Stumbling On Happiness
Daniel Gilbert
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Nadira ingin sekali memiliki masa depan yang bahagia. Akan tetapi, dia masih ragu dengan apa yang ingin dicapainya di masa depan. Banyak pilihan yang terpampang di hadapannya. Apakah ia akan memilih mengejar passion-nya? Apakah ia ingin menjadi kaya raya meski caranya tidak harus dengan menjalani passion?
Membayangkan masa depan membuatnya agak sedikit takut. Yach, karena masa depan serba tak pasti, meskipun sedikit banyak kita bisa memprediksi akan seperti apa masa depan kita dilihat dari kehidupan kita di masa sekarang.
Dalam keraguan itu, Nadira membaca sebuah buku berjudul “Stumbling on Happiness” karya Daniel Gilbert. Dia berharap buku itu akan memberinya insight bagaimana menentukan masa depan yang ingin dijalaninya.
So, akankah buku itu benar-benar memberinya insight? Yuk ungkap dalam BaRing berikut ini.
Ring 1 - Apa Gambaran Besar Isi Buku Ini?
Kalau misal kita dikasih tahu kalau 15 menit lagi kita akan meninggal, kira-kira apa yang akan kita lakukan? Menyesali kehidupan kita selama ini? Atau, malah melakukan apapun semau kita karena toh sudah tidak ada gunanya lagi menjaga perilaku kita dari hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain?
Mungkin ada orang yang terhanyut sedih dalam penyesalan. Tapi, ada juga yang akan berpikir, ya sudah hidup tinggal sebentar ini, tinggal nikmati saja sebebas kita.
Beda halnya jika kita dikasih tahu bahwa hidup kita masih panjang, masih banyak kesempatan untuk meraih masa depan yang cemerlang. Kira-kira, apa yang akan kita lakukan? Ada sementara orang yang menyia-nyiakan kesempatan dengan terus menunda-nunda merancang dan mewujudkan masa depan yang bahagia. Tapi banyak juga yang berlomba-lomba untuk mewujudkan masa depan yang bahagia dengan mengumpulkan kekayaan, mengejar karir, mengejar passion, dan sebagainya. Dan, tentu saja ini sangat baik karena kebahagiaan masa depan adalah akibat dari tindakan kita saat ini.
Tapi yang menjadi masalah adalah, banyak orang yang di masa depannya menyesal dengan apa yang telah mereka lakukan di masa mudanya. Karena setelah mengalami sendiri masa depannya, ternyata mereka merasa masa depan itu tidak sesuai dengan keinginan mereka. Jadi, sangat ironis. Saat muda mereka menginginkan masa depan seperti itu, tapi saat sudah mencapai keinginan tersebut, mereka malah menyesal.
Nah, buku ini bukanlah buku yang menyediakan tips atau cara pamungkas untuk mencapai kebahagiaan. Tidak. Buku ini berisi mengenai penjelasan sains tentang bagaimana dan seberapa baik otak manusia bisa membayangkan masa depannya sendiri, dan tentang bagaimana dan seberapa baik otak manusia bisa memprediksi masa depan yang paling ia nikmati.
Buku ini tentang kepingan mozaik yang telah menjadi renungan para pemikir selama dua millenia, dan menggunakan ide mereka untuk menjelaskan mengapa kita kelihatannya mengetahui sangat sedikit sekali tentang hati dan pikiran diri kita di masa depan.
Dengan mengetahui kelemahan dan kelebihan pikiran manusia dalam memprediksi masa depan, diharapkan pembaca bisa menggunakan kelebihan dan menghindari kekurangan tersebut untuk mengetahui apa yang benar-benar diinginkannya di masa depan.
Ring 2 - Apa Definisi Kebahagiaan menurut Penulis Buku ini?
Kebahagiaan sebenarnya hanyalah sebuah kata, tidak lebih, tidak kurang, yang mana kita sebagai pembuat kata bisa gunakan untuk mengindikasi apapun yang kita senangi.
Kata kebahagiaan digunakan untuk mengindikasi paling sedikit tiga hal yang berkaitan, yang mana mungkin kita sebut kebahagiaan emosional, kebahagiaan moral, dan kebahagiaan menilai.
Kebahagiaan emosional merupakan yang paling dasar dari ketiganya. Kebahagiaan emosional merupakan frasa untuk perasaan, pengalaman, keadaan subjektif, dan demikian tidak ada rujukan objektif di dunia fisik. Kebahagiaan, adalah perasaan - Anda tahu apa yang saya maksud.
Apa itu Kebahagiaan? Anda mungkin tergoda untuk menyimpulkan bahwa kata 'kebahagiaan' tidak mengindikasikan sebuah perasaan yang baik tetapi lebih mengindikasikan sebuah perasaan baik yang sangat spesial yang hanya akan bisa diproduksi oleh tujuan yang sangat
spesial - sebagai contoh, menjalani hidup dengan moral, makna, mendalam, kaya, ala Sokrates.
Semua pengakuan kebahagiaan merupakan pengakuan dari sudut pandang seseorang - dari perspektif manusia yang mana memiliki koleksi unik dari pengalaman masa lalu berperan sebagai konteks, lensa, latar belakang dari evaluasinya atau pengalamannya saat ini.
Kenyataannya adalah bahwa kita akan merasa bergairah tanpa mengetahui apa yang telah membangkitkan gairah kita memiliki siratan penting bagi kemampuan kita untuk mengidentifikasi emosi diri kita sendiri.
Kebahagiaan tidak bisa diukur dengan pasti. Namun bisa dengan pendekatan pemikiran berikut:
- Pemikiran pertama, Pengalaman subjektif alami mengungkapkan bahwa tidak akan ada happy meter - alat sempurna yang bisa diandalkan yang memungkinkan seorang pengamat untuk mengukur karakteristik dari pengalaman subjektif orang lain dengan keakuratan tinggi, sehingga pengukuran tersebut bisa diambil, direkam, dan saling dibandingkan.
- Pemikiran kedua, adalah bahwa semua pengukuran dari pengalaman subjektif yang bisa kita ambil, laporan jujur dan tepat waktu, dari individu yang penuh perhatian adalah kesalahan yangpaling kecil.
- Pemikiran ketiga adalah bahwa ketidaksempurnaan dalam pengukuran selalu merupakan masalah. tetapi mereka merupakan masalah yang berat hanya ketika kita tidak mengenalnya. Masalah ini timbul karena pengukurannya hanya pada dua orang. Tingkat masalah ini semakin kecil ketika pengukuran dilakukan ke banyak orang.
Ring 3 - Apa Penyebab Otak Manusia “Gemar” Membayangkan & Memprediksi Masa Depan?
Jika Anda ditanya untuk menyebutkan pencapaian terhebat dari otak manusia, Anda mungkin akan berpikir artefak-artefak pertama yang pernah dihasilkan - Great Pyramid of Giza, International Space Station, atau mungkin Golden Gate Bridge.
Satu-satunya pencapaian yang begitu luar biasa yang bahkan mesin yang paling mutakhir tidak bisa berpura-pura telah mencapainya, dan pencapaian tersebut merupakan pengalaman sadar. Melihat Great Pyramid atau mengingat Golden Gate atau membayangkan Space Station merupakan tindakan yang jauh lebih luar biasa dibanding membangun salah satunya.
Melihat adalah mengalami dunia ini sebagaimana adanya, mengingat adalah mengalami dunia ini sebagaimana dulunya, tetapi membayangkan - ah, membayangkan adalah mengalami dunia tidak sebagaimana adanya dan tidak pernah ada sebelumnya, tetapi sebagaimana mungkinnya.
Pencapaian terhebat dari otak manusia adalah kemampuannya untuk membayangkan objek dan episode yang tidak ada dalam dunia nyata, dan kemampuan inilah yang membuat kita memikirkan tentang masa depan. Seperti yang dicatat oleh salah seorang filsuf, otak manusia adalah sebuah 'mesin antisipasi,' dan 'membuat masa depan' adalah hal terpenting yang ia buat.
Prediksi ini sangat luar biasa pada kecepatan dan ketepatan, dan sulit untuk membayangkan akan seperti apa kehidupan kita jika otak kita berhenti membuatnya, meninggalkan kita sepenuhnya "dalam saat ini" dan tidak mampu mengambil langkah selanjutnya.
Mengapa kita tidak bisa hanya berada di sini sekarang? Mengapa kita tidak bisa melakukan sesuatu yang ikan mas kita pikir begitu sederhana? Mengapa otak kita begitu keras kepala ngotot memproyeksi kita ke masa depan ketika ada begitu banyak hal untuk dipikirkan di sini hari ini?
Jika begitu, mengapa kita pergi begitu jauh untuk membangunnya? Ada dua alasan. Pertama, mengantisipasi kejadian yang tidak menyenangkan bisa meminimalkan pengaruhnya. Alasan kedua mengapa kita mengambil penderitaan ini untuk membayangkan kejadian yang tidak menyenangkan seperti ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan adalah karena ia memiliki peran berguna dalam kehidupan kita.
Kita memotivasi karyawan, anak, pasangan, dan hewan peliharaan untuk melakukan hal yang benar dengan menyandiwarakan konsekuensi yang tidak menyenangkan dari kelakuan buruk mereka, dan juga memotivasi diri kita dengan membayangkan esok hari yang tidak menyenangkan sedang menunggu kita mengharuskan kita untuk berjalan di bawah sinar mentari dan menolak eclair.
Prospeksi bisa menyediakan kesenangan dan mencegah penderitaan, dan ini adalah salah satu alasan mengapa otak kita dengan keras kepala ngotot mengejar pikiran tentang masa depan.
Pengetahuan adalah kekuatan, dan alasan paling penting mengapa otak kita ngotot untuk menyimulasikan masa depan bahkan ketika kita lebih memilih berada di sini sekarang, menikmati momen ikan mas (perilaku ikan mas yang hanya berada dan menikmati saat ini), adalah bahwa otak kita ingin mengendalikan pengalaman yang akan kita miliki.
Kita melihat ke masa depan sehingga kita bisa membuat prediksi tentang kejadian di masa itu, sehingga kita bisa mengendalikannya - tetapi mengapa kita ingin mengendalikannya? Mengapa tidak membiarkan masa depan terungkap saja sebagaimana ia akan nantinya dan mengalaminya? Mengapa tidak berada di sini sekarang dan di sana nanti?
Ada dua jawaban untuk pertanyaan ini, yang satu adalah sesuatu yang benar (surprisingly right) dan yang lainnya adalah sesuatu yang salah (surprisingly wrong). Jawaban surprisingly right adalah bahwa orang merasa puas untuk mengendalikan - tidak hanya demi masa depan yang mereka terima, tetapi demi pengalaman itu sendiri.
Jawaban surprisingly wrong; kelihatannya begitu bijaksana dan secara luas diyakini bahwa hanya pukulan yang berlarut-larut yang memiliki harapan untuk menghapuskannya dari kebijaksanaan konvensional kita.
Imajinasi menderita tiga kekurangan: realisme, presentisme, dan rasionalisasi, yang akan kita bahas nantinya.
Ring 4 - Apa yang Membuat Prediksi & Imajinasi Manusia tentang Masa Depan Tidak Selalu Akurat?
Pertama: realisme
Kekurangan pertama dari imajinasi adalah: Imajinasi bekerja sangat cepat, dengan pelan, dan efektif sampai-sampai kita tidak cukup untuk merasa skeptis pada hasilnya.
Kita mengisi apa yang tidak bisa kita lihat di titik buta dengan apa yang menurut kita ada di sana. Sama halnya dengan, kita hanya menyimpan data yang penting (perasaan bisa menjadi salah satunya) sebagai bagian dari memori dan mengisi detailnya saat kita menarik memori tersebut.
Dan ini juga berlaku ketika kita membayangkan masa depan juga. Otak dengan cepat dan diam-diam mengisi detail dan kita sangat jarang menyadari proses ini.
Penelitian menunjukkan bahwa kita cenderung untuk menekankan munculnya atribut tertentu, tapi mengabaikan ketidakhadiran berbagai elemen lain. Contoh, mencari tahu kata-kata "spesial" yang memiliki elemen yang sama dari kehilangan karakter tertentu; memilih Jerman Barat dan Jerman Timur sebagai negara yang paling mirip dan paling tidak mirip.
Kami memperhatikan hadirnya kesamaan DAN hadirnya ketidaksamaan, tapi tidak munculnya "atau". Menarik hal ini ke imajinasi, kita cenderung tidak menyadari ketidakhadiran detail penting ketika kita membayangkan masa depan.
Agar kita bisa melihat lebih detail hal-hal yang lebih dekat dibandingkan yang jauh, kita membayangkan kejadian-kejadian yang lebih dekat dengan masa kini dengan detail yang jauh lebih baik daripada yang jauh di masa depan. Bagaimanapun, otak kita bisa menyesuaikan pandangannya dari sisi spasial, namun jarang bisa melakukannya dari sisi pandangan waktu.
Tepatnya, karena kita membayangkan masa depan yang dekat dengan detail yang lebih baik daripada masa depan yang lebih jauh, kita menilai masa depan dekat lebih besar.
Kedua: presentisme
Kekurangan kedua dari imajinasi adalah: Imajinasi itu... yaah, tidak terlalu imajinatif, yang mana mengapa masa depan yang dibayangkan kelihatannya mirip dengan kondisi saat ini.
Bagaimana perasaan kita di mana kini memengaruhi bagaimana kita mengingat masa lalu dan membayangkan masa depan. Contohnya seorang janda merasakan kepedihan kehilangan suaminya lima tahun yang lalu sangat bergantung pada bagaimana perasaannya sekarang.
Mengapa seseorang tidak bisa membayangkan dirinya lapar pada saat kenyang? Karena seperti imajinasi melakukan pratinjau ke objek, ia juga melakukan pra perasaan pada kejadian.
Ketika kita mencoba untuk membayangkan sesuatu, kita mencoba untuk membuat gambaran visualnya dan melukiskannya dalam gambaran mental. Bagian visual dari otak kita diaktifkan selama proses ini. Itulah mengapa Anda menutup pendengaran Anda ketika Anda mencoba mengingat melodi. Anda memerlukan bagian itu untuk memproses suara.
Sama halnya dengan imajinasi sensori, imajinasi emosional membuat otak benar-benar merasakannya. Otak tidak bisa merasakan dua hal sekaligus, sama seperti ia tidak bisa merasakan dua benda sekaligus. Inilah mengapa sangat sulit membayangkan rasa lapar saat kita kenyang, membayangkan kebahagiaan ketika Anda depresi dan sebagainya.
Kita cenderung melogikakan waktu dengan mengubahnya dalam istilah spasial (contohnya garis waktu) sama seperti kita mengubah ide abstrak menjadi nyata. Penelitian variasi vs non variasi menunjukkan bahwa orang cenderung salah membayangkan urutan kejadian dan karena itu salah meramalkan bahwa menjalani variasi di atas periode yang diperpanjang akan menghasilkan lebih banyak kebahagiaan.
Otak manusia sangat mahir dalam membandingkan. Kita sering membandingkan masa lalu ketika kita harus membandingkan kemungkinan. Tetapi ketika membandingkan kemungkinan, kita berakhir dengan membandingkan banyak atribut. Nilai ditentukan dari perbandingan, tapi jika kita mencoba untuk meramalkan bagaimana perasaan kita pada sesuatu di masa depan, kita tidak boleh fokus pada perbandingan yang kita buat di masa kini.
Ketiga: rasionalisasi
Kekurangan ketiga dari imajinasi adalah imajinasi mengalami kesulitan memberitahu kita bagaimana kita akan berpikir tentang masa depan ketika kita sampai di sana.
Seperti stimuli sensori yang bisa ambigu secara subyektif, pengalaman juga bisa mengalami ambigu. Untuk membuat pengalaman menjadi tidak rancu, kita sering merasionalisasi ke arah
perasaan positif. Ini bisa dianggap sebagai sistem imun psikologis. Kita mencoba untuk mendukung rasionalisasi dengan fakta, namun contoh data akan menjadi bias dan fakta yang bertentangan dengan pemikiran ideal kita kemungkinan besar akan ditentang.
Ketika kita meramal masa depan, kita jarang memperhitungkan rasionalisasi masa depan. Jadi melihat dan membayangkan masa depan akan memberikan hasil yang berbeda dari melihat ke masa lalu pada pengalaman yang sama.
Orang juga lebih sering menyesali hal yang tidak ia lakukan dibanding apa yang ia lakukan. Salah satu alasan adalah lebih sulit membangun pandangan yang positif dan meyakinkan dari tidak bertindak daripada tindakan yang kita lakukan.
Tidak semua pengalaman negatif memicu sistem pertahanan psikologis kita. Ia harus melewati ambang batas tertentu untuk memunculkan pemicu yang kuat, situasi yang tidak bisa dihindari,
tidak bisa dikembalikan juga memicu sistem imun psikologis.
Kegagalan kita untuk mengantisipasi yang tidak bisa dihindari ini akan memicu sistem imun kita yang mengarahkan kita untuk memilih antara kebebasan atau pilihan yang terbatas. Ini akan menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih rendah di masa depan.
Penjelasan memperbaiki dampak dari kejadian yang tidak menyenangkan, begitu juga dengan dampak dari kejadian yang menyenangkan. Itulah mengapa kejadian yang tidak dijelaskan
memiliki dampak emosional yang tidak seimbang, sebagian dikarenakan kita cenderung terlalu memikirkannya.
Ring 5 - Bagaimana Solusi agar bisa Meraih Masa Depan yang Diinginkan?
Mengapa ilusi dari ramalan masa depan tidak mudah untuk diperbaiki dengan pengalaman personal atau dengan kebijaksanaan yang kita wariskan dari nenek kita.
Mengapa kita tidak belajar dari pengalaman untuk bisa memperkirakan lebih baik dan mengubah masa depan? Karena interpretasi kita pada ingatan bisa saja cacat atau salah.
- Kita berharap untuk mengingat pengalaman baru-baru ini dengan mudah dan melihat semua pengalaman itu sebagai sebuah indikasi dari kebenaran. Bagaimanapun semakin pengalaman itu tidak disukai, ingatan kita akan pengalaman itu semakin kuat.
- Kita cenderung untuk menilai kenikmatan dari sebuah pengalaman saat kenikmatan ini mencapai tahap akhirnya, kemungkinan mengabaikan sebagian besar dari perasaan positif sebelum pengalaman ini berakhir.
- Keyakinan, klise sering memengaruhi bagaimana kita mengingat emosi kita, walaupun ia memiliki dampak yang lebih kecil saat ini. Pandangan kita yang salah pada kebahagiaan, dan apa yang menghasilkan kebahagiaan, adalah hasil dari nilai budaya yang menggandakan dirinya sendiri untuk memastikan pengunduruan dari generasi sukses. Ini bukanlah seperti bagaimana gen dipromosikan dan dilanjutkan ke generasi selanjutnya.
Imajinasi memiliki tiga kekurangan:
- Kecenderungannya untuk mengisi dan mengabaikan tanpa mengabari kita.
- Kecenderungannya untuk menggambarkan masa kini ke masa depan.
- Kegagalannya untuk mengenali hal yang akan tampil atau muncul secara berbeda ketika hal itu terjadi.
Solusinya bukanlah mencoba untuk menebak atau membayangkan masa depan, namun, berdasarkan prediksi Anda pada pengalaman nyata orang lain. Lihat dan tanyalah bagaimana orang lain merasakan saat melewatinya. Usahakan yang terbaik untuk tidak melakukan asumsi Anda akan merasakan hal perasaan yang berbeda karena Anda unik atau spesial.
Dan ramalan dari Daniel pada solusi yang sederhana ini akan langsung ditolak oleh para pembaca. Apakah demikian?
DANIEL GILBERT, seorang profesor Psikologi dari Harvard College di Harvard University. Dia telahmemenangkan berbagai penghargaan atas pengajaran dan risetnya, termasuk TheAmerican Psychological Association's Distinguished Scientific Award for an Early Career Contribution to Psychology. Risetnya telah diliput oleh New York Time Magazine, Forbes, Money, CNN, U.S. News & World Report, The New Yorker, The Wall Street Journal, Scientific American, Self, Men's Health, Redbook, Glamour, Psychology Today dan masih banyak lainnya.
Nah setelah menyelesaikan buku “Stumbling on Happiness”, Nadira mendapatkan beberapa insight, di antaranya:
- Kebahagiaan menurut penulis buku ini adalah perasaan baik yang sangat spesial yang hanya akan bisa diproduksi oleh tujuan yang sangat spesial - sebagai contoh, menjalani hidup dengan moral dan makna. Tapi, apa yang membuat bahagia pada masing-masing orang sangatlah berbeda-beda. Ada yang bahagia dengan materi, ada yang bahagia dengan berkontribusi, ada juga yang bahagia dengan memiliki orang-orang yang dikasihi.
- Apa yang membuat manusia gemar mengangankan dan memprediksi masa depan adalah kemampuannya untuk membayangkan objek dan episode yang tidak ada dalam dunia nyata. Seperti yang dicatat oleh salah seorang filsuf, otak manusia adalah sebuah 'mesin antisipasi,' dan 'membuat masa depan' adalah hal terpenting yang ia buat.
- Ada 3 hal yang membuat prediksi seseorang akan masa depan tidak selalu akurat, yakni: realisme, presentisme, dan rasionalisasi.
- Solusi untuk bisa meraih masa depan yang diinginkan bukanlah mencoba untuk menebak atau membayangkan masa depan, namun, berdasarkan prediksi Anda pada pengalaman nyata orang lain. Lihat dan tanyalah bagaimana orang lain merasakan saat melewatinya.
Terima kasih telah mengikuti perjalanan Nadira, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari DeRing ini.
Sampai bertemu di BaRing selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital
Sukses selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya