CHANGE YOUR SPACE, CHANGE YOUR CULTURE (How Engaging Workspaces Lead to Transformation and Growth)
Rex Miller, Mabel Casey & Mark Konchar
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
Ring 6
-
Ring 7
-
Ring 8
-
Ring 9
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Beberapa waktu belakangan ini, Coki, yang merupakan seorang General Manager di perusahaannya, merasa suasana tempat kerjanya tidak seperti dulu lagi. Terasa ada penurunan produktivitas. Terasa ada suasana yang semakin lama tidak kondusif.
Tim menjadi lebih banyak yang sering telat dan izin. Proses bekerja menjadi semakin menjemukan. Komunikasi antar satu bagian dengan bagian lain perlahan namun pasti menjadi semakin kaku. Dan alur pekerjaan seolah semakin lama semakin banyak ketersendatannya.
“Mungkin ini yang menyebabkan perkembangan perusahaan belakangan menjadi terasa stagnan,” batin Coki. “Apapun yang kami targetkan selalu terasa berat untuk mencapainya.”
Masalah ini terus menghantui hari-hari Coki. Sampai pada suatu hari ia mengunjungi rumah orang tuanya di kampung. Ayahnya yang memang hobi membaca, memiliki perpustakaan sendiri di rumahnya. Dan, saat Coki sedang berbincang santai di perpustakaan ayahnya, matanya tiba-tiba tertegun melihat sebuah buku yang ada di rak.
Ayahnya menyadarinya dan bertanya apa yang mengganggu pandangannya? Coki yang teringat dengan masalah di kantornya pun segera menceritakan masalahnya pada ayahnya. Ayahnya pun membenarkan dan menyarankan Coki membaca buku yang dilihatnya tersebut, yaitu buku Change Your Space, Change Your Culture karya R. Miller dan kawan-kawan.
Ayahnya berkata, di buku itu dijelaskan dengan gamblang kenapa, kapan, dan bagaimana mengubah kultur tempat kerja. Dan menurut ayahnya, memang mengubah kultur merupakan tanggung jawab Coki sebagai seorang pemimpin.
Tanpa berpikir panjang, Coki pun segera meminta izin untuk membaca buku tersebut. Dan semakin Coki membacanya, buku itu semakin memberikan pencerahan pada masalahnya.
Bagaimana buku ini memberikan jawaban pada Coki? Yuk kita simak di BaRing berikut ini:
Ring 1 - Kenapa Tempat Kerja Bisa Berhenti Berfungsi?
Sebagian besar perusahaan di dunia masih dirancang untuk kondisi yang tenang dan mudah diprediksi. Mereka dibangun untuk menciptakan konsistensi dan kemapanan, bukan untuk menghadapi perubahan yang cepat dan manuver yang lincah.
Pada hari ini, banyak bisnis yang awalnya dirancang untuk keadaan stabil harus berjuang keras dan memaksa diri untuk berkembang menjadi lebih cepat. Mereka harus tetap beroperasi dalam lingkungan yang sudah tidak sesuai dengan rancangannya.
Karena itu, kini kita perlu mempelajari—dengan lebih cepat—cara untuk membangun perusahaan dengan kultur yang lebih tahan banting sekaligus mampu beradaptasi dengan keadaan. Ini berarti harus mampu mengatasi berbagai guncangan yang diterima dari luar.
Hal yang paling menantang dari mengubah kultur dalam perusahaan adalah: kebiasaan lama akan sulit untuk dimatikan atau diubah. Dan, karena organisasi—berdasarkan definisinya—dirancang untuk terorganisir, maka kekacauan merupakan musuh besarnya.
Namun, pada kenyataannya, kita kini tengah beroperasi di zaman dan lingkungan yang penuh dengan kekacauan.
Ring 2 - Apa yang Perlu Dimiliki Organisasi Agar Bisa Bertahan dengan Perubahan yang Begitu Cepat dan Masif?
Inovasi dan kesia-siaan merupakan dua sisi dalam satu koin, dan keduanya sama-sama tidak terlihat kecuali Anda memperhatikannya dengan penuh kesadaran. Lingkunganlah yang memunculkan salah satunya.
Fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi merupakan hal yang sangat penting di masa ini. Namun karena pola pikir, struktur, dan kultur peninggalan manajemen terdahulu, sebagian besar pemimpin hanya memiliki sedikit petunjuk mengenai cara beradaptasi.
Pemimpin sejati akan mencoba untuk membentuk kemampuan beradaptasi sehingga mereka tidak akan bisa dibutakan oleh pesaingnya lagi.
Membentuk sebuah organisasi yang adaptif yang dapat membentuk sebuah masa depan yang baru, merupakan hal yang mungkin dilakukan di masa ini. Ini adalah perkara yang lebih sederhana dari yang kita pikirkan, dan lebih sulit dari yang kita sadari. Ini akan menuntut disiplin, penghayatan, dan keyakinan.
Kenyataannya permainan bisnis telah berubah bagi sebagian besar pemimpin perusahaan. Sebagian memperoleh keberuntungan dalam dunia yang baru ini dengan memulai sesuatu yang baru tanpa adanya beban peninggalan masa lalu.
Sebagian lagi harus berpikir keras dan mengubah pola pikirnya untuk menyesuaikan diri. Sedangkan, sisanya hanya melanjutkan perjalanan dengan melakukan apa yang selalu mereka lakukan selama ini dan berakhir dengan kejatuhan atau ketertinggalan.
Ini bukanlah yang besar memakan yang kecil, namun yang cepat memakan yang lama. Sebuah perusahaan tidak bisa bertindak atau berpikir cepat jika mereka hidup dengan pola pikir besar dan kecil.
Ring 3 - Apa yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Mengubah Sebuah Kultur?
Kultur adalah sebuah pola akan asumsi dasar yang telah tersebar dan telah merasuk ke dalam tiap lini sebuah kelompok. Kultur dapat mendorong sebuah pemecahan masalah eksternal dan internal. Dan, kulturlah yang diajarkan pada anggota baru sebagai cara yang tepat dalam berpikir, memandang, dan merasakan sebuah masalah.
Dalam upaya mempertimbangkan perubahan sebuah kultur, maka perlu terlebih dahulu dipertanyakan mengenai kultur mereka di masa depan:
- Apakah kultur ini mampu memperbaiki keadaan?
- Apakah kultur ini akan mampu menaklukkan kerumitan?
- Apakah kultur ini akan mampu membangkitkan ketahanan perusahaan?
- Apakah kultur ini bisa berkembang?
- Apakah kultur ini siap untuk menghadapi perubahan?
Kultur merupakan perkara yang sulit untuk diukur. Kultur pun juga tidak bisa dimasukkan ke dalam sebuah laporan. Karena itu, bagi para investor—terutama mereka yang tidak terlalu mementingkan nilai dalam sebuah perusahaan—kultur merupakan hal remeh yang diabaikan. Namun, itu adalah kesalahan yang sangat besar.
Ring 4 - Darimana Memulai Perubahan Kultur?
Ya, Anda dapat mengubah kultur perusahaan. Namun untuk bisa melakukan dengan seutuhnya, harus berkomitmen terlebih dahulu pada prosesnya. Hal ini karena inovasi selalu mengandung sifat memecah belah.
Mengubah rancangan tempat kerja berarti mengubah inti masalah yang dapat menyebabkan pekerjaan kita menjadi rumit, terganggu, dan menguras energi. Inilah kenapa para pemimpin perlu berpikir dan membayangkan kembali mengenai strategi, struktur, dan prosesnya.
Ruang—yaitu rancangan terkini dari tempat kerja, tempat pertemuan, pelatihan yang diberikan, ruang makan, cara berjalan dan sebagainya—mewakili nilai dari sebuah perusahaan. Selain itu, ruang juga membentuk pola-pola perilaku dan interaksi. Secara alami, jika Anda mengubah ruang berarti Anda mengubah pola-pola tersebut.
Ruang merupakan refleksi dari kultur.
Memodifikasi ruang dapat membawa para manajer dan pemimpin kembali terhubung dengan para pekerja dan dengan kultur yang mempengaruhi tiap perilaku dan performa.
(Sebuah kultur yang sehat merupakan kunci menuju inovasi, ketahanan, keberlangsungan, dan perkembangan.)
Ring 5 - Kenapa Mengubah Kultur Menjadi Tanggung Jawab Seorang Pemimpin?
Dalam sebuah perusahaan, sumberdaya utama yang harus dimiliki adalah rasa penghayatan. Bisnis harus memiliki orang-orang yang mau menjadi relawan, mau berbicara, berkolaborasi, berjalan lebih jauh, bersedia untuk lembur jika dibutuhkan, dan bisa menantang tiap orang di sekitarnya untuk menjadi lebih baik.
Rasa takut merupakan perasaan universal, baik pada manusia maupun pada makhluk hidup lainnya. Ancaman bisa memicu adrenalin untuk menghasilkan respon maksimal. Namun ketika adrenalin terbuka dalam waktu yang lama, maka hasil yang kita akan alami adalah stres.
Karena itulah, bagian dari tanggung jawab para pemimpin adalah memberikan tempat kerja yang aman bagi para pekerja. Tempat kerja yang aman ditandai dengan adanya kelegaan, harapan, fokus, dan pencapaian. Dengan memberikan rasa aman dari bahaya yang ada di luar sana, para pemimpin ini membantu para pekerjanya tetap fokus dalam memenuhi misi-misi perusahaan.
Para pemimpin yang gagal memahami hal ini akan menemukan perusahaannya terjebak dalam masalah pelik di luar maupun di dalam perusahaan. Tidak lama, apa yang mereka bangun akan runtuh begitu saja.
Para pemimpin yang tidak secara aktif memberikan tempat kerja yang aman dan produktif, dan tidak menggalakkan penghayatan yang tinggi, akan menghadapi kerugian yang datang akibat dari pengabaian, perceraian, kekurangan teknologi, dan kesehatan yang memburuk.
Ring 6 - Apa yang Perlu Dilakukan Pemimpin Agar Bisa Mengubah Kultur?
Hal yang paling penting adalah membentuk ruang dan kultur yang lincah dan mampu beradaptasi pada kebutuhan jangka pendek organisasi, dan di saat bersamaan, tidak terlalu tergantung pada sumberdaya.
Begitu sebuah perubahan memasuki area personal, orang-orang akan bereaksi dalam berbagai tingkat kehilangan yang berbeda.
Bagi sebagian orang, ini merupakan sebuah bentuk kehilangan kendali, keistimewaan, atau pengaruh. Bagi sebagian lain, perubahan mengancam putusnya hubungan yang sudah lama terjalin. Dan sisanya merasa takut akan tuntutan kompetensi yang lebih tinggi, sehingga membuat mereka perlu mempelajari sesuatu yang baru.
Perubahan peran seorang pemimpin membantu proses sebuah kelompok dalam merelakan identitas masa lalunya untuk berubah. Ini juga membuat kelompok bersedia untuk belajar menerima cara yang baru dan asing.
Dalam menghadapi perubahan, organisasi pasti akan mengalami kesulitan dalam menemukan manfaat di balik perubahan yang terjadi. Karena itu, sepatutnya para pemimpin tetap bersikap jujur dan otentik terhadap nilai dan misi inti organisasi. Para pemimpin perlu mempertahankan komunikasi mengalir secara transparan dan jelas.
Para pemimpin yang berniat untuk mengubah sebuah kultur lama, yang mana tidak lagi sesuai dengan misi yang baru, harus mulai mengubah norma dalam kantor mereka. Para pemimpin harus mampu bekerja dalam interupsi dan kekacauan yang terus menerus, agar organisasi mereka bisa terus beradaptasi dalam segala medan.
Kultur bukan hanya mengenai perilaku saja. Ini lebih mengenai kesadaran seseorang akan sebuah identitas. Orang banyak yang memilih untuk berada di dalam lingkungan yang bisa mereka identifikasi.
Di masa kini, para pemimpin harus mempertimbangkan lebih seksama mengenai perubahan alamiah dari pekerjaan, populasi yang sangat berbeda, kebutuhan akan keamanan dan kenyamanan tempat kerja, teknologi yang mengganggu, perkara kesehatan dan kesejahteraan, ketahanan, tekanan bagi para pekerja, dan tepat atau tidaknya model bisnis.
Ring 7 - Bagaimana Mengukur Perubahan Sebuah Kultur?
Ketika perusahaan Anda membutuhkan sebuah ruang yang baru, maka Anda akan dengan segera menyetujui sebuah gedung yang memiliki lokasi strategis. Namun, di masa kini, kerumitan yang hadir dan memenuhi dunia kita telah mengubah semua itu. Semua itu merupakan faktor yang membentuk peranan baru dari tempat kerja.
Kini kita sudah melihat lebih banyak tempat kerja yang juga menambahkan café, pelayanan penjaga pintu, ruang berkumpul yang terbuka, pusat kebugaran, dan segala yang bisa mengekspresikan perhatian mengenai kecerdasan emosional dan kesehatan diri. Upaya ini telah mengarah tepat untuk memberikan para pekerja kenyamanan dalam bekerja di masa ini.
Mengantisipasi masa depan akan selalu dimulai dengan pendidikan. Inovasi merupakan bagian dari perubahan yang berkembang. Sedangkan, kehandalan merupakan bagian dari tantangan taktis dan strategis. Di sinilah pemikiran yang terstruktur berperan untuk menjembatani keduanya.
Pemikiran yang terstruktur memberikan rangka kerja, yang sebelumnya hanya berasal dari naluri atau kata hati, menjadi sebuah hipotesis yang pada akhirnya bisa menjadi sebuah pedoman. Inilah cara membuat hal-hal yang berawal hanya dari naluri bisa diterjemahkan ke dalam pencatatan atau laporan tertulis. Dengan begitu, untuk menunjukkan kultur dan penghayatan kerja, seorang pemimpin perlu mulai menganalisa dari lingkungan atau kebiasaan dalam pekerjaan.
Pemikiran terstruktur dibentuk dari beberapa prinsip berikut:
- Empati
- Pola
- Nilai
- Pemikiran dan hasil positif
- Ide yang ingin diwujudkan
Ring 8 - Bagaimana Cara Menyesuaikan Perubahan Kultur Pada Tiap Kelompok yang Ada di Dalam Perusahaan?
Menjadi rata-rata dalam dunia ini merupakan hal yang sangat mahal. Biaya untuk memperoleh kualitas selalu menjadi pengeluaran yang efektif. Di masa kini, kita mengetahui bahwa sesuatu tidak akan bisa bertahan, kecuali bisa berfungsi bagi semua orang.
Jika Anda ingin mengajarkan orang mengenai cara berpikir yang baru, jangan pernah mendikte mereka. Berikan mereka sebuah alat, yang mana jika digunakan, alat tersebut akan mengarahkan mereka pada cara berpikir yang baru.
Terdapat empat pola perilaku alami dalam kelompok yang bisa digunakan perusahaan untuk menyesuaikan strategi dan kultur pada tiap kelompok:
- Sebuah model hubungan manusia yang memaksimalkan kerjasama dan perpaduan antar pihak
- Sebuah model sistem terbuka yang dirancang agar bisa fleksibel dalam beradaptasi dan berinovasi
- Sebuah model tujuan rasional yang merancang penyusunan tujuan, perencanaan, dan kendali untuk merespon tuntutan eksternal
- Sebuah model proses yang dirancang dalam prosedur, stabilitas, dan kendali internal
Seluruh kelompok dan perusahaan terbentuk dari perpaduan pola dasar ini. Dengan memperhatikan berbagai perilaku yang berbeda-beda ini, para manajer bisa mengembangkan sebuah pendekatan agar dapat memanfaatkan kelebihan dalam sebuah kelompok.
Selain itu diperlukan juga cerita yang masuk akal dan memberi kekompakan dalam tempat kerja kita. Yaitu, kisah-kisah yang mengandung niatan dan sensitivitas yang sama, yang dapat membuat tempat kerja menjadi rumah bagi profesionalitas kita. Inilah yang bisa menjadi kekuatan sejati dalam memanfaatkan ruang sebagai pengubah, pemberi definisi baru, dan penguak kultur.
Karena di masa ini, selain memberikan sebuah pekerjaan, sebuah organisasi pun harus bisa berinvestasi pada kehidupan para pekerjanya. Inilah kenapa kita harus melihat tempat kerja dari sudut pandang para pekerja yang memang menghabiskan waktu di sana. Karena nilai dari sebuah perusahaan terbentuk juga dari kesehatan, kesejahteraan, keterbukaan, keikutsertaan dan produktivitas para pekerja.
Orang tidak bisa hidup atau bekerja tanpa tempat. Tempat merupakan alat yang mendefinisikan siapa sejatinya kita. Tempat menjadi lebih terkait dan rumit begitu kita mempelajari lebih banyak mengenai orang dan apa yang menggerakkan organisasi kita.
(Mempertahankan komitmen merupakan alat perekat dalam tempat kerja. Rasa percaya merupakan alat yang bisa mengurangi perselisihan.)
Ring 9 - Apa yang Perlu Dipahami Mengenai Tren Kultur di Masa yang Akan Datang?
Tiap organisasi memiliki etos, pelayanan dan produknya masing-masing. Masa depan dunia kerja akan berfokus pada memberikan para pekerja sebuah tempat bekerja yang bisa sesuai dan mengikat rasa identitas mereka.
Terdapat beberapa alat dan ide-ide yang mencerminkan sebuah revolusi. Peralatan ini dapat mengubah tempat kerja, mengembangkan pekerjaan, dan mendefinisikan ulang bisnis kita.
Para pemimpin yang serius memahami bahwa alat-alat baru ini merupakan peralatan yang penting, karenanya perlu untuk dipahami dan dihargai. Di antaranya adalah:
- Peningkatan mobilitas dalam pekerjaan
- Organisasi dan pasar yang transparan
- Tempat kerja yang memiliki intelijensi jaringan kerja
- Informasi dengan biaya paling rendah
- Menggali data penting mengenai tempat kerja
- Otak Anda dalam bekerja
- Dari kepuasan menjadi kesejahteraan
- Tempat kerja yang cerdas
Seluruh peralatan ini berubah dengan begitu cepat, di luar dari dugaan sebagian besar pemimpin.
Kedelapan alat ini mewakili peluang yang begitu kuat dan mengacaukan, dan mereka akan berpusat dan menjadi semakin kokoh dalam sepuluh tahun mendatang. Pemusatan ini akan membentuk sebuah tahapan baru dari ekonomi, organisasi, pekerja, dan tempat kerja.
Rex Miller, Seorang direktur dan pemimpin spiritual dari mindSHIFT. Beliau juga merupakan pemenang penghargaan CoreNet Global Innovator tahun 2009
Mabel Casey, merupakan seorang pemimpin Haworth, Inc. sejak 2006. Beliau juga telah lebih dari sepuluh tahun menjadi pejabat eksekutif dalam industri kontraktor dan penyedia.
Mark Konchar, merupakan seorang Chief of Enterprise Development untuk Balfour Beatty Construction. Beliau memimpin tim Capability Center di sana, yaitu tim yang mendukung perusahaan dengan penelitian dan pengembangan.
Coki sekarang paham apa yang perlu dilakukan untuk membuat tempat kerjanya kembali kondusif dan produktif. Dari buku ini, dia memperoleh wawasan yang baru seperti:
- Sebagian besar perusahaan konvensional dibangun dengan kultur yang bisa menghadirkan konsistensi dan kemapanan, bukan untuk menghadapi perubahan yang cepat dan manuver yang lincah.
- Hal yang paling menantang dari mengubah kultur dalam perusahaan adalah: kebiasaan lama akan sulit untuk dimatikan atau diubah.
- Inovasi dan kesia-siaan merupakan dua sisi dalam satu koin, dan keduanya sama-sama tidak terlihat kecuali Anda memperhatikannya dengan penuh kesadaran.
- Fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi merupakan hal yang sangat penting di masa ini.
- Pemikiran yang terstruktur memberikan rangka kerja, ini bisa memetakan dan mengukur dengan nyata, apa yang sebelumnya hanya bisa dirasakan saja.
- untuk bisa mengubah kultur dengan seutuhnya, harus berkomitmen terlebih dahulu pada prosesnya.
- tanggung jawab para pemimpin adalah memberikan tempat kerja yang aman bagi para pekerja.
- Para pemimpin yang berniat untuk mengubah sebuah kultur lama, yang mana tidak lagi sesuai dengan misi yang baru, harus mulai mengubah norma dalam kantor mereka
- Jika Anda ingin mengajarkan orang mengenai cara berpikir yang baru, jangan pernah mendikte mereka.
- Masa depan dunia kerja akan berfokus pada memberikan para pekerja sebuah tempat bekerja yang bisa sesuai dan mengikat rasa identitas mereka.
Terima kasih telah menyimak bagaimana buku ini memberikan pencerahan pada Coki. Semoga Anda juga bisa memperoleh manfaat dari Ba-Ring kali ini. Sampai bertemu di Ba-RIng berikutnya.
Sukses selalu untuk Anda
Rekomendasi Baring Lainnya