
THE ART OF THINKING CLEARLY
Rolf Dobelli
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Rama merasa akhir-akhir ini dirinya tidak bisa berpikir dengan jernih. Prediksi-prediksi dan kesimpulan-kesimpulannya selalu salah. Tentu saja ia sangat khawatir karena hal itu sangat mengganggu kinerjanya di kantor.
Rekan kerja dan atasan jadi sering bete gara-gara perhitungan-perhitungannya sering meleset yang secara tidak langsung turut merugikan perusahaan.
Oleh karena itu, ia berupaya untuk mencari solusi. Dan, berkat usahanya, selangkah demi selangkah ia menemukan petunjuk.
Adapun petunjuk yang pertama kali ia temukan berupa buku “The Art of Thinking Clearly” karya Rolf Dobelli. Ya, ia menyebut buku itu petunjuk awal karena menurutnya buku itu memberikannya pemahaman tentang seluk-beluk cara manusia berpikir, apa saja kekurangannya, apa kelebihannya, dan bagaimana agar bisa meminimalisir kekurangan tersebut.
Nah Anda yang membaca BaRing ini, berikut ini bagaimana kisah Rama menemukan insight dari buku tersebut. Penasaran? Yuk langsung saja kita ikuti kisahnya.
Ring 1 - Apa Gambaran Besar Isi Buku Ini?
Pernahkah Anda berpikir bahwa artis idola Anda adalah orang yang sabar, bijak, dan dermawan hanya karena Anda tahu dia ramah?
Pernahkah Anda menyimpulkan bahwa seorang pendaki gunung tersesat akibat menginjak sebuah batu hanya karena dia hilang tak berselang lama setelah ia menginjak batu tersebut?
Pernahkah Anda tanpa sadar mencari-cari bukti yang mendukung keyakinan Anda dan mengabaikan bukti-bukti yang menentang keyakinan tersebut?
Pernah atau tidak, ketiga hal barusan terjadi karena kesalahan-kesalahan berpikir yang tanpa sadar sering dilakukan oleh banyak orang. Dan, kesalahan-kesalahan ini bisa dilakukan oleh siapa pun, tak peduli seberapa pintar orang tersebut, karena kesalahan-kesalahan ini disebabkan oleh mesin berpikir manusia yang memang “dari sananya” punya keterbatasan, di mana keterbatasan ini dikarenakan mesin berpikir manusia masih mewarisi mekanisme-mekanisme berpikir nenek moyangnya.
Dulu, saat nenek moyang manusia masih hidup menyatu dengan alam, ancaman terbesar manusia adalah binatang buas, fenomena alam seperti petir dan hujan, serta bencana alam.
Mesin berpikir manusia saat itu terdesain sedemikian rupa sehingga berfungsi untuk menghadapi ancaman-ancaman tersebut. Dan, karena desain itu membantu manusia bertahan hidup, maka desain tersebut diwariskan secara turun-temurun.
Meskipun ratusan ribu tahun setelahnya mesin berpikir manusia mengalami evolusi dengan mengembangkan kemampuan berpikir abstrak & logis, tapi beberapa mekanisme lama masih dipertahankan hingga sekarang. Padahal, di zaman sekarang, tantangannya sudah bukan lagi binatang buas atau petir, melainkan situasi sosial, perekonomian, politik, dst.
Nah, kesalahan-kesalahan berpikir yang barusan disebut, terjadi karena kita, manusia modern, menghadapi masalah-masalah modern dengan mesin berpikir lama kita. Celakanya, mesin berpikir lama ini bekerja secara otomatis sehingga kita sering tidak menyadarinya.
Mesin berpikir lama ini bisa dikatakan sebagai “mode default” berpikir kita. Artinya, tanpa kita sengaja melakukannya, otak kita sudah secara otomatis melakukannya untuk diri kita.
Inilah yang secara garis besar dibahas dalam buku ini. Buku ini membahas tentang keterbatasan mesin berpikir manusia yang membuat manusia sering terjerumus pada kesimpulan yang keliru. Tentu, bukan hanya itu saja yang dibahas. Buku ini juga membahas apa saja keterbatasan-keterbatasan itu, dan bagaimana kita bisa mengatasi keterbatasan-keterbatasan tersebut agar kita bisa berpikir dengan baik dan tepat.
Ring 2 - Apa Saja Keterbatasan Berpikir Manusia yang Dibahas dalam Buku Ini?
Beberapa di antaranya adalah:
1. Melebih-lebihkan kemampuan kita
Lewat berbagai studi, para peneliti menemukan bahwa ternyata sebagian besar orang cenderung merasa kemampuan diri mereka dalam berbagai aspek jauh lebih tinggi dibanding rata-rata orang.
Inilah kenapa, dibanding orang yang pesimis, jauh lebih banyak orang yang optimis dengan kemampuan dan nasibnya di hari depan.
Meskipun terkadang hal ini menguntungkan diri kita, karena membuat kita optimis, tapi sikap seperti ini juga bisa menjerumuskan diri kita. Sebagai contoh, kalau Anda mahasiswa yang sedang menghadapi ujian, sikap ini bisa membuat Anda meremehkan ujian Anda karena Anda berpikir soal-soalnya akan mudah Anda jawab.
2. Berpikir bahwa diri kita memiliki kendali terhadap situasi apapun
Beberapa tahun ini sering ada informasi tentang pendaki gunung yang meninggal entah akibat hipotermia, tersesat, terjatuh di kawah atau jurang, dan terjebak di tengah badai.
Padahal, hal-hal itu sangat bisa diminimalisir dengan mempersiapkan peralatan mendaki yang dibutuhkan, tidak nekad, dan bergerak dengan perhitungan yang matang. Berbagai pihak pun sudah banyak yang mengingatkan tentang pentingnya mempersiapkan semuanya sebelum mendaki. Tapi, masih saja ada banyak pendaki yang seolah meremehkan peringatan tersebut.
Kenapa sikap meremehkan seperti itu bisa terjadi? Salah satu penyebabnya adalah karena mereka terlalu percaya diri bahwa mereka bisa mengendalikan segala kemungkinan yang mereka temui saat mendaki.
3. Cenderung mengikuti grup
Kalau misalnya Anda berjalan di luar di siang hari, kemudian tiba-tiba Anda berhenti dan wajah Anda menengadah ke langit seolah melihat sesuatu, maka kira-kira apa yang akan terjadi?
Kemungkinan besarnya adalah, orang-orang yang melihat Anda juga akan mengikuti diri Anda untuk melihat ke arah langit.
Kenapa bisa begitu?
Kecenderungan ini merupakan warisan nenek moyang kita, di mana dulu di zaman purba, kecenderungan ini sangat bermanfaat untuk melindungi kawanan manusia dari binatang buas.
Saat salah seorang anggota kelompok melihat binatang buas, maka dia akan lari. Dan, ketika teman-temannya melihatnya lari, maka jalan yang terbaik adalah ikut berlari tanpa perlu tahu alasannya. Karena, kalau menunggu kawannya menjelaskan kenapa dia lari, maka mereka akan keburu menjadi santapan binatang buas tersebut.
Dan, karena hal itu menguntungkan survival manusia, maka tindakan itu diturunkan turun-temurun, dan “terprogram” kuat di otak manusia, bahkan sampai sekarang.
Tapi di zaman sekarang, kecenderungan ini sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk memanipulasi & mengendalikan banyak orang. Kita telah melihat bagaimana orang dikendalikan oleh gaya busana dan pergaulan yang sedang nge-trend hanya karena banyak orang yang mengikuti gaya itu.
Tapi ini bukan hanya berlaku dalam hal busana dan pergaulan. Pilihan politik dan keyakinan kita pun sangat mungkin didikte oleh kelompok. Saat mayoritas seluruh anggota keluarga kita memilih A di pemilihan kepala daerah, maka kecenderungannya adalah kita juga akan memilih A.
4. Menerjemahkan sesuatu sesuai yang kita mau
Anda pernah jatuh cinta? Biasanya, saat orang jatuh cinta, dia akan menerjemahkan semua sikap yang dilakukan oleh orang yang dicintainya sebagai kode untuk dirinya. Walaupun sebetulnya, orang tersebut tak berniat apa-apa bahkan tak terpikirkan sedikit pun tentang dirinya.
Begitu juga saat kita membenci orang lain. Kecenderungannya adalah, kita akan menerjemahkan segala sesuatu yang ia lakukan sebagai memiliki niat yang buruk.
Kecenderungan ini disebut bias konfirmasi dan inilah akar penyebab kenapa banyak orang yang berkata bahwa: orang hanya ingin melihat apa yang mereka mau.
Dan, kecenderungan ini bukan hanya terbatas pada menyukai atau membenci orang lain. Lebih jauh, kecenderungan inilah yang juga menyebabkan orang masih percaya zodiak/astrologi dan golongan darah sebagai penentu sifat.
Ada sebuah eksperimen di mana para partisipannya diberi tahu kalau mereka akan diramal sesuai zodiak mereka. Setelah menanyai satu per satu apa zodiak mereka, pakar yang melakukan eksperimen lalu memberikan masing-masing partisipan kertas yang berisikan ramalan mereka sesuai zodiak mereka.
Mayoritas partisipan mengangguk-angguk mengiyakan apa yang tertulis di kertas tersebut, yang artinya mereka setuju bahwa apa yang ada dalam ramalan itu sesuai dengan yang terjadi pada diri mereka.
Tapi yang mengejutkan adalah, ternyata si pakar memberikan ramalan yang sama pada semua partisipan tersebut. Tidak ada yang berbeda sama sekali, bahkan kata-katanya identik karena memang dia hanya meng-copy-nya saja.
Lalu, apa yang membuat para partisipan bisa merasa bahwa ramalan zodiak mereka tepat? Ini karena otak mereka secara otomatis langsung mencari bukti-bukti yang mendukung ramalan tersebut.
Tentu saja, hal itu hanya akan terjadi pada orang yang memang sedari awal percaya zodiak. Bagi mereka yang tidak percaya zodiak, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Otak mereka akan secara otomatis mencari bukti-bukti di diri mereka yang mematahkan ramalan zodiak mereka.
Ring 3 - Bagaimana Cara agar bisa Berpikir Jernih menurut Buku Ini?
Meskipun kesalahan-kesalahan berpikir barusan terjadi secara otomatis tanpa kita sadari, tapi dengan mengetahuinya, kita bisa mulai menyadarinya.
Artinya, hanya dengan membaca buku ini saja dan memperoleh pengetahuan tentang kecenderungan-kecenderungan berpikir yang bisa menjerumuskan, maka Anda bisa mulai menyadari ketika kecenderungan itu muncul.
Jadi, kunci pertama untuk bisa berpikir jernih adalah melengkapi diri Anda dengan pengetahuan tentang berbagai keterbatasan pikiran manusia. Setelah Anda tahu, Anda bisa menyadari kapan pemikiran seperti itu muncul di benak Anda, dan Anda pun bisa mengendalikannya dengan menggantinya dengan pemikiran yang lebih logis.
Kunci yang kedua, berpikirlah pelan-pelan, dan jangan terburu-buru menyimpulkan. Coba gali informasi lebih, pertimbangkan baik dan buruknya, ajukan pertanyaan kenapa Anda berpikir seperti itu, dst.
ROLF DOBELLI, dilahirkan tahun 1966, adalah seorang penulis, novelis dan pengusaha. Beliau memiliki gelar MBA dan PhD dalam filosofi ekonomi dari University of St. Gallen, Switzerland.
Setelah membaca buku itu, Rama pun mendapatkan beberapa insight, di antaranya:
- Mesin berpikir manusia memiliki keterbatasan, di mana keterbatasan ini disebabkan karena mekanisme berpikir warisan nenek moyang manusia.
- Beberapa di antara keterbatasan berpikir manusia antara lain: bias konfirmasi, merasa kemampuan diri lebih tinggi dibanding rata-rata orang, merasa memiliki kendali terhadap segala situasi, dan cenderung mengikuti kelompok.
- Beberapa cara untuk bisa berpikir dengan jernih antara lain: (1) bekali diri kita dengan pengetahuan tentang keterbatasan berpikir manusia, (2) setelah tahu apa saja keterbatasannya, kita bisa menyadari kapan kita berpikir dengan mode tersebut, (3) berpikir dengan hati-hati, tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan.
Terima kasih telah menemani perjalanan Rama, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari DeRing ini.
Sampai bertemu di Baring selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital
Sukses selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya
