The Millionaire Next Door: The Surprising Secrets of America's Wealth
Thomas J. Stanley & William D. Danko
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Siapa sih yang tidak ingin jadi kaya? Hidup bisa foya-foya, mau beli apapun tinggal beli, tak perlu menunggu diskon atau berpikir 1000 kali, dan tak perlu merasa bersalah setelah membeli barang yang harganya sangat mahal.
Begitu juga dengan Randi. Dia seorang pekerja yang ingin menjadi kaya seperti para artis dan Youtuber yang sering ditontonnya.
Tapi, dia ragu, karena dia merasa penghasilannya kecil dan bukan anak orang kaya. “Gimana mau kaya kalo penghasilan aja pas-pasan? Mau invest kaya gimana juga invest-nya cuma bisa seadanya,” begitu pikirnya.
Tapi, ketika menonton kisah orang kaya yang berjuang dari nol membangkitkan sedikit harapannya. Dia berpikir, kalau orang lain bisa, pasti dia pun juga bisa.
Oleh karena itu, pergilah dia ke toko buku untuk mempelajari lebih dalam bagaimana cara menjadi orang kaya, meskipun penghasilannya sedikit. Dan, dia pun menemukan buku berjudul “The Millionaire Next Door: The Surprising Secrets of America’s Wealth” karya Thomas J. Stanley & William D. Danko.
Tanpa menimbang-nimbang dia pun langsung membeli dan membaca buku itu ketika sampai di rumah. Dia yakin dia akan mendapatkan insight dari buku tersebut yang bisa digunakannya untuk memulai merencanakan membangun kekayaan.
Yuk, temani perjalanan Randi dalam BaRing berikut ini.
Ring 1 - Apa Gambaran Besar Isi Buku Ini?
Kalau kita melihat tayangan di TV maupun di Youtube atau di media sosial, kita akan menemukan banyak sekali orang yang setiap harinya memamerkan harta benda mereka, mulai dari rumah mewah, mobil seharga milyaran, tas dan sepatu branded mahal, hingga jam tangan ratusan juta.
Dan, media, juga orang-orang tersebut menyebut diri mereka sebagai orang kaya. Ada yang menyebut dirinya crazy rich, ada yang menyebut dirinya orang sukses, orang terlanjur kaya, dan sebagainya.
Tapi, benarkah orang-orang kaya menghamburkan uang mereka untuk hal-hal yang tidak terlalu penting seperti itu? Apakah dengan pemborosan fantastis seperti itu orang-orang kaya tidak kehabisan uang mereka? Apakah uang mereka tetap mengalir meskipun tiap hari makan di restoran dan menghabiskan jutaan atau bahkan puluhan juta rupiah?
Mungkin pertanyaan-pertanyaan itulah yang terbersit di benak Anda saat melihat orang-orang pamer kekayaan di TV atau media sosial?
Nah, buku ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Buku ini membahas apa sebenarnya “kaya” itu? Apakah artis super mewah yang sumber penghasilannya dari bermain film atau menjadi presenter bisa disebut orang kaya? Apakah orang biasa saja yang rumahnya di gang perkampungan, punya gaya hidup sederhana, tapi punya aset yang mampu menghidupinya 20 tahun hanyalah orang pas-pasan?
Semua itu dijawab dalam buku ini. Di samping itu, buku ini juga mengungkap apa rahasia menjadi orang kaya dari mewawancarai sejumlah orang kaya di Amerika Serikat.
Jika Anda orang yang menurut diri Anda sendiri penghasilannya pas-pasan atau penghasilannya tinggi tapi merasa belum kaya, buku ini sangat cocok untuk Anda baca. Dalam buku ini, Anda akan menemukan bagaimana orang yang penghasilannya kecil pun bisa menjadi kaya dan bagaimana orang yang penghasilannya besar tapi merasa belum kaya bisa mulai membangun kekayaan mereka.
Ring 2 - Menurut Buku Ini, Orang Kaya Itu yang Bagaimana?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita jawab pertanyaan di Ring 1 terlebih dahulu. Apakah mereka-mereka yang pamer harta di media sosial termasuk orang kaya?
Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Kaya dan tidaknya bukan tergantung pada seberapa banyak atau seberapa mahal barang yang mampu dibeli (dan dipamerkan), melainkan pada apakah orang tersebut memiliki aset yang menghasilkan pendapatan untuknya atau tidak.
Seorang artis dengan standar hidup mewah yang sumber penghasilannya hanya dari bermain film atau menyanyi, menjadi presenter atau menjadi pelawak tidak bisa disebut sebagai orang kaya. Karena, begitu dia kehilangan pekerjaan, maka sumber penghasilannya hilang, dan dia pun tidak lagi mampu bergaya hidup mewah. Paling mentok dia hanya bisa bertahan hidup 1, 2, 3 atau 4 bulan selama menganggur.
