Get the Behaviour You Want ... Without being the Parent You Hate!
Deborah Gilboa, MD
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Fani seorang ibu yang anak-anaknya sudah mulai menginjak masa remaja. Ia melihat mulai banyak perubahan pada mereka dalam segala hal. Mereka mulai susah diatur, mulai kritis, dan banyak pertanyaan.
Rasa penasaran mereka pun bertambah tinggi, khususnya tentang teman lawan jenis, juga tentang aturan-aturan dan norma-norma yang harus mereka ikuti. Anaknya yang laki-laki suka protes tak dibolehkan bermain sampai malam. Sedangkan perempuannya suka protes kalau ke mana-mana harus ditemani saudara laki-lakinya.
Fani bingung bagaimana harus bersikap. Kalau terlalu tegas, nanti anak-anaknya berontak. Kalau tak tegas, nanti mereka malah bertindak semaunya.
Ia tidak mau menjadi orangtua yang dijauhi dan dibenci anak-anaknya. Ia ingin anak-anaknya mau menuruti kemauannya dengan suka rela. Ia juga ingin agar anak-anaknya bisa dekat dengan dirinya.
Keinginannya itu mendorongnya untuk membaca buku “Get the Behavior You Want...without Being the Parent You Hate!” karya Deborah Gilboa.
Akankah ia menemukan jawaban di buku itu? Yuk temani perjalanannya dalam Baring berikut ini.
Ring 1 - Bagaimana Cara Mendidik yang Benar agar Anak Mau Mendengarkan & Menuruti Nasihat Orangtua?
Membesarkan anak berpusat pada 3R, yaitu respect (hormat), responsibility (tanggung jawab), dan resilience (keuletan).
Respect (Hormat)
Hormat adalah kemampuan untuk mengakui nilai atau keunggulan seseorang dan mengkomunikasikannya. Bagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri dan orang lain adalah konsep yang paling penting yang bisa diajarkan oleh orang dewasa kepada anak-anak.
Berikut beberapa alasan kenapa respek baik untuk Anda:
- Anda berharga. Jika anak Anda tidak bisa atau tidak mau melihatnya, mereka tidak akan bisa dan tidak akan mau belajar dari Anda. Mereka tidak akan dibimbing oleh Anda; mereka akan selalu berusaha membuktikan betapa berbedanya mereka dari Anda dan seberapa banyak mereka tidak membutuhkan Anda.
- Ketika Anda merasa berharga akan lebih mudah menghadapi kesulitan. Bagaimana perasaan kita terhadap suatu pekerjaan berbanding lurus dengan seberapa banyak respect yang kita dapat dari melakukan pekerjaan tersebut. Selalu luangkan waktu untuk mengajari anak Anda mengkomunikasikan rasa hormat, sama halnya dengan rasa terima kasih mereka.
Berikut ini beberapa alasan kenapa respek bagus untuk anak Anda:
- Harga diri didapat dari menghormati diri sendiri. Tentu saja mengajarkan anak kita tentang cinta dan kerendahan hati itu penting, namun jika anak tidak tahu pentingnya menghormati diri sendiri – tubuh, kepribadian, kebutuhan – mereka tidak akan mampu untuk menjaga diri mereka sendiri. Mereka tidak akan tahu jika mereka pantas diperlakukan dengan baik.
- Menghormati diri sendiri membuat anak-anak mampu keluar atau menghindar dari sikap yang tidak hormat. Mereka harus bisa membedakan sikap hormat dan tidak hormat, dan tahu bahwa yang satu baik dan yang satunya lagi buruk.
- Anak-anak yang bisa berkomunikasi penuh hormat mendapatkan apa yang mereka inginkan. Satu anak berkata “saya mau kue!” sedangkan satunya berkata “Nona Matthew, bolehkah saya minta kue?”. Menurut Anda, siapa yang pertama mendapatkannya? Jika anak Anda ingin masuk tim tertentu, mendapatkan peran tertentu dalam suatu pertunjukan, nilai yang baik, atau bahkan pekerjaan, Anda biasanya mempersiapkan mereka. Daripada nantinya Anda harus kerepotan membantu mereka dalam setiap situasi, beri anak Anda bekal dalam kompetisi ini SEKARANG, yakni rasa hormat.
Responsible (Tanggung Jawab)
Tanggung jawab artinya belajar untuk bisa diandalkan, bisa diharapkan dan mampu memenuhi kewajiban. Mengajari anak-anak kita (bukan hanya merengek dan berdebat) untuk memahami dan memenuhi tanggung jawab mereka akan menyiapkan mereka untuk meraih mimpi mereka.
Kita ingin para pendidik anak-anak kita untuk bisa mendorong kemampuan dan potensi mereka yang paling menonjol. Jadi kenapa kita tidak melakukannya di rumah? Kita bisa menantang anak kita untuk mencuci pakaian, atau mengatur sendiri uang mereka, atau membersihkan kamar mandi.
Kita cenderung menganggap bahwa lebih cepat dan lebih baik jika kita saja yang mengerjakannya, dan akan lebih lama dan lebih repot jika meminta mereka melakukannya, dan mungkin mereka tidak akan menyukainya, atau menolak melakukannya. Namun, pertimbangkan hal ini:
- Jika kita sudah mengajari anak keahlian baru, kita bisa mengalihkan tanggung jawab itu kepadanya.
- Segala sesuatu yang kita ingin anak-anak kita mampu lakukan saat dewasa, pastikan mereka pelajari saat masih anak-anak.
- Setiap kesulitan adalah kesempatan untuk mengajarkan etika kerja.
Anak-anak belajar dari teladan. Kita bisa membimbing mereka dengan membimbing diri kita sendiri. Bonusnya? Anak-anak kita akan semakin yakin dengan kita. Mereka akan memahami bahwa mereka bisa mengandalkan kita untuk berkata benar, untuk berbuat yang terbaik, dan untuk menjadi orangtua mereka, meski itu sulit. Karena itu adalah tanggung jawab kita.
Resilience (Keuletan)
Keuletan berarti belajar menangani hidup saat tidak ada yang berjalan sesuai rencana.
Setiap tantangan yang dihadapi anak-anak kita adalah kesempatan untuk belajar keuletan. Berikut jalannya.
- Seorang anak punya harapan dari sebuah pengalaman. Bisa berupa kejadian atau hubungan atau sebuah kegiatan, atau hal-hal biasa. Anak ini punya gambaran (kabur atau spesifik) mengenai bagaimana kejadiannya.
- Sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Manusia, besar atau kecil tidak suka jika harapannya berubah.
- Muncul emosi yang kuat. Langkah pertama yang harus dipelajari anak adalah bergerak dari emosi ke tempat yang lebih tenang. Hal ini cukup sulit terutama untuk balita.
- Ada pilihan. Anak yang masih kecil memutuskan dari pilihan-pilihan yang diberikan orang dewasa. Untuk anak yang lebih tua harus memikirkan bagaimana selanjutnya. Mereka harus mengenali pilihan-pilihannya dan memilih.
- Setiap pilihan punya konsekuensi. Anak-anak akan selalu belajar dari pilihan mereka.
(Apakah hidupnya dalam bahaya? Kita tidak seharusnya membangun keuletan dengan membiarkan seorang anak menyeberang jalan sendirian sedangkan dia belum memiliki keahlian untuk itu, dan situasi serupa)
Anak belajar keuletan ketika mereka menyelesaikan masalah. Kita tidak perlu memberikan anak kita masalah untuk dituntaskan; kita hanya perlu berhenti ikut campur untuk menyelesaikan masalah mereka.
Keyakinan diri adalah faktor penting. Ketika kita mundur dan membiarkan anak mencoba, kita menunjukkan bahwa kita memiliki keyakinan pada dirinya. Keyakinan bahwa mereka bisa menemukan jawaban, dan mereka bisa mengatasinya jika ada sesuatu yang tidak sesuai rencana muncul.
Pahamilah bahwa keuletan bukan sebuah emosi. Kita tidak perlu mengatakan pada anak kita bagaimana merasakan perasaan (dan tidak akan berhasil jika kita mencobanya). Keuletan adalah tentang tindakan, dan bisa muncul dalam kondisi perasaan apapun.
Ring 2 - Bolehkah Memarahi Anak?
Memarahi anak memang terkadang perlu kalau memang anaknya tidak mau mendengar perkataan orangtua. Tapi, dalam berkomunikasi dengan anak, sebaiknya diperhatikan bagaimana komunikasi yang tegas tapi tidak menyakiti perasaan anak.
Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:
1. Hindari slang. Anda bisa membuat orang dewasa lebih mempercayai dan menganggap Anda orang baik dengan menggunakan kata-kata tertentu dan menghindari kata-kata tertentu. Menggunakan slang membedakan Anda dengan orang dewasa, tapi tidak membuat mereka terkesan. Slang hanya untuk teman. Slang membuat orang dewasa merasa bodoh atau tua, dan terkesan Anda mempermainkan mereka meski sebenarnya tidak. Tidak ada satupun dari itu yang membuat orang dewasa menganggap serius orang muda.
2. Tidak ada bahasa kasar di dekat orang dewasa, atau anak kecil. Apakah menurut saya anak baik tidak berkata kasar? Tidak selalu begitu. Saya rasa hampir setiap anak berkata kasar (beberapa bahkan lebih sering), tapi saya rasa setiap anak yang berkata kasar dan kemudian menyadari ada orang dewasa di dekatnya harus segera berhenti, dan meminta maaf.
(Batasan itu penting. Belajar kode rahasia yang memisahkan generasi akan membantu Anda memperlakukan orang dewasa dengan lebih baik dan timbal baliknya akan diperlakukan lebih baik juga)
3. Ajari rahasia komunikasi nonverbal. Karena kita tahu bahwa komunikasi nonverbal memberikan banyak informasi, kita perlu mengajari anak kita kekuatannya untuk menunjukkan siapa dirinya. Berikut beberapa di antaranya:
- Cara berpakaian. Kita berpakaian untuk membuat pernyataan. Banyak cara berpakaian dan yang berarti banyak pernyataan. Anak-anak kita harus diberi informasi mengenai pernyataan yang mereka berikan dengan pakaian mereka sehingga mereka bisa diakui.
- Postur. Duduk dan berdiri tegak misalnya ketika berbicara dengan orang dewasa. Hal itu menunjukkan rasa hormat pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang yang diajak bicara. Bahkan meski itu cukup sulit dipelajari.
- Kontak mata. Anak perlu belajar melihat orang di mata. Untuk perkenalan, pertanyaan, meminta maaf, bahkan hanya bercakap-cakap – semua ini adalah menghormati diri sendiri dan menghormati orang lain.
Ring 3 - Haruskah Orangtua Bersikap Lunak Pada Anak agar Disukai Mereka?
Kalau lunak di sini berarti tidak tegas dan cenderung terus menuruti dan mengalah pada kemauan anak tentu tidak.
Justru, orangtua perlu bersikap tegas, tidak pada kata-kata yang mereka gunakan, tapi pada keyakinan orangtua pada diri sendiri. Seorang ibu yang berkata “Saya bilang tidak!” Mungkin saja maksudnya “Saya bilang tidak! Dan kita berdua tahu jika saya harus mengingatkan sekali lagi kamu tidak akan suka konsekuensinya.” Atau mungkin maksudnya adalah “Saya bilang tidak! Dan saya tahu kamu tidak akan mendengarkan tapi apa lagi yang harus saya lakukan.”.
Bukan kata-katanya, tapi pemahaman seperti inilah yang mendorong anak memutuskan untuk mendengarkan atau tidak. Jika Anda tidak mengharapkan mereka untuk patuh mereka tidak akan patuh.
Triknya adalah mengetahui dua hal:
- Konsekuensi apa yang akan dihadapi anak Anda jika mereka tidak ikut aturan, dan
- (meski butuh waktu) mereka akan belajar untuk mengikuti aturan.
Apapun yang Anda katakan, Anda harus selalu berpegang pada hal itu.
- Sebagai orangtua, kita tahu bahwa kita berkuasa atas anak-anak kita. Selama beberapa tahun, kitalah bos mereka. Jangan ragu menggunakan kekuatan tersebut selama itu untuk kebaikan.
- Sebagai orangtua kita harus menghormati anak-anak kita. Artinya, kita menghargai keunggulan dan nilai mereka. Kita menunjukkan mereka rasa hormat dengan menghormati peran kita, dan peran mereka dalam keluarga.
- Sebagai orangtua, kita harus mengajari anak-anak kita untuk menghormati kita. Cinta mereka akan datang sendiri, tapi rasa hormat harus dipelajari.
(Akankah anak saya membenci saya? Kadang-kadang. Dan hari-hari itu cukup berat, tapi cukup berarti. Karena, jika Anda tidak berkuasa di rumah, maka anak Andalah yang berkuasa. Pernah melihat Peter Pan berkuasa atas anak-anak yang hilang? Seseorang akan masuk dan mengatur keluarga Anda jika Anda tidak mau melakukannya.
Seseorang akan mempengaruhi bagaimana setiap orang bersikap satu sama lain. Tidakkah Anda ingin seseorang itu adalah Anda, pasangan Anda, atau keduanya?)
Kedua, orangtua perlu berhenti menyenangkan anak. Mungkin ini konsep paling melegakan dalam pengasuhan. Berhentilah menyenangkan hati anak kita. Kita harus memahami apa itu kebahagiaan dan apa yang bukan. Kebahagiaan anak Anda adalah tanggung jawab dia. Kebahagiaan dia: tidaklah terjamin, bukan prioritas Anda, dan bukan ukuran kesuksesan pengasuhan Anda.
Anda tidak bisa benar-benar membuat orang bahagia untuk jangka panjang. Anda bisa memuluskan jalan, memecahkan semua masalah, melindungi mereka sebisa mungkin dari saat-saat sulit dan masalah-masalah segera saat Anda menemukannya, tapi mereka akan masih merasa menderita.
Jika Anda mengukur keberhasilan pengasuhan Anda dari kebahagiaan anak Anda, cepat atau lambat Anda akan merasa gagal. Jika Anda mengukurnya dari pertumbuhan dan pembelajaran anak Anda, Anda akan bisa merasa berhasil kapanpun.
Ring 4 - Kalau Anak Melakukan Kesalahan, Apa yang Harus Orangtua Lakukan?
Kalau anak Anda melakukan kesalahan atau menghadapi masalah, idealnya kapanpun Anda bisa, jangan ikut campur. Sebagai gantinya, lakukan hal-hal berikut ini untuk membantu anak Anda memperbaiki kesalahan atau mengatasi masalah:
- Tertariklah. Sesuatu tidak berjalan sesuai harapan anak Anda. Anda mundur bukan karena Anda tidak peduli, Anda mundur dan tidak ikut campur karena Anda peduli.
- Dengarkan dengan empati. Emosi kuat itu penting bagi anak Anda, emosi itu penting bagi Anda.
- Tunjukkan keyakinan akan kemampuan anak Anda untuk mengatasi kesulitan dengan ide-ide bagus. Tanyakanlah pilihan-pilihan apa yang dia pertimbangkan.
- Jangan memberi tahu apa yang harus dilakukan. Ini adalah bagian tersulit. Anda bisa menawarkan opini jika dia mendesak Anda, tapi jangan menawarkan duluan. Inilah bedanya mengerjakan pekerjaan Anda sendiri dengan mengambil pekerjaan orang lain. Sedikit banyak, pastikan Anda tidak melakukannya.
- Tertariklah dengan apa yang terjadi. Jika Anda tidak memberi nasihat maka Anda tidak harus menyalahkan anak Anda jika gagal karena tidak menuruti nasihat Anda. Lebih baik konsentrasi pada “apa yang kamu pelajari?”
Deborah Gilboa, MD, alias Dr. G adalah pemenang penghargaan di bidang pengasuh anak, dokter keluarga, pembicara internasional, penulis, dan ibu dari empat anak laki-laki. Dia adalah Clinical Associate Professor di Jurusan Kedokteran Universitas Pittsburgh dan tamu rutin program CBS Pittsburgh Today, Windy City Live di ABC, dan iQ SmartParent di WQED. Dia menjadi kontributor di Huffington Post, Everyday Health, majalah Young Teen, majalah Parents, dan MNSBC.com. dia tinggal di Pittsburgh, Pennsylvania
Demikianlah bagaimana kisah Fani menemukan jawaban di buku “Get the Behavior You Want...without Being the Parent You Hate!”
Ada beberapa poin penting yang menurutnya bisa diterapkan dalam mendidik anak-anaknya, yang antara lain:
1. Cara mendidik anak yang benar agar anak mau mendengarkan orangtua adalah dengan mengajarkan anak 3R (respect, responsible, resilience).
Kenapa 3 hal ini bisa membuat mereka mau mendengarkan orangtua adalah ketika anak respek kepada orangtua, maka mereka akan dengan suka rela mendengarkan nasihat orangtua. Begitu juga kalau orangtua dan anak sama-sama memiliki sikap bertanggung jawab, maka anak akan bersedia kooperatif dengan orangtua. Sedangkan dengan resilience, anak akan dengan sendirinya proaktif mengatasi masalahnya tanpa menunggu ditegur orangtua.
2. Komunikasi yang efektif dengan anak adalah yang bisa membuat mereka bersedia mendengarkan Anda tapi mereka juga tidak tersakiti dengan kata-kata Anda.
Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah, hindari penggunaan slang dan kata-kata kasar, dan ajarkan komunikasi non-verbal seperti berbicara sambil menatap mata dan sikap badan yang tegap saat berbicara.
3. Alih-alih bersikap lunak dan menuruti semua kemauan anak, sebaiknya orangtua bersikap tegas dan berhenti menyenangkan anak, karena bagaimana pun juga kebahagiaan anak adalah tanggung jawab mereka sendiri.
Apa yang diperlukan adalah, orangtua membekali anak kemampuan untuk mencari kebahagiaan mereka.
4. Jika anak melakukan kesalahan atau menghadapi masalah, sebisa mungkin orangtua tidak turut campur mengatasinya. Cukup beri dukungan agar anak percaya diri mereka mampu mengatasi masalahnya dan bimbing mereka secara tidak langsung untuk mengambil keputusan yang tepat.
Terima kasih telah menemani perjalanan Fani, semoga manfaatnya bisa Anda rasakan juga. Sampai bertemu di Baring selanjutnya.Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital
Sukses selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya