The Motivation Myth: How High Achievers Really Set Themselves Up to Win
Jeff Haden
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
ring 6
-
Kesimpulan
-
Full Dering
“Ih, lu masih baca buku kaya gini?” Suara Jessica membuyarkan konsentrasi temannya yang sedang sibuk membaca sebuah buku tentang motivasi.
Ya, Jessica berkata demikian dengan nada mengolok karena sudah sejak lama dia sudah tidak percaya lagi dengan tips-tips motivasi, quote-quote inspirasi, dan hal-hal sejenisnya.
Tentu ada alasan kenapa dia tidak percaya. Sudah berkali-kali ia menerapkan tips-tips seperti itu tapi tak ada satu pun yang berhasil. Ia masih seperti biasa, masih suka malas-malasan, menunda-nunda, dan lebih sering tergoda distraksi daripada melakukan apa yang harus ia lakukan untuk sukses.
Intinya, meski dia sudah melakukan berbagai tips motivasi, tetap saja motivasinya tidak muncul.
“Ini tu beda, guys” jawab temannya menampik olok-olok Jessica seraya menunjuk cover buku yang dipegangnya. “Sumpah deh, banyak banget informasi yang tak terduga dan tak terpikirkan di buku ini. Dan, memang nggak kaya tips-tips motivasi lainnya, deh,” imbuhnya.
“Lihat aja judulnya, The Motivation Myth, mitos motivasi. Lu bisa ngira-ngira gimana isinya?”
“Hmm,” jawab Jessica sambil menghayati judul buku itu, “Betul juga. Buku ini ngebongkar kesalahan tips-tips motivasi yang sering digembar-gemborkan ya?”
“Naah, itu dia! Dan, nggak cuma itu. Buku ini juga ngasih tau gimana bangkitin motivasi yang bener,” jawab temannya dengan nada meyakinkan.
“Recommended nggak?” tanya perempuan itu.
“Recommended sih bagi gue. Kalo bagi lu, baca sendiri aja deh biar lu bisa nyimpulin dan ambil manfaatnya,” saran temannya sambil menyodorkan buku itu kepada Jessica, yang langsung diterima oleh perempuan itu dengan senang.
Ia pun lalu mulai membuka buku itu lembar demi lembar dengan ekspresi penasaran. Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya seperti, mitosnya apa saja? Apa yang bikin banyak tips motivasi nggak works? Dan, bagaimana cara membangkitkan motivasi yang benar?
Akankah ia menemukan jawaban? Yuk temani perjalanan Jessica dalam DeRing berikut ini.
Ring 1 - Kenapa banyak tips motivasi yang nggak works?
Kesalahan terbesar dari berbagai tips motivasi adalah, kebanyakan tips menganggap motivasi sebagai kekuatan pendorong yang harus ada sebelum kita melakukan sesuatu. Jadi, kalau kekuatan itu tak ada, maka kita tidak akan terdorong untuk melakukan sesuatu yang kita harapkan.
Inilah kenapa, kita sering mencari-cari kekuatan eksternal yang kita harapkan bisa membangkitkan motivasi kita, mulai dari ucapan penyemangat dari orang lain, kata-kata motivasi dari orang lain, musik yang membangkitkan mood, dst.
Masalahnya adalah, mungkin saja hal-hal barusan bisa membangkitkan motivasi kita, tapi motivasi itu akan sangat mudah lenyap juga begitu tantangan dan hambatan yang membuat kita “menderita” muncul.
So, cara-cara ini datang dari paradigma yang keliru tentang motivasi. Itulah kenapa, seringkali cara-cara ini tidak solutif.
Bagaimana paradigma yang benar? Sebelumnya, mari kita bedah dulu secara detail beberapa kesalahan tips motivasi yang menjadikan mereka hanya mitos alias isapan jempol.
Ring 2 - Apa saja mitos motivasi yang sering diajarkan dan salah? Dimana letak kesalahannya?
1. Kita butuh support dari orang lain untuk memotivasi kita
Kita sering mendengar nasihat bahwa kalau kita punya goal atau resolusi, ada baiknya untuk menceritakannya kepada pasangan, keluarga, dan teman dekat kita untuk mendapatkan dukungan mereka.
Tapi, sebuah riset membuktikan bahwa mereka yang membicarakan niat, tujuan, atau goal mereka kepada orang lain justru pada akhirnya tidak melakukan atau mencapai goal itu.
Alasannya adalah, ketika kita mengatakan kita mau mencapai sebuah goal, bawah sadar kita merasa kalau kita sudah mencapai goal itu. Sehingga, sudah tidak ada lagi motivasi untuk mencapainya.
2. Bikin goal itu harus yang bermakna buat kita, biar kita bisa termotivasi
Mungkin kita berpikir kalau goalnya bermakna, hati dan emosi kita bisa tersentuh dengan makna goal itu, maka itu akan mendorong kita untuk mengejarnya.
Tapi seringkali “makna” itu kompleks. Banyak orang yang sibuk mencari makna dari setiap hal yang ia lakukan justru berakhir tidak menemukan makna sama sekali.
Pernah berpikir begini: “Kenapa aku mau mobil mewah? Biar keren. Kalau sudah keren? Dipuji banyak orang. Kalau sudah dipuji banyak orang? Senang? Kalau sudah senang? Bukankah itu kesenangan yang sangat dangkal? Apa kamu akan bahagia hanya kalau kamu punya mobil mewah?
See? Terlalu sibuk mencari makna dari goal yang ingin kita capai justru membuat kita kehilangan makna. So, cukup katakan Anda ingin mobil mewah karena itu keinginan dan hak Anda, titik.
3. Bikin goal itu harus ada time-bound-nya alias batas waktu kapan harus tercapai
Ya, membuat batas waktu memang sekilas membangkinkan rasa terdesak dalam diri kita untuk segera mengeksekusi goal kita dan tidak berleha-leha. Tapi, yang sering terjadi adalah, begitu Anda menetapkan batas waktu, kalau batas waktunya sangat singkat Anda justru merasa tertekan dan bingung bagaimana mencapainya. Dan, kalau batas waktunya terlalu lama, Anda akan tidak sabar.
Kedua hal itu pada akhirnya akan membuat Anda justru hilang motivasi untuk mencapainya.
Hal yang perlu dikasih batas waktu bukanlah goal Anda melainkan langkah-langkah untuk mencapainya. Karena, untuk mengeksekusi langkah demi langkah waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat.
4. Goal itu harus ditempel di dinding biar terus kelihatan. Itu memotivasi kita.
Mengingat goal memang sangat penting, agar apa yang kita lakukan sehari-hari tidak menyimpang dari tujuan.
Tapi bukan berarti kita harus melihatnya setiap hari dan waktu. Karena itu justru bisa membuat kita bertanya-tanya kapan goal itu tercapai. Kita jadi tidak sabar karena kita membandingkan posisi kita sekarang dengan posisi goal itu yang masih sangat jauh.
5. Biar termotivasi mencapai goal, goal itu harus “attainable” alias bisa dicapai
Banyak orang menyarankan kita untuk membuat goal yang SMART yakni Specific, Measurable, Attainable/Achievable, Realistic/Relevant, Time-Bound.
Attainable/achievable berarti goal itu harus bisa dicapai. Tapi, kalau kita sudah tahu goal itu bakal bisa kita capai, itu berarti goal kita goal yang kecil, goal yang mudah, goal yang tidak butuh effort untuk mencapainya.
Contoh, Anda ingin membeli sebuah kamera seharga Rp 70 juta. Tapi, dengan penghasilan Anda sekarang, harga sebesar itu sangat mudah untuk Anda. Tinggal menabung 5 bulan sekian % dari penghasilan Anda, Anda sudah bisa mendapatkannya.
Maka, apakah goal itu akan membuat Anda excited? Banyak orang yang merasa tidak excited dengan goal seperti itu.
Goal yang membuat kita excited dan termotivasi adalah goal yang kita tidak tahu apakah kita bisa mencapainya atau tidak tapi ada harapan kita bisa mencapainya kalau kita mau memperbesar peluang untuk mencapai goal itu berangkat dari sumber daya & kemampuan kita sekarang. Goal ini sering disebut stretch goal.
Ring 3 - Kata orang, kalau mau punya motivasi yang tahan lama kita harus bekerja sesuai passion. Bagaimana menurut buku ini?
Kalau Anda sudah tahu apa passion Anda, maka bekerja sesuai passion akan membuat Anda lebih termotivasi dan motivasi Anda akan terus membara.
Tapi kalau Anda belum tahu apa passion Anda, maka artinya Anda harus mencari tahu terlebih dulu. Ini justru membuat Anda menunda-nunda membuat keputusan tentang bidang apa yang harus Anda geluti.
Atau, kalau saat ini Anda menggeluti sebuah bidang dan Anda merasa bidang itu bukan passion Anda, kemudian Anda bekerja malas-malasan dan malah sibuk memikirkan apa passion Anda, maka ini malah membuat Anda tidak mencapai apa-apa.
Hal yang perlu Anda lakukan adalah tetap melakukan pekerjaan Anda dengan serius, penuh keikhlasan dan berusaha memberikan yang terbaik sebisa Anda. Karena, ketika Anda berhasil memberikan yang terbaik, itu akan membuat Anda lebih excited untuk menggeluti bidang itu lebih lanjut, tak peduli sekarang Anda membencinya.
Ring 4 - Bagaimana cara yang tepat untuk membangkitkan motivasi?
Kunci untuk memotivasi diri kita adalah kita harus mencapai sukses.
“Lho, saya butuh motivasi justru biar bisa mencapai sukses. Kok malah harus sukses dulu biar bisa termotivasi? Gimana sih?” Mungkin seperti itu reaksi Anda saat membaca tulisan barusan.
Tapi, realitanya memang seperti itu. Kesuksesan membuat otak kita melepaskan dopamin yang membuat kita bahagia, positif, optimis, dan percaya diri. Kepercayaan diri inilah yang membuat kita termotivasi untuk mencapai goal selanjutnya.
Dan, inilah yang membedakan buku ini dari buku atau tips-tips motivasi lainnya.
Tentu saja sukses di sini tidaklah berarti sukses meraih goal besar/goal jangka panjang, melainkan sukses meraih goal-goal kecil dan sederhana. Atau, lebih tepatnya, sukses di sini berarti sukses melakukan langkah-langkah untuk mencapai goal kita.
Jadi kalau misalkan Anda ingin menjadi seorang Youtuber, sukses di sini berarti sukses membuat akun Youtube, sukses membuat konsep konten, sukses menulis naskah konten, sukses merekam videonya, sukses mengedit videonya, dst.
Satu kesuksesan akan membuat Anda bersemangat untuk mengeksekusi langkah selanjutnya, begitu seterusnya hingga akhirnya goal Anda tercapai.
Jadi, intinya adalah, kita harus take action terlebih dulu, barulah motivasi bisa muncul.
Tapi bagaimana biar tak menunda-nunda? Bukankah yang paling susah itu memulai sesuatu? Apa yang harus saya lakukan agar termotivasi untuk mulai take action?
Hal yang harus Anda lakukan adalah memetakan rencana untuk mencapai goal Anda. Tulis langkah-langkah apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai goal itu.
Pemetaan ini akan membuat Anda yang tadinya tidak tahu bagaimana dan mulai dari mana mencapai goal ini kini menjadi jelas. Kejelasan ini akan membuat Anda termotivasi untuk segera take action mengeksekusinya.
Ring 5 - Bagaimana cara yang tepat untuk mempertahankan motivasi?
Jawabannya tetap sama, Anda harus mencapai sukses.
Tidak seperti kata-kata motivasi, atau ucapan penyemangat dari orang lain, cara ini (mencapai sukses) membuat motivasi Anda bertahan lebih lama. Why? Karena, setiap kali motivasi Anda berkurang, Anda merasakan kesuksesan baru sehingga motivasi Anda naik kembali.
Misal, Anda ingin jadi Youtuber. Kemudian Anda membuat akun Youtube. Ketika Anda sukses membuat akun Youtube, hal itu memotivasi Anda untuk melakukan langkah selanjutnya, misalnya membuat video profil.
Mungkin saja di tengah proses membuat video profil, motivasi Anda berkurang. Tapi, begitu video itu selesai, motivasi Anda akan melonjak lagi. Begitu seterusnya hingga goal Anda tercapai.
Oleh karena itu sangat penting untuk mem-breakdown langkah-langkah untuk mencapai goal Anda sekecil mungkin agar Anda merasakan banyak kesuksesan dalam waktu yang cepat, sehingga tidak ada kesempatan bagi motivasi Anda untuk berkurang.
Ring 6 - Bagaimana biar bisa mengabaikan distraksi dan fokus melakukan sesuatu?
Alih-alih menggunakan kalimat “Aku tidak bisa….”, gunakanlah kalimat “Aku tidak…”
Jadi misalnya Anda ingin fokus bekerja. Tapi, banyak sekali distraksi yang mengganggu diri Anda, mulai dari medsos, chattingan teman, email, telepon, dst.
Alih-alih Anda berkata kepada diri Anda, “Sorry bro aku nggak bisa balas chatnya dulu”, ucapkahlah pada diri Anda, “Sorry aku nggak bales chatnya.”
Apa bedanya? Perbedaannya adalah, kalimat “Aku nggak bisa…” menimbulkan pertanyaan “kenapa?” dalam diri Anda yang malah merembet ke mana-mana: Kenapa tak bisa balas chat? Lagi fokus. Lho, balas chat kan sebentar. Nggak bakal ganggu kerjaan. Lagipula, gimana kalau chat-nya penting? dan seterusnya, dan seterusnya.
Sedangkan kalimat “Aku nggak…” menimbulkan kesan dalam diri Anda bahwa Andalah yang menentukan, Anda lah tuan yang memutuskan kehendak Anda apakah Anda mau membalas chat atau tidak. Ini akan membuat Anda lebih tegas dengan keputusan Anda.
Jeff Haden adalah seorang kolumnis di situs Inc., pembicara, influencer di Linkedin, dan ghostwriter yang telah menulis 30 buku non-fiksi untuk orang lain.
Nah demikianlah perjalanan Jessica. Akhirnya, ia menemukan jawaban yang dicari-carinya dari buku “The Motivation Myth.”
Kini, ia siap menerapkan apa yang disampaikan buku itu, yang di antaranya adalah:
- Untuk membangkitkan motivasi yang tahan lama, kita harus mencapai sukses. Karena kesuksesan akan membuat kita lebih percaya diri dengan kemampuan kita sehingga ini membuat kita lebih termotivasi untuk mencapai kesuksesan-kesuksesan selanjutnya.
- Suskes di sini bukanlah sukses mencapai goal besar/jangka panjang, melainkan sukses melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai goal kita.
- Agar bisa mengabaikan distraksi dan bisa fokus melakukan sesuatu, ganti kalimat “aku tidak bisa….” menjadi kalimat “aku tidak….”.
Kalimat “Aku tidak….” memberikan kita kesan bahwa kita lah yang menentukan keputusan. Ini membuat kita lebih tegas dengan keputusan kita. - Kita tidak perlu bercerita kepada orang lain tentang rencana kita karena hal itu akan membuat bawah sadar kita berpikir kita sudah mencapainya. Dan, ini akan membuat kita kehilangan motivasi untuk mencapainya.
- Kita tidak perlu terus mengingat goal kita karena itu justru bisa membuat kita bertanya-tanya kapan goal itu tercapai. Kita jadi tidak sabar karena kita membandingkan posisi kita sekarang dengan posisi goal itu yang masih sangat jauh.
- Terlalu sibuk mencari makna dari goal yang ingin kita capai justru membuat kita kehilangan makna. So, cukup katakan Anda ingin mencapainya karena itu keinginan dan hak Anda, titik. Tidak perlu menjustifikasinya dengan berbagai alasan.
Terima kasih telah menemani perjalanan Jessica. Semoga kisah ini bermanfaat untuk Anda.
Sampai bertemu di Baring selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital
Rekomendasi Baring Lainnya