Kenapa? Karena, orang yang terlanjur bergaya hidup mewah akan cenderung tetap bergaya hidup mewah meskipun sudah kehilangan sumber penghasilan. Hasilnya, penghasilan bulan-bulan sebelumnya habis hanya untuk memenuhi gaya hidup dibanding memenuhi kebutuhan hidup pokok selama dia menganggur. Dalam situasi covid seperti sekarang, banyak kita lihat bagaimana para artis yang resah kehilangan pekerjaan akibat aktivitas syuting dibatasi.
Dalam buku ini, penulisnya menjelaskan bahwa separuh kekayaan di Amerika Serikat hanya dikuasai oleh 3,5% rumah tangga. Sedangkan 96,5% rumah tangga lainnya memiliki kekayaan jauh di bawah kelompok 3,5% tersebut.
Bukan, bukan karena mereka miskin. Sebagian mereka bahkan memiliki penghasilan yang tinggi. Tetapi, kebanyakan mereka tidak memiliki kekayaan yang terakumulasi (accumulated wealth). Mereka-mereka ini terlihat kaya hanya karena penghasilan mereka besar. Tapi, begitu mereka kehilangan pekerjaan, paling mentok mereka hanya bisa bertahan hidup dengan menganggur selama 2 bulan saja. Kalau mau bertahan hidup di bulan berikutnya, mereka harus mencari pekerjaan lagi. Bahkan menurut penulis buku ini, tanpa program jaminan hari tua, mereka akan menghabiskan sisa hidup mereka dalam keadaan miskin.
Nah sebaliknya, golongan yang 3,5%, mereka mungkin tidak memiliki penghasilan (gaji) yang besar. Tapi, mereka memiliki kekayaan akumulatif yang menjadikan mereka mampu bertahan hidup 10 atau 20 tahun meskipun mereka tidak bekerja alias menganggur.
Golongan 3,5% ini juga bukanlah termasuk golongan yang gemar pamer harta benda di depan umum.
Lebih lanjut, di buku ini, penulisnya memberikan definisi orang kaya yakni mereka yang memiliki ambang batas kekayaan bersih/net worth (yakni aset dikurangi utang) sebesar 1 juta Dollar Amerika atau lebih. Inilah kekayaan/net worth yang dimiliki oleh kelompok 3,5%.
Sekitar 95% orang kaya di Amerika Serikat pada saat buku ini ditulis punya kekayaan antara 1 juta dollar sampai 10 juta Dollar. Dan, sebagian besar isi buku ini membahas kelompok kecil ini. Karena, jumlah kekayaan sebesar itu masih mampu diraih dalam satu generasi. Dan, kekayaan sebesar ini masih sangat mungkin diraih oleh banyak masyarakat, termasuk Anda.
Ring 3 - Bagaimana Menentukan Apakah Kita Kaya atau Tidak menurut Buku Ini?
Untuk menentukan apakah seseorang termasuk kaya atau tidak menurut penulis buku ini, patokannya bukan hanya memiliki kekayaan bersih (net worth) sebesar 1 - 10 juta Dollar Amerika.
Ada perhitungannya tersendiri, yakni umur dikali penghasilan per tahun dibagi 10.
Jadi misalnya, seseorang berumur 40 tahun dan penghasilan tahunannya sebesar 200.000 Dollar Amerika, maka perkiraan kekayaan/net worth-nya adalah sebesar: 40 x 200.000: 10 = $ 800.000.
Kalau realitanya dia memiliki net worth 2 kali lebih besar dari perhitungan tersebut, maka dia termasuk golongan kaya.
Sebaliknya, kalau ada orang berumur 65 tahun dan penghasilan tahunannya $ 500.000, yang artinya perkiraan net worth-nya adalah sebesar $ 3.350.000, sedangkan net worth real-nya hanya $1 juta, maka dia bukan termasuk orang kaya.
Jadi, seseorang dikatakan kaya kalau dia berada di atas net worth rata-rata orang yang umur dan penghasilannya sama dengan dirinya. Dan, penulis buku ini menyebutnya Prodigious Accumulator of Wealth (PAU).
Dan sebaliknya, kalau Anda berada di bawah net worth rata-rata orang yang umur dan penghasilannya sama dengan Anda, maka Anda dikatakan Under Accumulator of Wealth (UAW). Dan, jika net worth Anda sama dengan net worth rata-rata orang yang umur dan penghasilannya sama dengan Anda, maka disebut Average Accumulator of Wealth (AAW).
Untuk menjadi PAU, Anda perlu memiliki net worth 2 kali lipat net worth rata-rata orang yang umur & penghasilannya sama dengan Anda.
Ring 4 - Apa Karakteristik Utama yang Membedakan Orang Kaya dan Orang Rata-Rata menurut Buku Ini?
Sepintas, tidak ada korelasinya antara standar hidup/gaya hidup dengan kekayaan. Justru banyak orang yang berpikir bahwa orang kaya pastilah standar hidupnya tinggi seperti artis-artis di TV.
Tapi kalau kita cermati lebih lanjut, sebetulnya standar hidup sangatlah menentukan.
Penulis buku ini mencontohkannya dengan seorang pemilik bengkel sepeda motor versus seorang pengacara. Si pemilik bengkel, sebut saja namanya Andi, penghasilannya $90,200 per tahun dan umurnya 50 tahun. Kalau dihitung, net worth sesuai usia dan penghasilannya adalah $451,000. Tapi realitanya, dia memiliki net worth 1,1 juta dollar dan termasuk PAW.
Sedangkan si pengacara, sebut saja namanya Alex, umurnya 51 tahun dan penghasilannya $92,330. Net worth sesuai umur dan penghasilannya adalah $470,883. Tapi, net worth real-nya hanya $226,511 dan termasuk UAW.
Pertanyaannya adalah, apa yang menyebabkan Alex yang seorang pengacara dan penghasilannya jauh lebih besar dari Andi kalah kaya dari pemilik bengkel sepeda motor tersebut?
Penulis buku ini menjabarkan bahwa penyebabnya adalah gaya hidup/standar hidupnya. Si pemilik bengkel, yang tidak harus bertemu klien dari kalangan berada dan tidak harus pergi ke kantor setiap hari, tidak harus menjaga penampilan semewah mungkin. Kliennya adalah kalangan menengah ke bawah yang kurang lebih gaya hidupnya juga minim. Sehingga, ia cukup menyesuaikan gaya hidupnya dengan gaya hidup kliennya.
Sedangkan si pengacara, yang harus bertemu klien (umumnya pengguna jasa pengacara adalah kalangan menengah atas) dan harus pergi ke kantor, merasa perlu menjaga penampilan semewah mungkin agar terlihat berwibawa. Oleh karenanya, standar hidupnya pun menjadi tinggi.
Gaya hidup yang tinggi ini membuat si pengacara tidak mampu atau hanya mampu mengalokasikan sekian % dari penghasilannya untuk berinvestasi atau meningkatkan asetnya. Sedangkan pemilik bengkel yang gaya hidupnya rendah membuatnya mampu mengalokasikan sebagian besar penghasilannya untuk berinvestasi atau meningkatkan asetnya.
Dari contoh kasus ini, terlihat jelas bahwa karakteristik mendasar yang membedakan orang kaya dengan orang biasa-biasa saja adalah gaya hidup alias standar hidupnya.
Ring 5 - Apa Rahasia Menjadi Kaya menurut Buku Ini?
1. Hemat
Saat melakukan wawancara dengan para milyuner, penulis buku ini menguji mereka dengan memberikan pelayanan super mahal, untuk mengetahui bagaimana standar hidup mereka.
Tapi ternyata, para milyuner yang diwawancara menolak untuk mengonsumsi makanan dan minuman mahal yang dihidangkan dan mereka lebih memilih makanan dan minuman yang jauh lebih murah seperti yang biasa mereka lakukan saat pergi ke restoran.
Ini menunjukkan bahwa berkebalikan dengan yang sering diperlihatkan oleh media, para milyuner yang sesungguhnya tidaklah menghambur-hamburkan uang mereka untuk sesuatu yang tidak penting.
2. Minimalisir penghasilan berpajak (realized taxable income) dan maksimalkan penghasilan tidak berpajak
Kalau Anda bekerja dan mendapatkan penghasilan dari pekerjaan Anda, maka Anda harus membayar pajak penghasilan sebesar yang telah ditentukan. Semakin besar penghasilan Anda, maka semakin besar pula pajak penghasilannya. Ini mengurangi potensi kekayaan Anda.
Tapi kalau Anda memiliki pendapatan yang belum terrealisasi, maka Anda tidak dikenai pajak. Inilah kenapa, semakin kecil penghasilan berpajak Anda dan semakin besar penghasilan yang belum terrealisasi Anda, maka potensi menambah kekayaan semakin besar.
3. Mengalokasikan 2 kali jumlah jam per bulan untuk merencanakan investasi keuangan dibanding UAW (under accumulator of wealth)
Orang-orang kaya tidaklah merasa diri mereka tahu segala hal. Mereka tetap mengalokasikan waktu dan uang mereka untuk berkonsultasi kepada konsultan keuangan, bagaimana baiknya mengelola uang mereka agar berlipat ganda.
Di samping itu, mereka juga ikut seminar perencanaan keuangan, seminar inevstasi, dan membaca buku-buku tentang perencanaan keuangan.
Dan, dari penelusuran penulis buku ini, jumlah waktu yang dialokasikan untuk berkonsultasi & belajar perencanaan keuangan ini 2 kali lipat jumlah waktu yang dialokasikan kelompok UAW (Under Accumulator of Wealth).
4. Tidak menjamin perekonomian anak (yang sudah dewasa)
Ya, alasannya sederhana, karena menjamin kehidupan anak yang sudah dewasa akan mengurangi pemasukan yang bisa diinvestasikan.
Dari studi yang dilakukan oleh penulis buku ini, rata-rata orang kaya di Amerika Serikat memperoleh kekayaan atas usaha mereka sendiri, di mana kekayaan ini tidak bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.
Ini artinya, kesempatan untuk kaya di Amerika bukan ditentukan oleh privilege karena jumlah kekayaan orangtua tidaklah terlalu besar untuk bisa diwariskan kepada anak cucu mereka, apalagi sampai 7 turunan.
Ini memberikan kesempatan kepada orang lain (yang bukan anak orang kaya) untuk menjadi orang kaya di masa-masa berikutnya.
5. Menjual produk-produk yang dibutuhkan orang kaya
Meskipun orang kaya hemat dalam hal konsumsi nonproduktif, bukan berarti mereka hemat dalam segala hal. Untuk urusan melipatgandakan kekayaan mereka, mereka bersedia membayar dalam jumlah besar.
Beberapa produk yang bisa melipatgandakan kekayaan orang kaya baik langsung atau tak langsung antara lain pendidikan untuk diri atau anaknya, kesehatan untuk diri atau anaknya, jasa perencanaan atau penasihat keuangan, dst.
Nah untuk melipatgandakan kekayaan Anda, Anda juga bisa menawarkan produk-produk seperti itu kepada orang-orang kaya di negeri Anda.
Thomas J. Stanley mendapatkan gelar doktor di bidang administrasi bisnis di The University of Georgia. Mengajar bidang marketing di the University of Tennesse, University of Georgia and Georgia State University. Selain menulis buku “The Millionaire Next Door”, dia juga menulis buku “The Millionaire Mind.”
William D. Danko tertarik mempelajari perilaku konsumen (consumer behavior) dan rahasia kekayaan. Mendapatkan gelar doktor di Lally School of Management pada tahun 1983.
Setelah membaca buku “The Millionaire Next Door,” Randi jadi lebih paham apa yang disebut kaya. Dia baru sadar bahwa ternyata selama ini dia salah memahami siapa itu orang kaya. Sebelumnya, dia berpikir bahwa orang kaya adalah orang-orang yang seperti terlihat di acara-acara TV atau di Youtube, punya mobil mewah, rumah megah, perhiasan ratusan juta, dst, yang membuatnya minder untuk bercita-cita jadi kaya.
Sekarang, setelah mengetahui rahasia menjadi orang kaya, dia pun jauh lebih optimis.
Nah berikut ini beberapa insight yang didapatkannya dari buku “The Millionaire Next Door” yang telah membangkitkan kembali optimismenya:
- Karakteristik utama dari orang kaya adalah, mereka super hemat. Semakin hemat, semakin banyak uang yang bisa mereka investasikan untuk melipatgandakan kekayaan mereka.
- Apa yang menentukan kekayaan bukanlah penghasilan tahunan kita melainkan seberapa besar nilai aset yang kita miliki. Orang yang penghasilannya besar tapi tak punya aset, di mana sumber penghasilannya hanyalah dari bekerja, maka sekali dia kehilangan pekerjaan, dia akan jatuh miskin dan hanya mampu bertahan paling mentok 2 bulan. Sedangkan orang kaya, yakni mereka yang memiliki aset bernilai tinggi, mampu bertahan hidup lebih lama meskipun mereka tidak bekerja.
- Rumus menentukan apakah kita termasuk kaya atau tidak adalah, umur dikali penghasilan per tahun dibagi 10. Kalau net worth kita di atas hasil perhitungan tersebut, maka kita termasuk kaya. Dan sebaliknya, kalau net worth kita di bawah hasil perhitungan tersebut, maka kita bukan orang kaya dan justru under accumulator of wealth.
- Rata-rata orang kaya (di Amerika Serikat) adalah generasi pertama. Artinya, dia mendapatkan kekayaan semata-mata atas hasil usahanya sendiri, tanpa bantuan orangtua. Karena, kekayaan mereka juga hanya sanggup dinikmati oleh diri mereka sendiri dan tidak menyisakan banyak untuk keturunannya. Ini memberikan kesempatan bagi keluarga lain untuk meraih kekayaan di kesempatan berikutnya.
Terima kasih telah mengikuti perjalanan Randi, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari DeRing ini.
Sampai bertemu di Baring selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital
Sukses selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya