![The 5 Love Language of Children The 5 Love Language of Children](https://baring.digital/wp-content/uploads/2021/07/CONFLICTS_BARING-e1625228924266.jpeg)
Conflicts: A Better Way to Resolve Them
Edward de Bono
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
ring 6
-
ring 7
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Diangkat sebagai manajer baru di perusahaan temannya, membuat Sarah sangat terkejut dengan apa yang terjadi perusahaan yang ia pimpin sekarang. Ia menemukan ada banyak hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan agar apa yang diharapkan oleh owner bisa tercapai.
Dalam forum diskusi Sarah harus menghabiskan banyak waktu untuk membuat keputusan karena setiap tim memiliki pandangan yang berbeda. Terlebih lagi mereka memiliki data pendukung. Tak ingin terjebak lebih lama akan situasi ini, Sarah merasa membutuhkan cara bagaimana bisa mengatasi konflik dengan lebih cepat dan pada akhirnya semua tim bisa setuju dan saling mendukung dalam mengeksekusi hasil meeting mereka.
Sarah pun menemukan solusi bagaimana mengatasi masalahnya saat ia membaca ebook karya Edward de Bono yang berjudul Conflicts: A Better Way to Resolve Them yang saat ini juga sedang dibaca oleh suaminya.
Penasaran apa saja yang dipelajari oleh Sarah dari pemikiran De Bono dalam mengatasi masalah di perusahaan baru yang ia pimpin saat ini?
Mari kita simak perjalanannya di Ring berikut ini.
Ring 1 - Bagaimana kebanyakan orang menghadapi konflik?
Kita harus mengakui bahwa metode kita dalam memecahkan perselisihan dan konflik yang cukup besar masih primitif, kasar, mahal, berbahaya dan cukup destruktif. Sedangkan meningkatnya kompleksitas di dunia dan meningkatnya kekuatan dari persenjataan kita mengharuskan kita untuk memikirkan kembali dan mencari cara bagaimana menemukan metode pemecahan konflik yang lebih baik.
Padahal sebetulnya tidak ada yang dinamakan pihak jahat, hanya saja ada pihak yang logika dan persepsinya berbeda sehingga mereka berada dalam posisi yang berselisih dengan pihak lainnya. Mereka terjebak pada konflik yang belum terselesaikan.
Ada tiga cara untuk mengatasi konflik atau perselisihan. Pertama, berperang. Kedua, bernegosiasi dan yang ketiga adalah merancang sebuah jalan keluar. Hanya dua cara yang pertama yang sebenarnya bisa dilakukan oleh pihak yang berselisih dan merancang sebuah jalan keluar membutuhkan pihak ketiga yang bisa melihat situasinya dari sudut pandang berbeda.
Ring 2 - Bagaimana seseorang bisa memiliki pemikiran yang keliru?
Kita memiliki sistem logika dan matematika yang hebat dalam pikiran kita. Namun semua ini merupakan fase kedua dari proses berpikir kita. Sedangkan fase pertamanya adalah persepsi.
Persepsilah yang membuat segala kekacauan atau abstraksi di dunia luar yang akan diterjemahkan menjadi simbol atau kata-kata, sehingga kita bisa memanipulasi atau menggunakannya untuk mengembangkan fase kedua proses berpikir kita.
Masalahnya kita sering sekali memahami persepsi dengan buruk. Ini karena kita memiliki asumsi bahwa persepsi itu serupa dengan informasi lain yang pernah tertulis atau tergambarkan. Padahal, informasi mengenai persepsi cukup berbeda dari biasanya. Saya menyebut ini dengan istilah: ‘sistem informasi aktif’.
Karena otak kita harus bisa menangkap dengan cepat segala yang ada di luar dunia kita, maka sistem informasi aktif ini memiliki fungsi menerjemahkan informasi ke dalam pola. Hidup kita tidak akan bisa berjalan tanpa adanya pembuatan dan penggunaan pola dari persepsi ini. Itulah fungsi utama dari persepsi.
Tetapi, jika semakin banyak pembuatan pola yang dibentuk oleh persepsi ini, maka akan semakin memunculkan kekakuan dan stereotip. Karena itulah sangat diperlukan proses berpikir kreatif dan berpikir di luar konteks (Lateral Thinking).
Segala ide kreatif yang bagus harus tampak logis. Karena itu kita akan selalu merasa bahwa yang sebetulnya dibutuhkan bukanlah kreativitas, melainkan logika yang lebih baik. Ini merupakan kekeliruan yang mendasar dan sangat tragis dari sistem kita.
Ring 3 - Bagaimana argumen bisa berakibat buruk?
Argumen adalah hal yang sangat dipuja oleh tradisi pola pikir Barat. Baik itu kita menyebutnya sebagai argumen, debat, dialektik, atau perseteruan itu semua sama saja.
Argumen memiliki cara kerja sederhana. Ada sebuah ide yang perlu diubah. Ada sebuah ide yang Anda pikir salah. Ada sebuah kasus, pernyataan, atau sudut pandang atau bahkan aktivitas yang Anda ingin tentang.
Jadi Anda mempersiapkan diri untuk menyerang apa yang sedang berlangsung. Ada sebuah tesis yang Anda ajukan untuk melawan antitesis. Apa yang biasanya terjadi dalam sebuah proses trial-of-strength adalah satu pihak menang dan satu pihak kalah. Sudut pandangnya adalah kekuatan, bukan keahlian.
Argumen memiliki sisi buruk. Ini terlihat saat seseorang melemparkan pernyataan atau ide yang keliru atau tidak benar. Argumen juga bisa membuat orang berpikir lebih hati-hati mengenai apa yang akan mereka katakan. Di sini kita bisa lihat, akan ada 2 kubu saat argumen dikeluarkan.
Masalahnya saat terjadi perdebatan, orang lebih fokus kepada salah dan benar atau untung dan rugi. Idealnya setiap kubu harusnya sama-sama mencari ide yang lebih baik. Keduanya sama-sama tertarik untuk melihat poin-poin yang bagus dari ide lawannya. Jika ini terjadi maka tidak akan adanya pertikaian saat mengajukan argumen masing-masing.
Ring 4 - Bagaimana memenangkan atau menghindari argumen yang buruk?
Langkah alternatif dari menyerang argumen dalam perselisihan adalah dengan pemikiran ‘merancang (design)’. Pemikiran design ini akan menghasilkan proses eksplorasi dari situasi yang terjadi, dan akan berfokus pada hasil yang membangun. Ini seperti membuat sebuah peta yang menunjukkan berbagai jalur yang bisa dilalui, sehingga mempermudah dalam memilih jalur mana yang akan digunakan.
Ada sebuah metode yang disebut dengan PMI, yang bisa digunakan untuk mentransfer pemikiran dari satu situasi ke situasi lainnya. PMI ini meminta sang pemikir untuk mengarahkan perhatiannya terlebih dahulu ke arah Plus (poin yang baik). Setelah itu, perhatiannya dipindahkan ke arah Minus (semua poin buruk). Terakhir, fokusnya tertuju pada arah Interesting (semua hal menarik yang patut dikomentari, baik maupun buruk).
Itulah peta yang dibentuk oleh PMI. Setelah itu, para pemikir tinggal menentukan keputusan berdasarkan peta yang telah terbentuk. Tujuan dari PMI adalah untuk melihat sisi emosionalnya dan pemikiran hanya digunakan untuk mendukung sisi emosional tersebut.
PMI hanyalah salah satu dari beberapa metode yang saya ajarkan dalam program CoRT (Cognitive Research Trust) yang telah saya teliti selama lebih dari 13 tahun. Ada beberapa metode lain.
C&S (Consequence and Sequel)
Melakukan satu hal sampai selesai, kemudian baru melakukan hal lainnya lagi yang telah menunggu.
Color Printing
Seluruh area CoRT diberi warna-warna berbeda berdasarkan kategorinya. Pada akhirnya, warna-warna ini akan semakin terlihat seperti sebuah peta yang jelas.
Carpenter’s Tools
Seorang pemahat mempelajari cara menggunakan palu, pahat, atau kayu dan darinya berhasil menguasai kemampuan untuk membuat sebuah karya apik. Begitu pula dengan merancang peta, kita bisa mempelajari prioritas, tujuan, nilai dan berbagai sudut pandang yang orang lain miliki.
Ring 5 - Tindakan seperti apa saja yang bisa saya ambil saat menghadapi konflik?
Memiliki kejelasan untuk menyelesaikan konflik merupakan hal yang sangat penting. Apa yang akan dilakukan? Apakah bertarung, negosiasi, memecahkan masalah, atau merancang design? Dalam beberapa keadaan kita bisa memilih tindakan apa yang akan kita lakukan dalam sebuah situasi konflik.
Kita bisa menganggap konflik yang sedang terjadi sebagai sebuah pertarungan. Ini berarti kita mengacu tidak hanya pada konfliknya saja, melainkan juga pada pola pikir dalam menyelesaikan konfliknya.
Menggunakan kata ‘pertarungan’ melibatkan seluruh jargon yang ada dalam kondisi pertarungan. Ada taktik dan strategi. Ada posisi menyerang dan bertahan, dan ada juga posisi mundur. Ada wilayah yang menang, ada juga wilayah yang kalah. Ada kelemahan yang terkuak.
Meskipun ini terkesan berlebihan, cara berpikir ini bisa membimbing kita untuk berpikir bagaimana menyelesaikan konflik dengan tepat secepat mungkin.
Negosiasi.
Metode negosiasi mengundang kompromi. Ada sebuah kelemahan dari negosiasi. Dari sudut pandang pola pikir, kita membatasi diri pada apa yang sudah ada. Kita membuang waktu untuk menyerang ide-ide yang ada, bukannya memanfaatkan waktu untuk merancang ide baru yang lebih baik. Dalam negosiasi kita berkutat dalam konteks yang sudah ada, bukannya merancang cara yang baru.
Negosiasi melibatkan nilai perdagangan. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal ini, namun jika negosiasi ini berjalan dengan lancar, kemungkinan besar kedua pihak yang berselisih akan menuntut berlebihan, karena merasakan suasana interaksi perdagangan.
Pemecahan Masalah (Problem-Solving).
Ini adalah metode yang sederhana dan menarik. Analisa masalahnya, temukan penyebabnya, dan perbaikan. Ini masuk akal dan merupakan metode yang berorientasi pada tindakan. Sayangnya, metode ini masih belum cukup mampu mengatasi konflik dengan efektif. Hal ini terjadi saat kita merasa sudah menyelesaikan masalah sebenarnya padahal belum.
Kenapa ‘pemecahan masalah’ ini belum cukup dalam menyelesaikan sebuah konflik?
Dalam situasi konflik, akan muncul saat di mana ada suatu penyebab yang tampak mudah diidentifikasi dan ini membuat pikiran kita cenderung sangat terfokus ke sana, dan mengabaikan situasi di luar penyebab tersebut. Dan semakin kuat fokus kita untuk mengatasi penyebab tersebut, maka semakin berbahaya keadaannya. Padahal mungkin penyebab sebenarnya bukanlah hal yang kita sedang fokuskan.
Masalah utama dari metode ini adalah kecenderungan para pemikir untuk menemukan solusi cepat dan segera mengatasi masalah, padahal proses berpikirnya belum benar-benar tuntas. Ini bisa menyebabkan satu konflik reda, tetapi tidak benar-benar menyelesaikannya dengan tuntas.
Design.
Metode ini membuat kita bersiap untuk merancang sesuatu. Ada sebuah karya. Ada sesuatu untuk dicapai. Ini bukan hanya mengenai memecahkan masalah atau menemukan sesuatu untuk dikompromikan. Ada sebuah ide baru yang dirancang, yang belum pernah ada sebelumnya.
Argumen, negosiasi, dan analisis masalah selalu mengacu pada apa yang sudah ada. Sedangkan design selalu menatap ke depan dan mencari apa yang bisa dibuat, dibentuk dan dikreasikan.
Dibandingkan dengan analisis, design lebih cenderung kepada pola pikir persepsi dan kemandirian, yang mana berarti perhatian utamanya adalah referensi dan kebenaran. Dalam pola pikir konflik, kita memerlukan karya yang merupakan hasil dari sebuah rancangan. Sebuah konflik merupakan sebuah situasi yang membutuhkan kreasi design untuk diselesaikan.
Ring 6 - Bagaimana bisa terjadi perselisihan?
Paling tidak ada 4 alasan besar mengapa seseorang bisa berselisih.
Pertama, karena mereka melihat sesuatu dengan berbeda.
Sebuah konflik muncul karena ada pihak yang harus berinteraksi di dalam situasi yang sama tetapi mereka melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda.
Ini berarti dalam persepsi seseorang, yang dipikirkannya mungkin memang benar, namun jika dilihat dari persepsi yang lebih luas, itu tidak bisa dibilang benar. Memahami perbedaan semacam ini merupakan hal yang sangat krusial dalam upaya penyelesaian konflik.
Hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari; suasana hati, konteks, pandangan yang terbatas, informasi, hanya melihat sebagian, pengalaman, prediksi dan persepsi.
Kedua, karena masing-masing menginginkan hal yang berbeda.
Setiap orang punya tujuan yang berbeda. Saat adanya prinsip, keyakinan dan nilai yang berbeda, maka akan terjadi konfliks.
Ketiga, karena dipaksa oleh gaya berpikir mereka.
Manusia memiliki berbagai gaya berpikir, salah satu yang paling populer adalah gaya berpikir yang berorientasi tindakan. Tidaklah sulit untuk membayangkan bahwa ada gaya berpikir yang efektif untuk berapa tujuan, dan ada pula yang malah berbahaya.
Terakhir adalah karena mereka merasa wajib melakukannya.
Ada kalanya konflik harus dibuat. Ada pula saatnya konflik bisa dinikmati. Kenikmatan ini sama seperti kenikmatan berkelahi dan kompetisi.
Hidup cukup membosankan, dan konflik menambahkan bumbu drama dan semangat di dalamnya. Konflik membuat kita tertarik dan menumbuhkan rasa penasaran atas apa yang akan terjadi di akhirnya.
Masalahnya adalah pola pikir mengenai konflik. Ini berkenaan dengan sikap, harapan dan bahasa yang kita gunakan. Ada jarak yang sangat besar dalam kultur kita saat harus mengatasi sebuah konflik.
Ring 7 - Cara seperti apa yang saya bisa gunakan untuk mengatasi konfliks terutama di dalam organisasi?
Cara pemikiran yang baru untuk menyelesaikan konflik adalah dengan pemikiran hasil dari rancangan atau design. Saya menemukan sebuah cara untuk mengatasi konflik yang bisa Anda gunakan di dalam organisasi. Saya memberi nama SITO. SITO fokus pada design kreatif, bukan pada perseteruan dialektik. SITO adalah kependekan dari Supranational Independent Thinking Organization.
Supranasional
SITO harus dibentuk dan berfungsi di luar dari politik, ideologi dan kebangsaan. Ini bukan organisasi internasional tapi lebih ke supranasional. Dalam SITO tidak akan ada badan perwakilan dan tidak ada pula anggota dari bangsa-bangsa atau pemerintah sebagai delegasi yang memiliki hak voting.
Ini karena, menurut sudut pandang SITO, badan perwakilan seperti apapun tidak akan bisa bertindak secara independen. Karena, mau tidak mau mereka akan tetap terikat dengan kepentingan negara atau bangsa mereka masing-masing.
Bebas (Independen)
SITO harus terbebas dari segala ikatan atau ketergantungan, karena itu SITO tidak bisa menerima hanya satu badan pendanaan. SITO harus memiliki kebebasan untuk menyelesaikan sebuah konflik tanpa ada campur tangan atau sugesti dari pihak-pihak tertentu yang harus didahulukan. Individu-individu yang mengkontribusikan pemikiran mereka di dalam SITO akan melakukannya sebagai individu.
Berpikir (Thinking)
Fokus utama dari SITO adalah memberikan sebuah badan yang akan berfokus hanya untuk berpikir, inilah keistimewaan dan keunikan dari SITO. Di dalam SITO ada badan-badan yang berfokus untuk kepentingan-kepentingan nasional. Ada juga badan-badan yang berfokus di area khusus, seperti pertanian dan kesehatan.
Organisasi
Organisasi lebih besar daripada individu. Organisasi lebih kuat dan lebih efektif. Organisasi memiliki kontinuitas dan peluang-peluang yang cukup kuat.
Peran paling penting dari konsep SITO adalah memberikan sebuah focus point dan sebuah starting point. Dengan begitu akan jauh lebih mudah untuk memfokuskan pemikiran pada alternatif untuk mengatasi argumen yang ada.
Dalam aplikasinya seorang klien berhak untuk menolak design finalnya. Namun saat dalam proses design, perancang bukanlah pelayan atau anak buah dari klien. Poin ini sangat penting, karena ini mempengaruhi seluruh kesuksesan dari pendekatan design.
Edward de Bono adalah pejabat terkemuka dalam hal pemikiran kreatif dan pengajar langsung pemikiran sebagai sebuah keahlian. Saat banyak orang menulis software komputer, Edward de Bono adalah pakar menulis software untuk otak manusia. Dari pemahaman kerja otak manusia sebagai sistem informasi yang mengorganisasi sendiri, dia mendapatkan alat kreatif formal berupa pemikiran bercabang (lateral). Dia juga penggagas dari “Parallel Thinking” dan The six Thinking Hats. Metodenya untuk pemikiran persepsional (CoRT dan DATT) banyak digunakan baik di sekolah maupun bisnis.
Begitulah Sarah menemukan cara cepat untuk mengatasi konflik yang ada di perusahaan barunya. Inilah beberapa poin-poin penting yang ia catat dan terapkan dalam perusahaannya.
- Pemikiran yang keliru terjadi karena banyaknya pembuatan pola yang dibentuk oleh persepsi yang memunculkan kekuatan dan stereotip yang membuat seseorang sulit untuk berpikir kreatif.
- Argumen menjadi buruk terjadi pada saat seseorang hanya fokus pada benar dan salah atau untung dan rugi.
- Ada 3 cara yang bisa digunakan untuk menyelesaikan konflik; negosiasi, problem solving dan design.
- Ada 4 hal besar kenapa terjadi perselisihan;
- Karena mereka melihat sesuatu dengan bebeda.
- Karena masing-masing menginginkan hal yang berbeda.
- Karena dipaksa oleh gaya berpikir mereka.
- Karena mereka merasa wajib melakukannya.
5. Metode SITO (Supranational Independent Thinking Organization) cara yang juga bisa digunakan untuk mengatasi konflik di organisasi.
Terima kasih telah mengikuti perjalanan Sarah, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari DeRing ini.
Sampai bertemu di Baring selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital
Sukses selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya
![CONFLICTS_DERING](https://baring.digital/wp-content/uploads/2021/07/CONFLICTS_DERING-e1625228935513.jpeg)