Sway: The Irresistible Pull of Irrational Behavior
Ori Brafman & Rom Brafman
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Kevin seorang pemuda yang merasa dirinya sangat rasional hanya karena dia tidak percaya hal-hal mistis dan takhayul. Apalagi, latar belakangnya yang bekerja di bidang yang membutuhkan penalaran logika tingkat tinggi.
Dengan latar belakang seperti itu, dia merasa bahwa dirinya hampir mustahil bisa tergelincir dalam kesalahan-kesalahan berpikir yang sering terjadi pada orang-orang yang dianggapnya berkemampuan berpikir rendah.
Hal itu membuat Kevin sering meremehkan orang lain yang tidak bekerja di bidang yang serupa dengan dirinya sampai-sampai membuat teman-temannya geram.
Salah seorang sahabatnya menegurnya dan mengatakan bahwa siapa pun bisa tergelincir dalam pemikiran yang irasional, tak peduli sepintar apapun orang itu. Dan, ini membuat Kevin penasaran. Dia ingin membuktikan apa benar yang dikatakan sahabatnya itu.
Sahabatnya pun lantas memberinya sebuah buku berjudul “Sway: The Irresistible Pull of Irrational Behavior” karya Ori Brafman & Rom Brafman.
“Coba lu baca ini, biar lu nggak songong lagi dah. Lagian, pemikiran lu juga sering nggak rasional juga sih. Lu nya aja yang nggak nyadar,” begitu kata sahabatnya.
Yach, niat sahabatnya tentu sangat baik meskipun kata-katanya agak kasar. Hal yang pasti adalah, sahabatnya ingin agar Kevin lebih berhati-hati dalam berpikir dan meskipun sikapnya menjengkelkan, tapi Kevin tetap berusaha untuk menghargai niat sahabatnya itu.
Dia pun membaca buku tersebut hingga tuntas untuk memastikan kebenaran ucapan sahabatnya. Lalu, apakah ia benar-benar bisa menemukan apa yang dicarinya?
Yuk ikuti perjalanannya dalam BaRing berikut ini.
Ring 1 - Apa Gambaran Besar Buku Ini?
Banyak orang yang berpikir bahwa hanya karena mereka tidak percaya mistis atau hanya karena mereka pandai Matematika dan sains, maka pemikiran mereka sepenuhnya rasional.
Tapi sebenarnya kalau diamati lebih lanjut, orang-orang yang tidak percaya mistis atau pandai di bidang sains pun seringkali tergelincir dalam pemikiran yang irasional. Ini terjadi tanpa disadari dan memang bukan disebabkan karena mereka bodoh, melainkan karena memang otak manusia terdesain sedemikian rupa memiliki keterbatasan.
Inilah inti dari buku ini. Buku ini berusaha menjelaskan kepada kita bahwa otak kita (manusia) tidaklah sesempurna yang banyak orang bayangkan dan seringkali tanpa sadar menjerumuskan kita pada kesimpulan-kesimpulan yang keliru yang membuat kita mengambil tindakan yang juga keliru.
Dengan penjelasan tersebut, penulis buku ini berharap bahwa Anda sebagai pembacanya bisa lebih waspada dalam berpikir agar tidak tergelincir dalam pemikiran-pemikiran yang irasional.
Tentunya, buku ini juga menjelaskan bagaimana cara agar terhindar dari pemikiran-pemikiran irasional tersebut.
Ring 2 - Apa Maksud “Irresistible Pull of Irrational Behavior” dalam Buku Ini? Kenapa Tindakan Irasional dalam Buku Ini Disebut Irresistible alias Sulit ditolak?
Ini karena pemikiran-pemikiran atau perilaku-perilaku irasional ini tidaklah disengaja melainkan lahir dari mesin berpikir manusia yang memang memiliki keterbatasan, di mana pemikiran-pemikiran ini justru terjadi secara otomatis. Keterbatasan itu utamanya adalah bahwa selain manusia berpikir dengan logika, manusia juga berpikir dengan asosiasi atau pun didorong oleh kebutuhan-kebutuhan instingtif dan emosi.
Berpikir asosiasi adalah cara berpikir dengan mengaitkan satu hal dengan hal lain. Misal, kesan pertama Anda terhadap seorang klien yang baru Anda temui adalah bahwa orang itu baik. Nah persepsi ini secara tidak sadar bisa membuat Anda berpikir bahwa orang itu juga dermawan, sopan, bertanggung jawab, disiplin, bijak, dst. Ini karena otak Anda mengasosiasikan sifat baik dengan sifat-sifat positif lainnya seperti yang barusan disebut. Tapi, tentu saja, cara berpikir ini belum tentu benar, bukan?
Sedangkan pemikiran yang didorong kebutuhan insting misalnya adalah pemikiran yang didorong kebutuhan untuk menghindari kesengsaraan. Misal, seseorang mengikuti sebuah program asuransi kesehatan karena takut kalau sewaktu-waktu sakit dan tidak memiliki dana untuk biaya pengobatan.
Pemikiran yang didorong oleh insting pun terkadang menjerumuskan kita pada kesimpulan yang keliru. Contoh, ada orang yang mengajak kita untuk mengobrol. Tapi dorongan insting primitif untuk bertahan hidup membuat kita waspada dalam mengobrol dengan orang tersebut. Dalam tingkat wajar, ini memang baik. Tapi, dalam tingkat berlebihan, ini tentu bisa menggelincirkan kita pada kesimpulan yang keliru. Mungkin karena saking waspadanya, kita jadi beranggapan bahwa orang tersebut memiliki niat jahat kepada kita dan pada akhirnya membuat kita bersikap ketus terhadap orang tersebut.
Pemikiran yang didorong oleh emosi misalnya karena kita benci seseorang lantas kita menganggap bahwa semua tindakannya salah. Padahal, belum tentu anggapan kita itu benar. Right?
Nah sayangnya, cara-cara berpikir seperti ini (dengan asosiasi, terdorong oleh insting, dan terdorong oleh emosi) umumnya terjadi otomatis dan tidak disadari. Bisa dikatakan bahwa cara-cara berpikir seperti ini umumnya merupakan “mode default” mesin berpikir kita. Sedangkan berpikir dengan logika justru harus dilakukan dengan sengaja dan sadar. Sehingga, ini menyebabkan kita lebih sering tergelincir pada cara-cara berpikir yang pertama dibanding berpikir dengan logis. Karena, untuk berpikir logis dibutuhkan usaha yang besar.
Dan, inilah yang menyebabkan kenapa pemikiran-pemikiran irasional ini (yang seringkali datang dari asosiasi, dorongan insting dan emosi) sangat sukar dihindari alias irresistible.
Namun demikian, bukan berarti kita tidak bisa menghindarinya. Dengan cara-cara yang tepat, kita bisa menghindarkan pikiran kita dari “mode default” berpikir ini. Dan, ini akan dijelaskan di Ring selanjutnya.
Ring 3 - Apa Saja Tindakan Irasional yang Sulit Ditolak Ini?
Nah berikut ini beberapa kecenderungan berpikir dan bertindak irasional yang dipicu baik oleh mesin asosiasi, dorongan instingtif, maupun dorongan emosi.
1. Loss Aversion
Ini adalah pemikiran dan tindakan yang dipicu oleh dorongan instingtif untuk menghindari kerugian. Tak peduli secerdas, sebijak, atau sebaik apapun seseorang pasti punya dorongan ini.
Contoh mudahnya adalah saat pandemi covid terjadi di awal tahun 2020. Banyak orang yang berbondong-bondong untuk memborong masker dan kebutuhan pokok. Penyebabnya adalah karena mereka tidak mau rugi kalau-kalau harga masker dan kebutuhan pokok melambung tinggi akibat jumlah permintaan masker meningkat drastis dibanding jumlah persediaannya di pasar.
Dan, telah kita saksikan bahwa dorongan tak mau rugi ini malah justru memperparah keadaan.
2. Value Attribution
Ini adalah kecenderungan untuk menilai seseorang atau sesuatu hanya berdasarkan pada kesan pertama terhadap seseorang atau sesuatu tersebut. Dan, kecenderungan ini lahir dari mesin berpikir asosiatif atau pun dorongan emosi, yang memang merupakan “mode default” berpikir kita.
Contohnya adalah, ketika kita benci seseorang, kita jadi merasa bahwa semua hal yang dilakukannya salah. Dan sebaliknya, terhadap orang yang kita sukai kita menilai bahwa semua hal yang dilakukannya benar dan baik.
Tentu, cara berpikir seperti ini sangat menjerumuskan karena hanya berdasarkan asumsi semata tanpa bukti konkret.
3. Diagnosis Bias
Ini adalah kecenderungan untuk hanya mencari bukti yang membenarkan asumsi kita dan mengabaikan bukti-bukti yang membuktikan kekeliruan asumsi kita.
Sering mendengar ungkapan bahwa manusia hanya mau mendengar apa yang ia ingin dengar? Nah, ini tak lain adalah cerminan dari kecenderungan “diagnosis bias.”
Contohnya adalah seorang ilmuwan yang yakin bahwa teorinya tepat dan saking yakinnya sampai-sampai ia hanya mencari bukti-bukti yang mendukung kebenaran teori tersebut dan mengabaikan bukti-bukti yang menyanggahnya.
Tentu, kecenderungan berpikir seperti ini sangat berbahaya, ya. Karena bisa menjerumuskan kita pada kesimpulan yang keliru.
Ring 4 - Bagaimana agar Saya bisa Menghindari Tindakan dan Pemikiran Irasional Ini?
1. Pengetahuan
Anda perlu membekali diri Anda dengan pengetahuan tentang bentuk-bentuk pemikiran irasional yang lahir dari keterbatasan mesin berpikir Anda. Tiga di antaranya adalah yang sudah dibahas di buku ini.
Sebetulnya, masih banyak lagi pemikiran & tindakan irasional yang dipicu oleh keterbatasan mesin berpikir manusia. Anda bisa membacanya di buku lain seperti “Thinking, Fast and Slow” karya Daniel Kahneman, juga “The Art of Thinking Clearly,” karya Rolf Dobelli, dan masih banyak lagi.
Nah, Anda juga bisa membaca ringkasan dari dua buku tersebut di BaRing.
Kembali pada pembahasan, dengan pengetahuan tentang bentuk-bentuk pemikiran irasional ini, Anda akan semakin peka ketika Anda atau orang lain berpikir dengan mode berpikir seperti itu, sehingga Anda bisa mengoreksinya.
2. Sadari
Ambillah kendali terhadap pemikiran Anda. Nyalakan “mode sadar” setiap kali Anda berpikir dan jadikan ini kebiasaan. Dengan menyalakan “mode sadar” setiap kali Anda berpikir, maka Anda akan bisa mengobservasi dan menilai tepat atau tidaknya pemikiran dan asumsi Anda.
3. Gambaran besar
Untuk bisa mengobservasi & menilai pemikiran Anda, Anda perlu berpikir dengan melihat gambaran besar alias berpikir secara holistik.
Pertimbangkanlah baik-buruk dari pemikiran Anda dari segala sisi. Pertimbangkan pula kebenaran atau kesalahan pemikiran Anda dari segala sisi.
ORI BRAFMAN adalah penulis pendamping The Starfish and the Spider dan tokoh organisasi yang biasanya berbicara di depan perusahaan fortune 500, pemerintahan, dan militer. Lulusan dari Standford Business School, dia tinggal di San Fransisco.
ROM BRAFMAN mendapatkan gelar Ph.D. dalam bidang Psikologi dan mengajar tentang kepribadian dan pengembangan diri di universitas.
Setelah menyelesaikan buku itu, Kevin mendapatkan beberapa insight yang menyadarkannya bahwa ternyata setiap orang bisa berpikir irasional tak peduli orang tersebut menganggap dirinya serasional apapun. Berikut ini beberapa di antara insight-insight tersebut:
1. Pemikiran manusia dilandasi oleh 2 macam mesin berpikir, pertama mesin berpikir yang cenderung lebih otomatis dan mesin berpikir yang lebih sadar.
2. Mesin berpikir yang lebih otomatis memiliki keterbatasan karena didasarkan bukan pada logika melainkan pada 3 mekanisme berikut:
- Loss Aversion alias dorongan instingtif untuk menghindari kerugian,
- Value Attribution alias dorongan untuk menilai seseorang/sesuatu hanya berdasarkan pada kesan pertama. Dorongan ini lahir dari mekanisme berpikir asosiatif, dan
- Diagnosis Bias alias dorongan untuk hanya mencari bukti-bukti yang mendukung asumsi kita dan mengabaikan bukti-bukti yang mematahkan asumsi kita, yang seringkali melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang keliru.
3. Pemikiran irasional yang berdasarkan pada value attribution, loss aversion, dan diagnosis bias cenderung sukar ditolak karena pemikiran ini terjadi secara otomatis dan merupakan “mode default” berpikir kita. Namun demikian, kita tetap bisa mencegahnya.
4. Tips untuk menghindarkan diri dari pemikiran dan tindakan yang irasional antara lain:
- membekali diri dengan pengetahuan tentang bentuk-bentuk pemikiran irasional. Pengetahuan ini akan membuat kita lebih peka manakala kita atau orang lain berpikir irasional sehingga kita bisa mengoreksinya.
- Menyalakan “mode sadar” setiap kali kita berpikir.
- Berpikir dengan holistik alias mempertimbangkan efektif atau tidaknya sebuah pemikiran, baik-buruknya sebuah pemikiran, untung-ruginya sebuah pemikiran, dan benar-salahnya sebuah pemikiran dari segala sisi.
Terima kasih telah mengikuti perjalanan Kevin, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari DeRing ini.
Sampai bertemu di Baring selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital. Sukses Selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya