Unconditional Parenting: Moving From Reward & Punishment to Love & Reason
Alfie Kohn
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
ring 6
-
ring 7
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Iva adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah membesarkan dua buah hatinya yang saat ini berumur 5 tahun dan 3 tahun. Tahun ini suaminya ingin menambah momongan lagi. Tapi Iva sedikit keberatan karena ia merasa belum bisa memberikan yang terbaik untuk anaknya.
Pemikirannya ini datang ketika ia berdiskusi panjang lebar bersama kakak seniornya di kampusnya dulu. Iva tersadarkan kalau selama ini ia salah besar dalam mendidik anak-anaknya. Ia merasa kalau anak harus sudah bisa melakukan banyak hal dengan usia mereka saat ini.
Selain anak sering berontak, ternyata si anak juga tidak bisa memuaskan ekspektasi si Iva. Pada akhirnya si anak, terutama yang anak yang paling besar sering dihukum oleh Iva.
Iva merasa sangat bersalah dan bertekad untuk mengubah caranya mendidik anak-anaknya. Ia sampai meminta waktu kepada suaminya untuk tidak buru-buru dapat momongan.
...
Memahami kondisi istrinya, suami Iva mendapat pencerahan dari teman kantornya. Ia pun diberikan buku Unconditional Parenting: Moving From Reward and Punishment to Love and Reason karya Alfie Kohn. Si suami pun memberikan buku itu ke Iva, istrinya.
Saat Iva membaca sekilas buku yang diberikan suaminya, Iva sangat bahagia karena ia merasa masalah dan apa yang ia benar-benar inginkan ada di buku itu. Ia sangat bersyukur bisa mendapatkan buku itu.
Penasaran seperti apa proses perubahan Iva? Mari kita simak di Ring berikut ini:
Ring 1 - Seperti apa perbedaan pola asuh bersyarat dan tak bersyarat?
Seorang Psikoanalis bernama Alice Miller pernah meneliti bahwa sangat mungkin untuk mencintai seorang anak dengan penuh hasrat--namun bukan dalam cara cinta yang ia butuhkan. Jika Alice benar, pertanyaan yang relevan bukanlah apakah atau berapa banyak kita mencintai anak. Bagaimana kita mencintai mereka juga penting.
Mari lihat satu perbedaan mendasar, antara mencintai mereka atas apa yang mereka lakukan dengan mencintai karena siapa mereka.
Jenis cinta yang pertama, bersyarat, yang artinya si anak harus mendapatkan cinta dengan bertindak dalam cara yang menurut kita adalah sikap yang baik, atau meraih prestasi sesuai standar kita. Jenis cinta kedua adalah tak bersyarat; tidak bergantung pada apa yang mereka lakukan, tidak bergantung pada seberapa sukses, bagaimana mereka bersikap atau apapun.
Ide dari pola asuh tak bersyarat adalah berdasarkan penghargaan penilaian dan prediksi. Menghargai penilaian adalah, secara sederhana, anak tidak seharusnya berusaha untuk mendapatkan persetujuan dari kita. Kita perlu mencintai mereka "tanpa alasan baik apapun". Dan lebih jauh lagi, apa yang penting tidak hanya apakah kita mencintai mereka tanpa syarat, tapi apakah mereka merasa dicintai tanpa syarat.
Ring 2 - Mengapa kita perlu mengadopsi pola asuh tak bersyarat?
Sementara itu, prediksi adalah mencintai anak tanpa syarat akan memberikan efek positif. Bukan hanya merupakan hal yang tepat dan benar untuk dilakukan, namun juga merupakan hal yang cerdas. Anak perlu dicintai apa adanya. Ketika itu terjadi, mereka bisa menerima diri mereka sebagai orang yang pada dasarnya baik hati, bahkan ketika mereka melakukan kesalahan dan gagal. Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar ini, mereka juga lebih bebas menerima orang lain. Cinta tak bersyarat, secara singkatnya, adalah hal yang dibutuhkan anak untuk bertumbuh.
Pola asuh tanpa syarat bukanlah istilah berlebihan untuk membiarkan anak melakukan apapun yang mereka inginkan. Sangat penting (begitu masa sulit telah lewat) untuk mengajarkan, untuk merenung bersama--yang mana merupakan apa yang kita lakukan dengan anak kita setelah kita membacakan sebuah cerita sebagai contoh. Apapun pelajaran yang kita harapkan terjadi hanya akan dipelajari jika ia mengetahui cinta kita padanya disorot bukan dari bagaimana ia bertindak.
Ring 3 - Seperti apa sih mindset pola asuh tak bersyarat?
Pola asuh tak bersyarat berasumsi bahwa perilaku hanyalah ekspresi dari apa yang dirasakan dan dipikirkan, kebutuhan dan niat. Singkatnya, anak yang berlakulah yang penting, bukan perilakunya
Anak bukanlah peliharaan yang harus dilatih, juga bukan komputer, program yang merespon sesuai dengan input yang diberikan. Ia bertindak seperti ini dan bukan seperti itu karena banyak alasan lain, beberapa alasannya sulit untuk diuraikan. Namun kita tidak bisa mengabaikan alasannya begitu saja dan hanya memberikan respon pada efeknya (yaitu perilaku yang tampak).
Faktanya adalah anak (dan dewasa) terkadang melakukan hal buruk. Anak perlu dibimbing dan dibantu, ya, namun mereka bukan monster kecil yang harus dijinakkan atau harus didisiplinkan. Mereka memiliki kapasitas untuk menjadi penuh kasih sayang atau agresif, ikhlas atau egois, bekerjasama atau kompetitif. Sangat bergantung pada bagaimana ia dibesarkan--termasuk di antara semua itu, apakah mereka merasa dicintai tanpa syarat.
Dan ketika mereka marah atau menolak untuk mandi seperti yang mereka setujui sebelumnya, adalah hal yang bisa dipahami untuk anak seusianya--yang mana, merupakan ketidakmampuan mereka untuk memahami sumber dari ketidaknyamanan mereka, untuk mengekspresikan perasaan mereka dalam cara yang lebih tepat, untuk mengingat dan memegang janji mereka. Dalam cara yang penting, pilihan antara pola asuh bersyarat dan tidak bersyarat adalah pilihan antara pandangan berbeda yang radikal dari sifat alami manusia.
Ring 4 - Lalu pola asuh bersyarat, seperti apa mindsetnya?
Pola asuh bersyarat mencerminkan sebuah kecenderungan untuk melihat hampir setiap interaksi manusia, bahkan di antara anggota keluarga, sebagai sebuah transaksi ekonomi. Hukum dari pasar, permintaan dan penawaran, gayung bersambut, mengasumsikan status universal dan prinsip absolut, seolah segala hal dalam kehidupan kita, termasuk yang kita lakukan dengan anak kita, adalah serupa dengan membeli mobil atau menyewakan apartemen.
Ketika anak kita dewasa, dimana akan banyak kesempatan bagi mereka untuk berperan sebagai aktor ekonomi, sebagai konsumen dan pekerja, dimana kepentingan diri berperan penting dan aturan dari setiap pertukaran bisa dihitung dengan tepat. Tapi pola asuh tak bersyarat teguh bahwa keluarga harusnya sebagai tempat berlindung, sebuah tempat yang terlindungi dari transaksi semacam ini. Secara khusus, cinta dari orangtua tidak harus dibayar dalam bentuk apapun. Ini merupakan cinta murni dan sebuah hadiah. Merupakan hak semua anak.
Tampaknya rasa cinta dengan persyaratan berhasil menelurkan perilaku yang diinginkan. Anak-anak menerima persetujuan dari orangtua mereka hanya ketika mereka menunjukkan perilaku tertentu. Namun risiko dari strategi ini memang substansial. Sebagai awalnya, para anak yang berpikiran bahwa orangtuanya mencintai mereka dengan persyaratan akan merasa tertolak dan, sebagai akibatnya, mereka akan mengabaikan dan membenci orangtuanya.
Ring 5 - Hal apa saja yang semua orangtua perlu perhatikan dalam mendidik anak?
Perubahan yang dilakukan pada metodenya harus juga disertai dengan perubahan pada tujuannya. Khususnya, pertanyaan utama kita tidaklah lagi berupa “bagaimana saya membuat anak saya mematuhi apa yang saya katakan?” tetapi “apa yang anak saya butuhkan—dan bagaimana saya dapat memberikannya?”
Untuk fokus pada kebutuhan anak, dan untuk bisa bekerja bersama mereka agar mereka dapat menemukan kebutuhan mereka tersebut, kita perlu menunjukkan komitmen untuk menganggap mereka secara serius. Hal ini berarti memperlakukan mereka sebagai seseorang yang memiliki perasaan, keinginan, dan pertanyaan yang penting.
Pilihan atau keinginan seorang anak tidak bisa selalu diberikan tetapi bisa untuk selalu dipertimbangkan. Selain itu, anak butuh untuk tidak diabaikan atau ditolak mentah-mentah. Penting kiranya untuk menganggap seorang anak sebagai seseorang yang memiliki sudut pandang yang unik, dengan perhatian dan ketakutan yang cukup nyata (biasanya berbeda dari apa yang kita rasakan), dan dengan perbedaan.
Ring 6 - Seperti apa prinsip pola asuh tak bersyarat itu?
Saya ingin menunjukkan selusin prinsip Baker. Tiap prinsip ini memiliki makna yang mungkin akan lebih mengejutkan dan menantang daripada deskripsinya.
1. Reflektif
Orangtua terbaik adalah yang introspektif dan bersedia untuk bersusah payah. Namun tidak berarti Anda harus merasa bersalah dan selalu kurang. Jujurlah pada diri mengenai apa tujuan Anda. Dan kenalilah kapanpun Anda menggunakan pola asuh yang terlalu mengendalikan, saat berinteraksi dengan anak Anda.
2. Mempertimbangkan permintaan Anda
Mungkin ketika Anak Anda tidak melakukan apa yang Anda minta, masalah sesungguhnya tidaklah terletak pada anak Anda, tetapi pada apa yang Anda minta. Sebelum mencari metode untuk membuat anak melakukan apa yang kita perintahkan pada mereka, terlebih dahulu kita harus memeriksa dan mempertimbangkan kepentingan dari permintaan kita.
3. Pertahankan fokus Anda pada tujuan-tujuan jangka panjang.
Ketika orangtua tengah mengelola tujuan mereka yang lebih luas—yaitu, ketika mereka fokus pada sesuatu yang lebih ambisius daripada hanya memikirkan bagaimana anak-anak segera mematuhi mereka—mereka akan cenderung untuk menggunakan kemampuan mengasuh dan merawat anak yang lebih baik.
4. Prioritaskan hubungan Anda.
Dalam praktek yang sesungguhnya, perilaku buruk cukup mudah untuk dikenali—dan masalah lebih mudah untuk dipecahkan—jika anak-anak merasa cukup aman saat kita menjelaskan kesalahan mereka. Dengan begitu, anak-anak akan lebih bersedia untuk menghampiri kita saat mereka menghadapi masalah, untuk mencari nasihat, dan mereka akan memilih untuk menghabiskan waktunya dengan kita ketika ada kesempatan.
5. Jangan hanya mengubah apa yang Anda lakukan saja, namun juga apa yang Anda lihat.
Pola asuh tanpa syarat tidak hanya memberikan pengaruh yang berbeda, seperti menghindari penggunaan hukuman. Namun, sudut pandangnya terhadap sesuatu hal pun juga berbeda. Pola asuh tanpa syarat akan lebih cenderung menganggap perilaku buruk tersebut serupa dengan masalah yang perlu dipecahkan, yaitu sebuah kesempatan untuk mendidik, bukan malahan membuat anak menjadi lebih menderita.
6. Hormat
Yang dimaksud dengan menganggap serius anak-anak adalah memperlakukan mereka dengan hormat. Menurut penilaian saya, semua orang patut untuk mendapatkan rasa hormat. Hipotesis saya adalah: anak-anak akan lebih bersedia untuk menghormati orang lain (termasuk Anda) jika mereka merasa dihormati.
Thomas Gordon mengatakan hal yang serupa: anak-anak terkadang mengetahui lebih baik saat mereka merasa lapar atau mengantuk, daripada orangtua mereka; mereka juga mengetahui lebih baik kualitas dari teman-teman mereka, kualitas aspirasi mereka dan tujuan-tujuan mereka, dan bagaimana berbagai guru di sekolah memperlakukan mereka; mengetahui lebih baik kebutuhan tubuh mereka, siapa yang mereka cintai dan siapa yang tidak, apa yang mereka nilai penting dan apa yang tidak.
7. Otentik
Manusia memiliki kebutuhannya masing-masing, hal yang mereka senang untuk lakukan, hal yang mereka benci. Anak-anak harus memahami hal itu. Manusia terkadang menjadi terganggu atau lelah atau galau. Mereka tidak selalu mengetahui apa yang mereka harus lakukan. Kita seharusnya tidak berpura-pura untuk menjadi lebih kompeten dari diri kita yang sebenarnya. Dan ketika kita melakukan kesalahan, kita pun harus mengakuinya.
8. Sedikit berbicara, lebih banyak meminta
Mendikte anak-anak (bahkan dalam cara yang terlembut sekalipun) sangat tidak produktif jika dibandingkan dengan mendapatkan ide, penolakan dan perasaan dari mereka. Jika berbicara dengan anak kita mengenai kesalahan yang mereka lakukan tidak menuai hasil yang kita inginkan, ini tidak berarti kita membutuhkan metode disiplin yang lebih kuat. Ini bisa karena kita terlalu banyak berbicara. Mungkin kita terlalu sibuk untuk membuat mereka memahami pesan kita, sehingga kita sempat mendengarkan mereka. Untuk bisa menjadi orangtua yang baik, lebih diperlukan fungsi mendengarkan bukannya menjelaskan.
9. Ingat selalu usia mereka
Segala nasihat yang Anda dapatkan mengenai pola asuh, harus diaplikasikan sesuai dengan usia anak; strategi-strategi yang kita gunakan pada anak harus berubah sesuai dengan pertumbuhan mereka
10. Sikapi perilaku anak berdasarkan faktanya.
Ini berasal dari dua buah fakta. Pertama: kita biasanya tidak mengetahui dengan pasti kenapa anak bertingkah seperti yang mereka lakukan. Kedua: keyakinan kita akan alasan tersebut dapat membentuk prasangka pembenaran diri.
11. Jangan mempertahankan penolakan Anda jika tidak diperlukan
Hal yang paling penting adalah alasan dari keputusan kita, dan seberapa bersedianya diri kita dalam memberikan bimbingan, untuk mendukung pilihan dan keputusan anak-anak, dan untuk berada disisinya—yang mana semua itu mengandung tantangan yang jauh lebih berat daripada hanya mengatakan ya atau tidak.
12. Jangan terlalu kaku
Sebuah kebodohan yang konsisten merupakan tanda dari pola asuh yang tidak efektif (seperti yang dikatakan Ralph Waldo Emerson). Meniadakan aturan pada saat-saat tertentu; melupakan adanya waktu tidur sesekali; menangguhkan larangan untuk makan di ruang keluarga dalam beberapa keadaan tertentu. Jelaskan pada anak Anda bahwa apa yang Anda lakukan adalah sebuah pengecualian. Sesuatu yang mereka tidak bisa harapkan terjadi setiap waktu, namun jangan biarkan rasa takut memberikan teladan mencegah Anda untuk menjadi fleksibel dan spontan.
Ring 7 - Bagaimana melakukan cinta tanpa syarat?
Setelah sampai sejauh ini, Anda mungkin akan bertanya, “Lalu bagaimana caranya saya mengadopsi pola asuh tak bersyarat ini?” Ini lah beberapa tindakan yang bisa Anda terapkan agar bisa mendidik anak Anda lebih baik lagi:
1. Pendekatan tanpa syarat
Langkah pertama adalah memahami dan fokus sepenuhnya pada seluruh isu mengenai pola asuh tanpa syarat. Semakin kita berpikir sesuai pada jalurnya, merefleksikan apakah hal yang kita lakukan dan kita katakan pada anak-anak kita dapat kita artikan sebagai ikatan yang bersyarat (dan jika iya, kenapa), maka akan semakin mudah kita mengubah apa yang kita lakukan.
Langkah kedua, kita harus menanyakan pada diri sendiri sebuah pertanyaan yang sangat penting: “Apakah komentar yang dibuat anak saya itu berasal dari apa yang pernah saya katakan?” atau “Apakah perbuatan yang saya baru lakukan pada anak saya pernah saya terima juga, akankah saya merasa dicintai dengan apa adanya? “
2. Mengetahui apa yang perlu dikurangi
- Batasi jumlah kritikan Anda
- Batasi lingkup kritikan Anda
- Batasi intensitas tiap kritik Anda
- Cari alternatif pengganti kritik.
3. Melampaui Ancaman
Hukuman dan balasan tidak akan pernah dapat menasihati dan tidak pernah diperlukan. Sebelum membenarkan hal ini, banyak orang yang lebih dahulu menanyakan apa alternatif selain hukuman dan balasan? Ini salah satunya.
Hukuman akan dipertimbangkan sebagai hilangnya rasa cinta. Mengabaikan anak saat mereka melakukan sesuatu yang tidak sopan, mendiamkan mereka, sama dengan mengabaikan emosi mereka. Ini sama saja dengan kita menghapuskan keberadaan mereka selama mereka tidak membuat kita senang. Hal ini memberikan asumsi bahwa perhatian kita hanya sebuah penguat dan ketiadaannya akan membuat anak berhenti melakukan apa yang mereka lakukan. Pada kenyataannya, hal ini hanya berdampak pada jangka pendek saja.
4. Melampaui Sogokan
Versi lain dari pola asuh yang bersyarat adalah memberikan apa yang diinginkan oleh anak (atau yang menyenangkannya) hanya ketika mereka mematuhi atau menyenangkan kita. Alternatifnya adalah memberikan mereka benda-benda tanpa ada alasan sama sekali, hanya karena Anda mencintai mereka.
Alfie Kohn adalah penulis dari sembilan buku, antara lain Punished by Reward dan The School our Children Deserves, yang telah membantu membentuk pemikiran dari para orangtua dan para pendidik di dalam dan di luar negeri. Dia banyak memberi kuliah dan tinggal bersama keluarganya di wilayah Boston.
Begitulah Iva menemukan solusi untuk ia menjadi orangtua yang lebih baik untuk anak-anaknya. Berikut beberapa hal penting yang ia catat dan terapkan dalam hidupnya;
- Ada 2 jenis pola asuh, pola asuh bersyarat yang mana orangtua menetapkan syarat agar anak merasa disayang dan pola asuh tak bersyarat yang memfokuskan diri untuk menerima anak apa adanya.
- Kita perlu mengadopsi pola asuh tak bersyarat karena memberikan anak rasa aman dan disayang oleh orangtuanya. Yang mana ini sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan di anak.
- Berikut beberapa prinsip pola asuh tak bersyarat: reflektif, mempertimbangkan permintaan orangtua, fokus pada tujuan-tujuan jangka panjang, memprioritaskan hubungan dengan anak, tidak hanya mengubah apa yang orangtua lakukan, namun juga apa yang orangtua lihat, Menghormati anak, otentik, sedikit berbicara, lebih banyak meminta, Mengingat usia anak saat ini, menyikapi perilaku anak berdasarkan faktanya, tidak mempertahankan penolakan orangtua jika tidak diperlukan dan tidak terlalu kaku
- Ada 3 hal yang bisa dilakukan untuk membentuk pola asuh tak bersyarat: pendekatan tanpa syarat, mengetahui apa yang perlu dikurangi, melampaui ancaman dan melampaui sogokan.
Terima kasih telah mengikuti perjalanan Iva, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari DeRing ini. Sampai jumpa di BaRing berikutnya.
Jika ada masukan dan ide untuk Baring.digital, silahkan email ke Ingat@baring.digital.
Sukses selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya