NEUROSCIENCE for LEADERSHIP - Harnessing The Brain Gain Advantage
Tara Swart, Kitty Chisholm, Paul Brown
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Nadine adalah seorang leader yang ingin memimpin dengan sukses. Ia bertanya-tanya bagaimana kepemimpinan yang efektif itu, apakah harus mendikte atau memberikan otonomi kepada tim? Apakah harus ambisius dalam menetapkan goal atau cukup menetapkan goal yang realistis saja?
Semua pertanyaan itu mendorongnya untuk membaca buku “Neuroscience for Leadership: Harnessing the Brain Gain Advantage” karya Tara Swart, Kitty Chisholm, dan Paul Brown.
Awalnya, ia masih bertanya-tanya, apa itu Neurosains? Kenapa sebagai leader dia perlu membacanya? Apa yang Neurosains bisa berikan untuk seorang leader seperti dirinya?
Tapi akhirnya, setelah mempelajari buku itu, ia pun paham.
Nah, penasaran bagaimana perjalanan Nadine menemukan jawaban dari berbagai pertanyaannya? Yuk ikuti DeRing berikut ini.
Ring 1 - Kenapa saya sebagai leader perlu belajar Neurosains?
Ilmu Neurosains berurusan dengan otak & sistem saraf dan apa dampaknya pada perilaku, perasaan, dan pemikiran seseorang. Dari ilmu Neurosains, kita tahu bahwa perilaku, perasaan, dan pemikiran kita dibentuk oleh otak kita. Demikian sebaliknya, perilaku dan pengalaman juga membentuk otak kita.
Pernah mendengar bahwa dopamin (sebuah zat kimia dalam otak) bisa meningkatkan kepercayaan diri kita? Banyak pakar yang menyarankan kita untuk melakukan hal-hal yang bisa meningkatkan pelepasan dopamin untuk bisa meningkatkan kepercayaan diri kita.
Pertanyaannya adalah, dari mana para pakar tahu kalau dopamin bisa meningkatkan kepercayaan diri? Dari mana juga mereka tahu kalau ada hal-hal tertentu yang bisa meningkatkan pelepasan dopamin? Jawabannya, dari ilmu Neurosains.
Sampai di sini, apakah Anda sudah punya gambaran kenapa Anda sebagai leader perlu belajar Neurosains (khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan)?
Betul! Sebagai leader, Anda bisa memotivasi tim Anda, menjadi pengaruh bagi mereka, membantu mereka berkonsentrasi dalam bekerja, membantu mereka meningkatkan kepercayaan diri, menarik pelanggan, dst dengan mengaplikasikan ilmu Neurosains.
Mengaplikasikan ilmu Neurosains di sini berarti “mengubah” susunan kimiawi otak dan tubuh sedemikian rupa sehingga perilaku, emosi, dan pemikiran kita juga berubah.
Sebelum beranjak pada caranya, yuk kita pelajari dulu bagaimana sih cara kerja otak dan sistem saraf dalam “membentuk” perilaku, perasaan, dan pemikiran kita.
Ring 2 - Bagaimana otak mengendalikan perilaku, perasaan, dan pemikiran saya?
Saat membayangkan otak, mungkin yang muncul di benak Anda adalah gambaran sebuah sirkuit seperti jaringan rel kereta api yang kompleks, di mana sirkuit itu bentuknya tetap dan tidak berubah-ubah.
Tapi sebetulnya, otak tidaklah seperti itu. Seluruh proses yang terjadi dalam otak berjalan lebih “cair”. Singkatnya, otak bersifat plastis alias sambungan-sambungannya bisa berubah-ubah tergantung stimulus yang diterima.
Dikarenakan tujuan Anda membaca ringkasan ini adalah untuk mengetahui bagaimana otak menentukan perilaku, perasaan, dan pikiran, dan bagaimana perilaku membentuk otak, maka mari langsung saja kita bahas beberapa komponen otak (dan juga tubuh) yang berperan dalam membentuk perilaku, perasaan, dan pikiran, antara lain neurotransmitter, hormon, serta bagian otak yang disebut prefrontal korteks.
Neurotransmitter utama antara lain: Dopamin, Serotonin, Oksitosin, dan Noradrenalin. Sedangkan hormon-hormon utama antara lain: Kortisol, Adrenalin, Testosteron, dan Estrogen/Progesteron.
Neurotransmitter dan hormon berkaitan dengan emosi sedangkan prefrontal korteks berkaitan dengan kemampuan eksekusi alias executive function, yakni berbagai kemampuan seperti menalar, merencanakan, mengambil keputusan, kontrol diri, konsentrasi, fokus, monitor diri, pengatur emosi, dst. Kemampuan ini juga dibentuk oleh perubahan hormon dan fisik dalam otak, maupun pengalaman.
