begitu haus agar anak kita berhasil adalah bahwa kita cenderung mencari validitas melalui mereka.
Orangtua yang menyangkal pengalaman kesederhanaan semasa kanak-kanak akan tidak mampu mentoleransi kesederhanaan anaknya. Anaknya akan tumbuh di bawah tekanan untuk menjadi luar biasa.
[“Adalah hal penting dalam membantu anak kita memahami bahwa rasa berharga mereka tidak berdasarkan pencapaian.”]
Adalah hal alami kita ingin anak kita unggul, namun akan lebih baik jangan sampai menyebabkan kegagalan dalam mengungkapkan kesederhanaan mereka. Ketika kita menyangkal kesederhanaan anak kita, kita mengajarkan mereka untuk menjadi terpesona hanya pada kelebihan kehidupan.
Mereka menjadi percaya bahwa hanya yang mewah dan hebat saja yang diperhatikan dan dipuji, dan kemudian mereka akan terus menerus mengejar “lebih besar” dan “lebih baik.”
Sebaliknya, ketika anak kita belajar menghargai nilai kesederhanaan, mereka belajar menjalani kehidupan apa adanya.
Mereka menghargai tubuh mereka, pikiran mereka, kesenangan berbagi sebuah senyuman, dan kebebasan menjalin relasi dengan orang lain. Semua mulai dari bagaimana kita sebagai orangtua mengajarkan mereka untuk menghargai.
Kebutuhan pertama dan yang paling dibutuhkan anak dari kita adalah memberikan mereka perhatian, bukan uang. Tukarkan “pembelian” dengan “pengalaman”, daripada membelikan gadget mahal, bawalah anak kita ke kebun binatang.
Jika sejak masa kecil anak diajarkan untuk menghargai relasi kita dengan mereka daripada barang yang kita belikan, kita membangun panggung kepercayaan dalam diri mereka sendiri daripada faktor luar. Manusia akan selalu memilih relasi daripada benda apapun juga. Ini adalah insting alami kita.
[“Ketika kita melihat realita kita dari apa yang tidak ada, kita mengajarkan anak kita bekerja dari kekurangan.”]
Masa kelahiran hingga umur enam tahun adalah waktu di mana anak tidak perlu memikirkan tentang terbang di tingginya kehidupan, tetapi membutuhkan kesenangan untuk mengepakkan sayap mereka di sekitar permainan dan penjelajahan dengan ruang yang banyak untuk istirahat dan tidak melakukan apapun.
Ini merupakan masa di mana anak kita diizinkan untuk mengenali diri mereka sebenarnya dengan penuh kesenangan. Merupakan masa untuk menguasai tugas kecil, mencapai gol kecil, dan yang paling penting adalah yang melibatkan penjelajahan dan menikmati jiwa dan raga mereka sendiri.
Ring 6 - Bagaimana Mengajarkan Anak Kita Agar Bisa Mengenali Makna Diri dan Orang Lain?
Untuk mengembangkan perilaku kesadaran, seorang anak membutuhkan dua arus pembelajaran (dua belah sayap elang): otentik (authenticity) dan pengendalian diri (containment). Seorang anak yang kehilangan salah satunya akan menggelepar, tidak pernah terbang tinggi menuju potensi tertinggi mereka.
Otentik (sayap yang pertama): dibentuk dari keterkaitan yang kuat dalam diri kita sendiri. Bagi seorang anak, ini berarti belajar mengenali suara dalam diri mereka, yang mana akan mengajarkan mereka bagaimana mengembangkan kehadiran diri mereka dalam dunia ini.
Ketika anak meningkatkan terus relasi mereka dengan diri mereka, mereka belajar tidak hanya menerima diri mereka, tetapi juga merangkul tekad mereka dan mewujudkannya dalam dunia. Mereka membangun kemampuan untuk memadu relasi yang bermakna dengan orang lain, begitu juga dengan kehidupan itu sendiri.
Pengendalian diri: Sayap yang satunya, yang berarti kita menyerap keinginan (tekad) orang lain. Jika otentik adalah menghargai diri kita yang terdalam dan mengekspresikan diri kita sebenarnya, pengendalian diri mengijinkan kita membentuk pembatas dalam kaitannya dengan tekad orang di sekitar kita.
Anak kita perlu mempelajari keduanya agar terhubung dengan diri mereka sendiri dan orang lain, yang mana merupakan dua pilar dari semua relasi. Kemampuan menghubungkan satu sama lain bergantung pada kemampuan kita untuk terhubung dengan diri kita sendiri, yang mana merupakan batu loncatan dari otentiknya diri dan kunci menuju kemampuan kita untuk mempertahankan relasi yang bermakna.
SHEFALI TSABARY, PhD, - Menerima gelar doktor- nya di Clinical Psychology dari Columbia University, New York. Dr. Tsabary terkenal dengan Eastern Mindfulness pada usia yang muda dan mengintegrasikan ajarannya dengan psikologi Barat. Gabungan Timur dan Barat ini memungkinkannya mencapai audiens global. Kemampuannya menarik audien dari ranah psikologis cerdik dan dorongan kesadaran membangunnya sebagai salah satu pakar di bidang pengasuhan (parenting).
Kikan pun paham sekarang bagaimana ia harus bersikap pada anaknya. Ia menceritakan apa yang didapatnya dari buku ini pada Eliza, yang antara lain:
- Ketika anak kita sedang menjadi diri mereka sendiri, mereka tidak peduli tentang hal yang orangtua sering obsesikan.
- Setiap anak kita memiliki takdir sendiri untuk dijalani. Kita terpilih sebagai orangtua mereka untuk membantu mereka mewujudkannya.
- Memberikan anak Anda penerimaan sepenuhnya yang mereka pantas dapatkan akan menjadikan diri Anda berlian bagi mereka.
- Kita dan anak kita adalah cermin satu sama lain.
- Kebutuhan pertama dan yang paling dibutuhkan anak dari kita adalah memberikan mereka perhatian, bukan uang.
- Untuk mengembangkan perilaku kesadaran, seorang anak membutuhkan dua arus pembelajaran (dua belah sayap elang): otentik (authenticity) dan pengendalian diri (containment).
Terima kasih telah menyimak BaRing kali ini, semoga manfaatnya bisa Anda rasakan juga. Sukses selalu. Sampai bertemu di BaRing selanjutnya.
Jika ada ide dan masukan silakan email kami di: ingat@baring.digital.
Rekomendasi Baring Lainnya