Finish What You Start: The Art of Following Through, Taking Action, Executing & Self-Discipline
Peter Hollins
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
Kesimpulan
-
Full Dering
“Ah, lu mah kebiasaan! Makan tinggal sesuap lagi pasti nggak habis,” ucap Sonya kepada temannya, Lala, yang meninggalkan sisa makanannya begitu saja padahal tinggal sesuap lagi.
“Tanpa lu sadari, kebiasaan lu itu nunjukin kalau lu nggak bisa nyelesai’in apa yang sudah lu mulai,” tambahnya dengan nada kesal.
Mendengar penuturan temannya itu, Lala terkekeh terpingkal-pingkal karena dia tidak percaya dengan apa yang temannya katakan. Tapi meskipun begitu, dia mengakui kalau dirinya memang punya kebiasaan sulit menyelesaikan apa yang sudah ia mulai. Mulai dari kerjaan, hobi, rencana pribadi, atau apapun yang ia lakukan, seringkali berakhir terbengkalai akibat di tengah jalan ia mulai malas dan tidak fokus untuk melanjutkannya.
Dia pun lalu merenung memikirkan apa yang menyebabkan dia bisa seperti itu dan bagaimana dia bisa mengatasinya. Tentu, dia ingin bisa menuntaskan apa yang sudah ia mulai; Ia ingin bisa menuntaskan rencana-rencananya sehingga hidupnya tidak lagi dipenuhi penyesalan. Tapi, dia tidak tahu caranya.
Beruntungnya, setelah dia makan bersama temannya, temannya mengajaknya ke sebuah toko buku. Niat awalnya, dia hanya menemani temannya mencari novel-novel terbaru. Tapi, saat melewati rak buku-buku self-help, tanpa sengaja ia melihat sebuah buku berjudul “Finish What You Start: The Art of Following Through, Taking Action, Executing & Self-Discipline” karya Peter Hollins.
“Wah, kebetulan sekali!” batinnya. Dia pun meraih buku itu dari rak dan langsung membelinya.
Singkat cerita, sesampainya di rumah, dia langsung membaca buku itu dan berharap buku tersebut memberinya insight untuk bisa menghilangkan kebiasaannya itu.
So, akankah dia mendapatkan insight yang dicarinya? Yuk, ungkap dalam BaRing berikut ini.
Ring 1 - Apa Gambaran Besar Isi Buku Ini?
Manusia memiliki kecenderungan alami untuk menolak melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan. Celakanya, hal-hal yang tidak menyenangkanlah yang seringkali justru bisa membawa kebaikan dan kemajuan diri. Semisal membaca buku, bekerja, berolahraga, membersihkan rumah, mencuci piring & baju, dan sebagainya.
Dan sebaliknya, biasanya hal-hal yang menyenangkan, dalam jangka panjang justru membawa dampak tidak menyenangkan bagi diri kita. Makan makanan semau kita, rebahan seharian, membiarkan rumah berantakan, bolos kerja, semua itu terasa menyenangkan. Tapi, dampak jangka panjangnya, hidup kita terbengkalai.
Tapi, karena kecenderungan itu (menolak melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan) alami, maka sangat sulit bagi kita untuk bisa menghilangkannya. Inilah kenapa banyak orang yang terus-menerus terjebak dalam kehidupan yang tidak produktif.
Apalagi di zaman sekarang di mana semua serba mudah. Mau makan tinggal pesan via aplikasi, begitu juga dengan membersihkan rumah. Mau kerja godaannya juga banyak. Youtube lah, Tiktoklah, medsos lah, berita gosiplah, dan sebagainya. Semua itu turut memperparah keadaan, membuat kita semakin sulit untuk “memaksa” diri kita untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan tapi bermanfaat untuk hidup kita.
Dan, hal ini juga diperparah dengan berbagai masalah psikologis lainnya serta taktik yang buruk yang membuat kita semakin sulit bertahan dalam mengerjakan & menyelesaikan apa yang sudah kita mulai.
Apakah Anda juga mengalaminya? Jika ya, buku “Finish What You Start” ini cocok untuk Anda. Sesuai judulnya, buku ini mengungkap berbagai cara untuk membuat aktivitas-aktivitas yang tidak menyenangkan (tapi kita butuhkan untuk mencapai goal kita) menjadi menyenangkan sehingga kita merasa ringan dalam melakukan & menyelesaikannya.
Di samping itu, buku ini juga mengungkap berbagai masalah psikologis & taktik-taktik yang buruk yang memperparah keadaan dan membuat kita semakin sulit menyelesaikan apa yang sudah kita mulai serta bagaimana mengatasinya.
Ring 2 - Apa Saja Masalah Psikologis & Taktik yang Buruk yang Membuat Kita Sulit Menyelesaikan Apa yang Kita Mulai?
Sebelum menyebutkan satu per satu masalah psikologi & taktik yang menghambat, mari kita pahami terlebih dulu maksud dari “taktik” dan juga “masalah psikologis” dalam buku ini.
Taktik di sini adalah serangkaian langkah yang kita lakukan untuk mengeksekusi rencana kita, mulai dari membuat goal (goal setting), pengalokasian waktu (time management), sikap kita terhadap distraksi yang muncul saat kita mengeksekusi goal, dan seterusnya.
Sedangkan masalah psikologis adalah masalah yang timbul dari dalam diri kita dan seringkali tidak kita sadari. Ini merupakan dorongan untuk melindungi diri kita alias mekanisme pertahanan diri kita.
Sekarang, mari kita ulas satu per satu taktik dan mekanisme pertahanan yang bagaimana yang bisa menghambat diri kita dalam menuntaskan aktivitas kita. Mari kita mulai dari taktik.
1. Taktik yang menghambat
a. Goal setting yang buruk
Goal setting yang buruk adalah goal setting yang abstrak, yang tidak menjelaskan secara detail apa goal yang ingin dicapai. Misal, kita membuat goal begini: saya mau kaya.
Definisi kaya sangatlah luas. Agar ada dorongan untuk mencapai kekayaan, kita harus jelas seberapa besar kekayaan yang ingin kita capai, kapan kekayaan itu harus tercapai, bagaimana cara mencapainya, kapan kita mulai take action untuk mencapainya, dan sebagainya.
Goal setting yang buruk ibarat peta yang abstrak, yang hanya menunjukkan gambaran besar wilayah yang akan kita kunjungi. Tentu, kita akan bingung dengan peta itu yang pada akhirnya malah membuat kita menyerah di tengah jalan.
b. Teknik menghadapi distraksi & godaan
Distraksi & godaan tidak bisa tidak pasti hadir di sela-sela kita mengeksekusi rencana kita. Ini karena pada hakikatnya paling mentok kita hanya bisa fokus sampai 90 menit. Setelah 90 menit, pikiran kita akan melayang-layang memikirkan hal lain. Dan, di zaman informasi seperti sekarang, durasi fokus kita bahkan bisa jauh lebih pendek. Belum lagi secara alami tubuh dan pikiran kita memang tidak menyukai aktivitas yang tidak menyenangkan sehingga lebih memilih distraksi yang jauh lebih menyenangkan.
Kalau dalam menghadapi distraksi kita memaksa diri kita untuk tetap fokus lebih dari 90 menit, maka ini justru membuat kita lelah dan pada akhirnya justru semakin mudah menyerah pada distraksi.
Teknik yang tepat untuk menghadapi distraksi & godaan antara lain menyediakan waktu khusus untuk distraksi. Misal, menyediakan waktu khusus untuk menonton Youtube, bermain media sosial, dan membaca berita gosip.
c. Time management yang buruk
Banyak orang yang menganggap time management hanyalah soal to-do list atau pembagian jadwal kegiatan sehari-hari.
Dengan persepsi seperti ini, maka tak jelas mana kegiatan yang prioritas dan mana yang tidak. Kita asal memasukkan list kegiatan yang akan kita lakukan setiap harinya. Kita juga tidak mempertimbangkan mana aktivitas yang merupakan “keystone act” alias kegiatan yang jika dilakukan pertama-tama akan berdampak baik bagi aktivitas-aktivitas lainnya.
Intinya adalah, time management yang buruk tidak dirumuskan dengan pertimbangan dari berbagai segi. Akibat yang sering terjadi adalah, kegiatan kita kacau, yang membuat kita pada akhirnya menyerah mengeksekusi rencana kita.
Time management yang baik dirumuskan dengan pertimbangan yang matang. Kita perlu memilah mana aktivitas yang prioritas dari yang tidak. Kita juga perlu menentukan mana aktivitas “keystone act” kita.
Idealnya, dalam mengatur waktu, kita dahulukan aktivitas “keystone act” dan aktivitas-aktivitas yang prioritas. Barulah setelah itu, memberikan waktu untuk hal-hal yang tidak prioritas seperti hiburan.
2. Masalah psikologi
a. Takut akan penilaian buruk, penolakan, dan kegagalan
Dalam mencapai goal, perasaan takut gagal, takut penilaian buruk orang lain, atau pun takut akan penolakan orang lain adalah hal yang wajar. Apa yang perlu diwaspadai adalah ketika rasa takut itu mencegah diri kita untuk take action.
Untuk mengatasi hal ini, ingat selalu bahwa risiko yang paling berbahaya adalah tidak mencoba. Karena, kalau kita tidak mencoba, maka dari awal kita sudah gagal. Sedangkan kalau kita mencoba, mungkin saja kita berhasil. Who knows, ya kan? Dan, kalau pun gagal, kita mendapatkan pelajaran yang berharga yang membuat kita mampu memperbaiki kesalahan kita.
b. Perfeksionisme
Memiliki keinginan untuk menghasilkan karya yang sempurna sangatlah wajar. Tapi seringkali, keinginan ini tanpa sadar malah membuat kita menunda-nunda mengeksekusi rencana kita.
Kita inginnya eksekusi kita berjalan dengan sempurna tanpa masalah sedikit pun. Kita juga ingin mengeksekusinya dalam situasi yang paling kondusif. Sehingga akhirnya, kita malah sibuk membuat perencanaan dan sibuk menunggu momentum.
Setiap kali kita mau take action, timbul perasaan seolah-olah waktunya belum tepat, atau plannya belum terurai dengan baik. Sehingga, kita menunda lagi untuk merevisi atau sekadar memeriksa plan kita. Atau, kita kembali menunggu momentum yang tepat.
Sering mengalaminya?
Jika ya, ingat selalu tidak ada yang sempurna di dunia ini. Apa yang perlu kita lakukan adalah take action segera sehingga terjadi progress dan memperbaiki apa yang kurang setahap demi setahap.
Ring 3 - Bagaimana Cara agar Bisa Menyelesaikan Apa yang Kita Mulai?
Berikut beberapa cara yang bisa kita lakukan agar bisa menuntaskan rencana kita menurut penulis buku ini.
1. Jaga motivasi
Seringkali kita mendengar bahwa idealnya pekerjaan atau goal yang kita capai sesuai dengan passion kita. Karena kalau sesuai passion, mau pekerjaan atau goal itu susah sekali pun pasti kita tetap termotivasi untuk mencapainya.
Tapi kenyataannya tidak sesederhana itu. Sekali pun kita menjalani passion, akan ada tantangan-tantangan yang membuat kita lelah, yang sangat mungkin akan membuat kita ragu dengan pilihan kita.
Celakanya, fase ini selalu hadir. Sehingga, yang diperlukan adalah terus menjaga motivasi kita. Karena, sekali motivasi kita padam, maka akan sangat sulit untuk memulainya lagi. Bahkan seringkali, banyak orang yang lantas mencampakkan goalnya selamanya.
Menurut penulis buku ini, motivasi adalah segala sesuatu yang membuat kita ingin segera take action mencapai goal kita dan juga segala sesuatu yang membuat kita menolak untuk menyerah. Ini adalah hal-hal yang menginformasikan kepada kita akan adanya keuntungan besar kalau kita bisa mencapai goal kita dan kerugian besar kalau kita menyerah mencapainya.
Dan, menurut penulis buku ini, motivasi terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri kita. Ini adalah “why” atau alasan terdalam kita kenapa kita ingin mencapai sebuah goal.
Untuk menemukan motivasi ini, Anda bisa menelusuri alasan terdalam diri Anda kenapa Anda ingin mencapai goal Anda.
Apa yang perlu digaris-bawahi adalah, bahwa semua hal, semua rencana, semua langkah, semua goal yang kita capai selalu memiliki ongkos tersendiri. Penulis buku ini menyebutnya opportunity cost. Kalau ongkos untuk melakukan atau mencapainya lebih besar dibanding hasilnya, maka tanpa sadar kita pun akan enggan untuk mencapainya.
Oleh karena itu, agar kita terus termotivasi mencapai goal kita, carilah motivasi yang menurut Anda jauh lebih berharga dibanding ongkos untuk mencapainya.
Misal, Anda ingin menguasai skill bela diri. Ongkos untuk menguasai skill itu sangat besar. Anda harus latihan fisik yang keras, harus memahami & menghafal berbagai gerakan, harus melatih mental, kekuatan otot, keseimbangan, dst. Anda juga perlu memiliki disiplin yang tinggi.
Agar Anda bersedia menanggung semua itu, Anda perlu mencari manfaat di balik seni bela diri, di mana manfaat tersebut harus jauh lebih besar dibanding ongkosnya. Mungkin, dengan menguasai bela diri Anda bisa merasa aman setiap waktu, yang mana dengan rasa aman Anda bisa hidup dengan lebih happy. Atau, dengan ilmu bela diri Anda bisa melindungi orang-orang yang Anda cintai dari niat jahat orang lain.
Apapun itu, yang pasti pastikan selalu motivasi Anda harus jauh lebih besar manfaatnya dibanding ongkosnya.
2. Buat manifesto
Apa yang dimaksud manifesto di sini adalah serangkaian aturan yang membantu kita dalam mengeksekusi rencana kita.
Kenapa ini penting adalah karena tanpa aturan yang pasti, yang harus kita terapkan dengan konsisten, maka kegiatan kita tidak terorganisir dengan baik. Hal ini bisa membuat kita overwhelmed dalam mencapai goal kita.
Nah berikut ini beberapa aturan yang menurut penulis bisa membantu kita tetap konsisten mengeksekusi rencana kita sampai goal kita tercapai:
- Evaluasi diri Anda
Untuk mengevaluasi diri Anda, tanyakan, “Apakah saya hanya malas atau takut?”
Setiap kali Anda ingin menyerah, tanyakan selalu pada diri Anda, “Kenapa saya ingin menyerah? Apakah ini hanya karena aku malas atau takut gagal?”
Dengan pertanyaan seperti itu, Anda mengingatkan diri Anda bahwa masalah yang Anda hadapi (malas & takut) hanyalah masalah sepele yang sangat bisa Anda atasi. Dengan begitu, Anda pun akan tetap optimis bisa mencapai goal Anda.
- Maksimal 3 tugas per hari
Terlalu banyak tugas yang harus kita lakukan dalam sehari akan membuat kita kewalahan dan tidak bisa fokus.
Hal yang perlu digaris-bawahi adalah, 3 tugas yang Anda pilih di hari pertama adalah tugas-tugas paling penting tapi tidak urgent. Jika Anda mampu menyelesaikan tugas-tugas penting & tidak urgent ini, Anda akan terhindar dari tugas yang penting & urgent.
Tugas yang penting tapi tidak urgent itu contohnya apa? Contohnya adalah mengganti oli kendaraan secara rutin. Ketika kendaraan Anda masih fit, mengganti oli tidaklah urgent. Tapi, tanpa menggantinya secara rutin, lama-lama mesin kendaraan Anda rusak dan Anda terpaksa harus membawanya ke bengkel. Nah, membawa kendaraan ke bengkel karena mesin mogok merupakan hal yang penting & urgent. Kalau Anda tak segera membawanya ke bengkel, mobilitas Anda akan terhambat.
Bayangkan kalau Anda melakukan tugas penting & tidak urgent Anda (yakni mengganti oli) secara rutin. Maka, Anda akan terhindar dari tugas penting & urgent untuk memperbaiki kerusakan kendaraan Anda ke bengkel.
- Ciptakan batasan & tuntutan
Ini berguna untuk mengatasi distraksi dan “memaksa” Anda untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai goal Anda.
Buat batasan pada hal-hal yang mendistraksi Anda dari goal Anda. Misal, menonton TV maksimal 30 menit, menonton Youtube maksimal 30 menit, berselancar di internet maksimal 30 menit.
Langkah selanjutnya, buat tuntutan pada hal-hal yang membantu Anda mencapai tujuan Anda. Misal, membaca buku minimal 1 jam, berolahraga minimal 30 menit, membuat & mengevaluasi planning minimal 30 menit.
- Berpikir 10-10-10
Ini maksudnya adalah, ketika ada dorongan dalam diri Anda untuk menyerah, maka bayangkanlah konsekuensi yang akan Anda terima 10 menit, 10 jam, dan 10 hari ke depan setelah Anda menyerah. Apakah Anda menyesali keputusan Anda? Akankah Anda menderita sesuatu akibat menyerah mengejar goal Anda?
- Tunggu 10 menit
Jika tiba-tiba timbul keinginan untuk menyerah atau keinginan untuk bersantai/melakukan kesenangan alih-alih mengerjakan tugas Anda, katakan pada diri Anda untuk menunggu 10 menit lagi dan kerjakan kembali tugas Anda.
Kalau setelah 10 menit masih ada dorongan untuk melakukan kesenangan, maka cobalah untuk berkata kembali kepada diri Anda untuk menunggu 10 menit lagi. Ingat selalu bahwa kalau Anda bisa menunggu 10 menit pertama, maka Anda pun bisa menunggu 10 menit berikutnya.
Kalau dorongan itu begitu kuat sehingga Anda terpaksa mengabulkannya, maka lakukanlah hanya dalam 10 menit dan setelahnya lanjutkan tugas Anda.
Teknik ini membantu membangun kedisiplinan dalam diri Anda.
3. Mindset yang tepat
Salah satu faktor yang menentukan sikap, tindakan, dan keputusan kita adalah mindset. Sederhananya, mindset adalah pola pikir atau kerangka berpikir kita. Kalau kita berpikir bahwa kecerdasan itu bisa dilatih dan ditingkatkan, maka kita akan semangat belajar karena kita berpikir belajar akan bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan kita. Sebaliknya, kalau kita berpikir bahwa kecerdasan tidak bisa dilatih & ditingkatkan, maka kita jadi malas belajar karena kita berpikir belajar hanya akan sia-sia.
Lalu, mindset apa saja yang perlu kita adopsi agar kita konsisten mengeksekusi rencana kita sampai tuntas? Berikut beberapa di antaranya:
- Hasil tidak akan mengkhianati usaha
Kalau kita berpandangan bahwa setiap usaha yang kita lakukan tidak akan sia-sia, maka kita akan termotivasi untuk melakukannya sampai berhasil.
- Biasakan ketidaknyamanan
Harga emas mahal karena untuk mendapatkannya sangat sulit. Kalau mendapatkan emas semudah mendapatkan kerikil, maka harganya akan jatuh bahkan mungkin akan menjadi gratis.
Goal Anda pun sama. Kalau Anda menganggap goal Anda sangat berarti, maka bisa dipastikan ia menjadi begitu berarti untuk Anda karena untuk mencapainya sangat sulit. Oleh karena itu, sangat wajar kalau Anda merasa tidak nyaman dalam proses mencapai goal itu. Artinya, ketidaknyaman adalah sebuah keniscayaan dalam mencapai goal Anda.
Kalau ketidaknyamanan adalah keniscayaan, maka yang perlu Anda lakukan untuk menghadapinya adalah, membiasakan diri Anda pada ketidaknyamanan itu. Ingat selalu mindset ini.
Peter Hollins merupakan seorang penulis buku best-seller, peneliti di bidang psikologi manusia, dan seorang murid yang tertarik mendalami kondisi manusia. Dia mengantongi gelar Sarjana Sains.
Setelah membaca buku “Finish What You Start,” Lala pun mendapatkan banyak insight yang membantunya mengatasi tabiatnya yang selalu tidak menyelesaikan apa yang sudah dimulainya.
Beberapa insight tersebut di antaranya:
- Kita memiliki kecenderungan alami untuk menghindari aktivitas-aktivitas yang tidak menyenangkan dan memilih melakukan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan. Inilah salah satu hal yang menyebabkan kita sulit menyelesaikan rencana kita. Karena seringnya, rencana kita hanya bisa dicapai dengan aktivitas-aktivitas yang tidak menyenangkan.
- Di samping tabiat tidak menyukai hal-hal yang tidak menyenangkan, penyebab kenapa kita sulit menyelesaikan apa yang kita mulai yakni teknik yang tidak efektif dan masalah psikologis.
- Beberapa teknik yang buruk dalam mengeksekusi rencana antara lain membuat goal yang abstrak, tidak memiliki time management yang baik, dan tidak memikirkan antisipasi terhadap distraksi & godaan.
- Beberapa masalah psikologis yang membuat kita malas menyelesaikan apa yang sudah kita mulai antara lain takut akan penilaian dan penolakan orang lain, takut gagal, dan perfeksionisme.
- Beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk bisa menuntaskan rencana kita antara lain jaga motivasi, buat manifesto, dan terapkan mindset yang tepat.
Terima kasih telah mengikuti perjalanan Lala, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari DeRing ini.
Sampai bertemu di Baring selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital.
Sukses selalu untuk Anda
Rekomendasi Baring Lainnya