Seperti warna, emosi terdiri dari emosi dasar dan emosi turunan. Emosi dasar berjumlah 8, dimana 5 di antaranya adalah emosi pertahanan diri alias survival emotions, yang meliputi takut, malu, marah, jijik, dan sedih. Emosi-emosi ini menyebabkan pelepasan hormon kortisol.
Dua emosi lainnya adalah emosi keterikatan alias attachment emotion, yang meliputi cinta/kepercayaan dan kesenangan/kegembiraan. Kedua emosi ini dimediasi oleh efek oksitosin, dopamin, dan noradrenalin.
Emosi yang satunya lagi adalah keterkejutan. Ini adalah emosi yang bisa berubah dari emosi keterikatan ke emosi pertahanan dan sebaliknya.
Nah, emosi pertahanan/survival emotions seringkali menghambat kinerja tim dan organisasi perusahaan. Satu contoh kecil saja, seringkali perusahaan memotivasi tim dengan “carrot & stick” alias “hadiah dan hukuman.”
Meskipun ini bisa memotivasi tim, tapi hukuman membuat tim takut dan tertekan sehingga mereka merasa tidak bebas mengeluarkan ide-ide mereka.
Sebaliknya, emosi keterikatan/attachment emotions lebih mendukung kinerja tim. Contoh sederhana, ketika Anda sebagai leader bisa dipercaya, maka tim lebih respek terhadap Anda, di mana sikap respek ini pada akhirnya membuat mereka lebih bersedia untuk mengikuti arahan Anda dengan senang hati.
Di buku ini, kita akan mengeksplorasi sebuah model kepemimpinan yang lebih efektif, dengan mengintegrasikan emosi keterikatan alias attachment emotions ke dalam budaya organisasi dan meminimalisir timbulnya emosi pertahanan yang menghambat kinerja.
Lebih lanjut, kita juga akan mengeksplorasi bagaimana Anda bisa meningkatkan kemampuan eksekusi alias executive function (sebuah kemampuan otak yang sangat penting dalam memimpin dan bekerja) dengan menerapkan pengetahuan Neurosains yang Anda dapatkan di buku ini.
Ring 3 - Bagaimana detail model kepemimpinan yang disarankan buku ini?
Sebelumnya kita telah membahas bahwa model kepemimpinan yang diperkenalkan dalam buku ini adalah sebuah model yang mengintegrasikan emosi keterikatan/attachment emotions ke dalam budaya organisasi.
Lalu bagaimana implementasinya?
Dengan meneliti berbagai bentuk kepemimpinan yang sukses dalam berbagai perusahaan, para penulis buku ini menyimpulkan setidaknya ada beberapa kualitas berikut ini yang bisa mengantarkan seorang pemimpin sukses menjalankan kepemimpinannya. Kalau kita perhatikan, kualitas-kualitas ini lahir dari emosi keterikatan alias attachment emotions:
1. Pemimpin yang efektif memiliki tingkat stres yang rendah
Ya, ini karena tingkat stres yang rendah membuat leader bisa bekerja dengan optimal tanpa terganggu stresnya.
2. Pemimpin memiliki testosteron lebih dan tingkat kortisol yang sedikit
Kadar testosteron yang tinggi yang berpadu dengan kadar kortisol yang rendah dipercaya melahirkan sifat mendominasi dalam diri kita. Dan karena pemimpin yang efektif mendominasi, maka kadar testosteron yang tinggi dan kadar kortisol yang rendah membantu Anda menjadi pemimpin yang efektif.
3. Pemimpin memiliki toleransi risiko yang tinggi
Ya, pemimpin yang efektif tentu harus merasa nyaman dengan risiko. Dan, perasaan ini juga dimungkinkan dengan tingginya kadar testosteron.
4. Pemimpin punya prefrontal korteks yang berkembang baik
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, prefrontal korteks berperan dalam kemampuan eksekusi seperti kontrol diri, konsentrasi, berpikir sadar, memecahkan masalah, melakukan kontrol kognitif (seperti mengubah pemikiran kita tentang sesuatu), mengontrol emosi, dst.
Diperkirakan bahwa alasan kenapa tingkat stres leader rendah adalah karena mereka mampu mengontrol emosi mereka.
Di samping itu, orang yang punya kontrol diri yang tinggi diyakini juga lebih bisa dipercaya.
5. Pemimpin punya kepercayaan diri yang tinggi
Tentu seorang leader perlu punya kepercayaan diri yang tinggi. Kalau tidak, maka dia tidak akan berani membuat sebuah keputusan besar dan menginstruksikan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkannya.
Nah, kepercayaan yang tinggi ini juga didapatkan dari kadar testosteron yang tinggi dan kadar kortisol yang rendah.
6. Pemimpin adalah influencer yang baik
Meskipun memiliki dominasi, pemimpin yang efektif tidak menginstruksikan orang lain dengan perintah melainkan dengan pengaruh.
Pengaruh menciptakan kepercayaan/trust yang membuat seseorang bersedia dengan suka rela untuk melakukan apa pun yang diminta leader.
Dan, untuk memiliki pengaruh, kuncinya adalah kemampuan komunikasi, terutama lewat cerita. Karena, otak kita lebih suka cerita daripada bentuk komunikasi lainnya.
7. Pemimpin membuat goal yang jelas untuk dirinya dan orang lain
Tanpa goal yang jelas, maka baik leader maupun tim akan kehilangan arah dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif sangat perlu mempunyai goal yang jelas baik untuk dirinya maupun timnya.
Nah kemampuan ini juga difasilitasi oleh prefrontal korteks yang berkembang baik. Karena, merumuskan goal membutuhkan pemikiran sadar, sebuah pemikiran yang diperankan oleh prefrontal korteks.
8. Pemimpin ibarat ahli
Keahlian yang dibutuhkan oleh leader bukanlah keahlian teknis, melainkan keahlian untuk belajar dengan cepat.
Pemimpin yang efektif bisa melihat pola dan makna ketika orang lain tidak melihatnya. Atau, mereka bisa melihat pola jauh lebih cepat dibanding yang lain.
Dengan kemampuan ini, mereka pun bisa lebih cepat mengambil keputusan.
9. Kepemimpinan bisa dilatih
Yes, tentu saja. Dan satu hal yang paling penting untuk bisa melatih kepemimpinan adalah, meningkatkan performa prefrontal korteks. Caranya dengan memfokuskan perhatian dan berbagai pelatihan kepemimpinan seperti disiplin diri, manajemen diri, kontrol diri, dan kesadaran diri. Kontrol diri juga bisa dilatih dengan meditasi.
10. Kepemimpinan butuh makna dan nilai/value
Mencari makna merupakan salah satu kebutuhan alami manusia. Ini merupakan warisan nenek moyang kita. Di zaman purba, nenek moyang manusia butuh menerjemahkan sesuatu menjadi bermakna tertentu untuk keperluan bertahan hidup.
Sekarang, kebutuhan itu masih kita miliki. Dengan mengetahui makna dari pekerjaan yang kita lakukan, maka kita jauh lebih termotivasi untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Oleh karena itu, pemimpin yang efektif perlu menentukan apa nilai/value organisasi dan mampu mengkomunikasikan nilai tersebut kepada tim. Karena, nilai memberikan pemahaman bahwa apa yang mereka kerjakan memiliki makna yang penting.
Ring 4 - Apakah pemimpin harus ambisius dan haus akan risiko?
Di bab sebelumnya disebutkan bahwa pemimpin yang efektif memiliki kadar testosteron yang tinggi yang dibarengi dengan kadar kortisol yang rendah. Komposisi hormon ini melahirkan karakter ‘pengambil risiko’ yang memang sangat dibutuhkan dari seorang pemimpin.
Tapi, penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang sukses menghadapi risiko, maka kesuksesan itu akan memberinya kadar testosteron yang semakin tinggi, di mana hal ini membuatnya lebih haus akan risiko dan mendorongnya terlibat dalam tindakan-tindakan yang berisiko tinggi yang pada akhirnya justru menurunkan kemampuan bertahannya.
Oleh karena itu, leader sangat perlu mengatur sampai batas mana dia perlu mengambil risiko.
Mempertahankan keseimbangan antara penghindaran risiko dengan keserakahan bisa membuat kita tetap termotivasi dan juga membuat kita terjaga dari terkena adiksi. Dopamin dan serotonin berperan untuk menjaga persepsi seseorang dalam berbagai situasi yang berbeda.
Ring 5 - Bagaimana saya bisa berkomunikasi efektif dengan tim dari sudut pandang Neurosains?
Dari penelitian Neurosains, diketahui bahwa tiap-tiap orang menciptakan “realitas versi mereka” berdasarkan pengalaman personal mereka, yang membuat komunikasi yang sempurna sangatlah tidak mungkin.
Jika tidak ada informasi yang dimasukkan ke dalam otak mengenai suatu hal, maka otak akan berusaha untuk mengisi bagian yang kosong tersebut dengan pengalaman masa lalu kita. Ini adalah cara otak kita untuk mengantisipasi yang akan terjadi. Jadi, ketika tidak ada informasi untuk memahami kenapa Anda melakukan suatu hal, maka otak Anda akan mengisinya dengan berbagai macam dugaan dan prasangka.
Tapi, disisi lain, otak manusia juga berevolusi sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan yang muncul dari hidup dalam kelompok besar.
Helen Gallagher dan Chris Frith memetakan sejumlah area otak yang aktif saat kita menerjemahkan maksud orang lain. Beberapa area ini juga sangat aktif ketika seseorang terlibat dalam aktivitas kerjasama dan terlibat ketika seseorang mendengarkan cerita. Kita dapat membayangkan skenario, nyata atau imajinasi, di saat ini, masa lalu, dan di masa depan.
Kemampuan kita untuk membayangkan berhubungan dengan kemampuan kita untuk memonitor situasi sosial, dan posisi kita dalam situasi tersebut, melibatkan area-area (seperti amigdala) yang terlibat dalam pemrosesan emosi (kita dan orang lain). Maka, tidaklah mengherankan jika maksud/intent dibentuk oleh emosi.
Manusia berkomunikasi dengan seluruh tubuh mereka, dengan gerakan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Sebagai contoh, jika atasan Anda membuat kontak mata dengan ekspresi ramah, Anda tentu akan menerjemahkannya sebagai menyenangkan, jika tidak ramah paling tidak tidak bermusuhan.
Dan, reaksi seperti itu bisa terjadi tanpa otak Anda menyadarinya. Pada level bawah sadar, otak kita menggunakan kemampuan otomatis ini untuk memaknai maksud dari sinyal yang diberikan orang lain.
Oleh karena itu, kunci komunikasi yang efektif bagi Anda sebagai seorang pemimpin antara lain:
- Mengingat bahwa setiap pendengar akan memiliki konteks mereka sendiri tentang apa yang Anda katakan dan mengingat batas kapasitas working memory, apa yang bisa Anda lakukan agar pesan Anda lebih mudah dipahami?
- Pahami apa pengetahuan, asumsi, dan bias yang tim Anda miliki. Bayangkan diri Anda di posisi tim Anda. Apa yang Anda ingin lihat dan dengan? Apa yang Anda inginkan dari hal itu?
- Jalani nilai Anda dan tunjukkan integritas Anda dengan jelas. Tunjukkan bahwa Anda menghargai orang lain dengan memahami konteks, makna, dan motivasi mereka yang berbeda.
- Ingatlah kekuatan emosi dari cerita dan drama.
Demikianlah bagaimana perjalanan Nadine. Akhirnya, ia menemukan jawaban. Ia pun lalu mencatat jawaban-jawabannya ke dalam sebuah catatan:
- Seorang leader perlu belajar Neurosains, khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan agar bisa menerapkan model kepemimpinan yang efektif dengan mengubah “otak” dirinya dan timnya.
- Ada 3 komponen otak dan tubuh yang paling berperan dalam mengubah perilaku, perasaan, dan pemikiran kita, yakni neurotransmitter, hormon, dan prefrontal korteks. Oleh karena, untuk mengubah “otak” bisa dilakukan dengan mengubah “susunan kimiawi” otak dan tubuh, juga meningkatkan performa prefrontal korteks.
- Model kepemimpinan yang efektif menurut buku ini adalah yang mengintegrasikan emosi keterikatan alias attachment emotion ke dalam budaya perusahaan, yakni budaya yang memupuk kegembiraan dan kepercayaan dalam organisasi.
- Beberapa kualitas pemimpin yang sesuai dengan model kepemimpinan tersebut antara lain, pemimpin harus memiliki toleransi risiko yang tinggi, punya value, punya kepercayaan diri yang tinggi, menetapkan goal untuk dirinya dan orang lain, pemimpin harus merupakan influencer yang efektif, harus punya prefrontal korteks yang berkembang baik, dst.
- Pemimpin perlu memiliki ambisi yang besar dan berani mengambil resiko, yang dimungkinkan dengan tingginya kadar testosteron dan rendahnya kadar kortisol. Tapi, bukan berarti kadar testosteron yang ekstrem bagus dalam kepemimpinan karena ini justru bisa membuat pemimpin mengambil resiko tanpa perhitungan yang sangat berbahaya bagi organisasi yang dipimpinnya.
- Manusia menciptakan realitas versi mereka masing-masing. Ini membuat kita sulit memahami maksud orang lain. Karena, setiap kali kita mau memahami ucapan orang lain, otak kita malah memberikan makna sendiri.
Tapi keuntungannya, manusia juga bisa memahami maksud orang lain dengan membaca bahasa tubuhnya dan merasakan emosi yang muncul dari ucapan yang disampaikan.
Oleh karena itu, untuk mengkomunikasikan pesan kepada tim atau pelanggan, leader perlu membuat komunikasi yang sedemikian rupa sehingga bisa membangkitkan emosi lawan bicara agar mereka bisa merasakan pesan yang Anda sampaikan apa adanya, tanpa campur tangan “mesin persepsi” mereka.
Mari kita tutup perjalanan Nadine dan mari beranjak ke kisah lainnya.
Rekomendasi Baring Lainnya