
The Wayward Mind : An Intimate History Of The Unconscious
Guy Claxton
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Siapa sih, yang hari ini belum pernah dengar tentang pikiran bawah sadar? Salah satu yang paling sering mengungkapkan jargon ini adalah para motivator. Inilah juga yang dialami oleh Rinto.
Rinto yang sering mengikuti berbagai macam pelatihan motivasi, semakin sering mendengar ungkapan ini. Namun, semakin banyak kata-kata itu didengarnya, semakin ia merasa asing.
Semakin kemari, ia semakin berpikir, sebenarnya apa sih bawah sadar itu? Bagaimana struktur dan mekanisme fisiologisnya? Apa yang terjadi di dalam pikirannya hingga bisa memisah pikiran sadar dengan bawah sadar? Dan, bagaimana pikiran bawah sadar ini bisa ditemukan? Apakah bawah sadar ini benar-benar nyata adanya atau ini hanya sebuah pseudosains (ilmu pengetahuan semu)?
Belakangan, jika ada yang mengungkapkan tentang pikiran bawah sadar, baik itu rekan, mentor maupun motivator di pelatihan yang diikutinya, ia segera mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang semakin menghantui pikirannya tersebut.
Namun, sebagian besar dari mereka tidak memiliki jawaban yang memiliki landasan yang bisa memuaskan Rinto.
Hingga suatu saat, setelah selesai mengikuti sebuah pelatihan, ia menghampiri mentor yang menjadi pembicara di sana untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaannya. Mentor tersebut menjawabnya dengan menyarankan Rinto untuk membaca sebuah buku tentang sejarah pikiran bawah sadar.
Rinto terkejut. Ia baru tahu ada buku yang seperti itu. Begitu pulang dari acara tersebut, langsung saja Rinto mengunjungi toko buku dan mencari buku yang disarankan tersebut. Ia pun sangat senang begitu melihat buku berjudul Wayward Mind: An Intimate Story Of Unconscious karya Guy Claxton di rak buku yang ada di hadapannya.
Ia pun membelinya dan segera membacanya sesampainya di rumah.
So, apakah buku ini benar-benar bisa memuaskan rasa penasaran Rinto? Mari simak perjalanan Rinto dalam mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya di Baring kali ini.
Ring 1 - Apa Gunanya Pikiran Bawah Sadar?
Ada banyak aspek pengalaman manusia yang sepertinya tidak masuk dalam “akal sehat”. Mimpi, perubahan mood, kreativitas, “kendali otomatis” hanya beberapa contoh. Semuanya mengungkap kekurangan pengetahuan kita tentang pikiran kita, dan kendali terhadapnya yang kurang dari yang kita inginkan, dari yang kita anggap sesuai.
Karena tidak ada penanganan yang jelas, maka kita menyimpulkannya. Ada dorongan untuk membuat hal-hal tersebut masuk akal – akrab, terungkap kata-kata, termasuk juga yang memiliki aroma liar.
Jika Anda yakin bahwa “intelektual itu sudah tetap”, maka tidak ada gunanya mencoba lebih pintar, tapi jika Anda yakin bahwa otot mental Anda bisa dilatih kekuatannya, maka berusaha keras memecahkan masalah punya manfaat melatih pikiran seperti halnya dua puluh menit berlari di treadmill.
Daniel Dennet mengumpamakan dengan cukup bagus mengenai kendali pengalaman kita. “Taktik fundamental kita akan perlindungan diri, kendali diri, dan definisi diri bukanlah dengan memintal jaring, atau membangun dam, tapi dengan bercerita".
Meski beberapa dari ceritanya adalah mengenai penyebab kelelahan mental, atau kegagalan panen, cerita lainnya yang paling penting berhubungan dengan psikologi dan fisiologi – kenapa dan bagaimana kita berpikir dan merasa dan bertindak dan melihat seperti yang sudah terjadi.
Permasalahannya adalah bahwa cerita tidak hanya menghasilkan hipotesa untuk tindakan: tapi juga menjadi tempat dan jaminannya sendiri. Dan kebutuhan untuk bertahan pada mitos yang menyamankan bisa jadi lebih penting daripada menguji keakuratan cerita.
Narasi budaya kita membenarkan kebingungan ini, mereka memberi makna dan nilai terhadap kemalangan, mereka menawarkan pola dan rancangan dimana kita melihat sebagai kebetulan dan kesialan.
Jadi keyakinan kita mengenai “kerasukan” atau “telepati” atau “makna mimpi” bisa dengan sendirinya terbukti dan terlindungi. Dan sumber daya pikiran harus didedikasikan untuk memastikan bahwa apapun yang terjadi, kita tidak mungkin salah.
Psikologi budaya masyarakat seperti sebutannya memasukkan gambaran bawah sadar, dan bayangan macam itu akan sangat mempengaruhi bagaimana kehidupan itu dijalani.
Pada awal abad dua puluh satu, kita memiliki bayangan yang akurat dan koheren mengenai pondasi tak terlihat dari pikiran, atau sebuah kumpulan potongan kuno yang membuat kita nyaman tapi tak bernilai itulah.
Ada dua jenis cerita yang orang pelajari untuk dijalankan: cerita implisit, yang kita sebut “masuk akal”. Dan eksplisit, yang kita sebut ‘penjelasan’. Implisit – atau bawah sadar – menentukan kebiasaan dan nilai harian.
Cerita itu seringkali tidak tersampaikan dengan kata-kata tapi mendasari penilaian intuitif sosial mengenai apa itu ‘normal’, ‘jelas’, ‘intelek’, ‘pantas’, ‘baik’, atau ‘benar’, dan sebaliknya apa yang dianggap sebagai ‘bodoh’, ‘nakal’, ‘jelek’, atau ‘jahat’.
Ring 2 - Darimana Asal Usul Munculnya Bawah Sadar?
Dua ribu tahun sebelum masehi, dengan piramid Cheop dan Sphinx agung sudah mendekati usia seribu tahun, Mesir kuno di tengah kerajaan lembah Nil telah memiliki beberapa aspek bawah sadar yang terkelola dengan baik.
Dengan menggunakan gambaran seperti pengemudi kapal nasional, mereka menciptakan dunia mistis yang memperhatikan kosmologi moral, dan psikologi yang menjelaskan secara rumit penyebab kematian dan mimpi.
Dari awal yang menjanjikan dan penuh gambar inilah sejarah empat ribu tahun bawah sadar itu dimulai. Perjalanannya sendiri belum banyak peristiwa, dan seperti halnya dewa Matahari, perjalanannya melewati siklus timbul tenggelam, pengabaian dan kejayaan.
Tentu saja, Kita hanya tahu bawah sadar dari metafora dan teori. Kita tidak bisa menempelnya di dinding atau mengambil gambar. Dan gambaran simbolis ini harus diambil dari dunia yang sekarang ini. Dunia modern penuh dengan konsep dan artifak dimana kita bisa mengambil inspirasi metafora – pompa air dan komputer digital memberi kita gambaran cara kerja hati dan pikiran.
Secara kasar kita bisa membagi sumber analogi itu menjadi dua: alam dengan pemandangan, cuaca dan binatang, dan manusia dengan kekuatan, kebijakan, kepercayaan, dan pengaruh. Seperti yang kita lihat, keduanya sudah lama dijalankan sampai saat ini. Bawah sadar masih sebagian dianggap sebagai “tempat”, sebagian dianggap sebagai kumpulan kekuatan impersonal, dan sebagai kumpulan sub-personal.
Pada jaman Pleistocene, intelektual manusia memulai proses peningkatan secara dramatis. Dan alasan utamanya, menurut psikolog Inggris Nicholas Humphrey adalah kebutuhan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh teman dan orang-orang yang Anda kenal.
Jika Anda bisa menyaring pengalaman individu Anda menjadi mode internal kebiasaan dan watak mereka, Anda bisa menempatkan diri Anda pada posisi mereka, menyimpulkan tujuan mereka, mengantisipasi apa yang akan mereka lakukan selanjutnya, dan mengimbangi mereka.
Ketika Anda mendengarkan suara terdalam saat tidak ada orang lain, Anda tidak bisa melihat bibir orang lain bergerak. Jadi suara itu pasti ada di sana, tapi Anda tidak bisa melihatnya. Dengan mentalitas seperti itu, maka cukup masuk akal untuk menyumbat ruang kosong penjelasan, dengan dewa atau jiwa, yang nyata tapi tak terlihat.
Jika Anda memiliki lebih dari satu suara di kepala Anda – atau jika orang-orang sekitar Anda mendengar suara yang berbeda – pantheon Anda akan melebar, dan perasaan Anda hidup di dunia supernatural yang padat akan menguat dan stabil.
Kisah mengenai keberadaan dewa harus didukung oleh beberapa pemahaman mengenai bagaimana mereka berkomunikasi dengan ‘makhluk fana’. Ada beberapa kemungkinan.
Pertama, yang sudah dieksplorasi, adalah mereka langsung berbicara kepada ‘saya’ (manusia), dan mengatakan apa yang harus saya lakukan, atau mencegah saya berbuat sesuatu yang nantinya menjadi bencana. Mereka bisa melakukannya secara langsung, dalam tak sadar, dalam mimpi, atau secara tidak langsung, melalui medium atau semacam perantara.
Kemungkinan kedua adalah bahwa mereka mungkin mengaduk-aduk pikiran atau emosi saya secara langsung tapi terpisah. Seperti seseorang yang menyetel radio tanpa memberitahu saya apa tujuannya, sehingga saya merasa bodoh, terinspirasi, atau melankolis, tanpa paham ‘kenapa’ atau ‘bagaimana bisa’.
Ring 3 - Seperti Apa Gambaran Keadaan Mental Bawah Sadar Kita?
Ada dua gambaran psikologis, yang perlu diperhatikan karena merupakan satu-satunya yang menyimpulkan keberadaan aktivitas dan struktur mental bawah sadar dari observasi langsung, dan berusaha untuk menggambarkan secara eksplisit apa yang mungkin terjadi pada tatanan mental.
Yang pertama adalah cermin Plotinus, filsuf Neoplatonis abad ketiga. Plotinus adalah penyimpangan psikologis, dan observasinya membuat dia yakin bahwa proses bawah sadar muncul setiap waktu. Perasaan bisa muncul tanpa kita menyadarinya, dia berkata; ketiadaan persepsi sadar bukanlah bukti ketiadaan dari aktivitas mental.
Untuk menjelaskan apa yang menurutnya merupakan fakta yang sudah jelas, yaitu bahwa rasa sadar kita akan proses pikiran hanya terjadi saat kita memperhatikannya. Kita membayangkan bahwa ada ada sudut equivalen cermin dalam jiwa yang menentukan apakah aktivitas jiwa itu terefleksi dalam kesadaran atau tidak.
Gambaran kedua adalah ingatan sebagai sebuah penyimpanan pengetahuan yang kadang-kadang sulit dicari: ruang bawah tanah gelap dari pikiran, atau buku hati, yang tulisannya tidak selalu mudah untuk dipahami.
Gambaran ruang bawah tanah itu ada berkat Agustine, yang seperti Plotinus, memikirkan manusia secara psikologis dan juga fisik. Dia sadar bahwa “karya spiritual” ini membutuhkan kejujuran dengan diri sendiri – tapi dia juga tahu bahwa itu tidaklah mudah, pikirannya sendiri seringkali hilang dan muncul, dan membuka ingatan dan pikiran yang menyakitkan.
Orang-orang yang hidup di abad pertengahan memiliki gambaran yang cukup kuat mengenai dunia dalam diri mereka. Gambaran ini dalam beberapa cara menekankan fakta bahwa kita adalah misteri bagi diri sendiri. Dan pengetahuan mengenai diri kita sendiri hanya bisa didapatkan dengan kerja keras dan kemurahan hati Tuhan.
Tapi kesemuanya benar-benar terdapat dalam kerangka moral dan emosional dari ketakutan dan harapan: ketakutan bahwa dosa Anda akan terungkap, dan terlalu berat untuk membuat Anda bisa diterima di sorga.
Orang mulai sadar bahwa mereka bisa berpikir untuk diri sendiri, tapi tentu saja kebangkitan kebebasan berpikir tidak muncul tanpa pertentangan.
Ring 4 - Siapa Saja Yang Berkontribusi Dalam Mengobservasi Metafora Pikiran?
Eksplorasi dari apa yang sekarang dikenal sebagai bawah sadar kognitif sudah berjalan baik di abad dua belas, dan sudah berjalan selama dua ribu tahun. Orang dengan kecenderungan untuk mengobservasi dan bertanya-tanya mengenai tindakan, dorongan, pemikiran dan persepsi selalu menemukan banyak hal yang membingungkan mereka.
Kurang lebih, metafora umum untuk pikiran dikembangkan oleh penyelidik yang melakukan pendekatan terhadap bawah sadar dengan cara yang lebih bijak dan penuh rasa ingin tahu daripada kaum romantik atau psikiatris.
Kaum romantik tidak tertarik akan rincian proses – mereka menolak cara-cara mekanis atas pendekatan terhadap sesuatu selembut dan sejelas versi mereka terhadap bawah sadar. Bagi mereka, analisa gamblang seperti itu sama dengan memotong-motong bunga hanya untuk melihat bagian-bagiannya – sebuah kekerasan yang dilakukan tanpa sadar. Lagi pula minat utama mereka adalah kekayaan dan esensi dari pengalaman itu sendiri.
Di sisi lain, sang ahli klinis, sebagian besar tertarik akan kemungkinan dari perilaku/ tindakan, dan teori mereka terhadap bawah sadar lebih didorong atas hal-hal pragmatis.
Ahli anatomi, penulis essai dan puisi kebangsaan Amerika Oliver Wendell Holmes menyinggung satu untaian dalam sejarah bawah sadar yang belum kita perhatikan dengan jelas, meski kehadirannya sudah dirasakan, yaitu kreativitas. Sepanjang sejarah, fakta bahwa pemikiran bijak, dan metafora bermanfaat bisa muncul tak terdeteksi dalam pikiran manusia.
Ring 5 - Apakah Sistem Otak Sama Dengan Komputer?
Kode dasar dari otak adalah seperti bahasa, dan otak “mengajari” dengan menggabungkan pernyataan jelas dengan cara logis. Tapi merupakan asumsi yang salah total bahwa pikiran (bisa dianggap otak), terstruktur seperti mesin digital.
Ada permasalahan dengan metafora komputer. Pertama adalah bahwa metafora itu berdasarkan pada model kartesius dari pemikiran manusia, dan karenanya dari awal sudah tidak lengkap, untuk menawarkan dasar dari fenomenal non-rasional. Jadi, sejak lama, pengalaman tersebut diabaikan.
Dan permasalahan kedua, secara kasar, tidak ada seorang pun yang menemukan sebuah CPU dalam cortex prefrontal. Bahkan bagian otak yang khusus untuk bahasa ternyata awalnya dirancang untuk mengontrol bentuk non-verbal dari tindakan dan persepsi.
Dengan kekuatan rumit dari rangsangan dan kekangan, otak bisa menyerupai komputer. Caranya adalah sebagai berikut:
- Dengan menahan pengaruh on-line dari tujuan dan perhatiannya, otak bisa berpikir dengan cara yang lebih terpisah dari tujuan langsungnya.
- Dengan menghalangi “penyebaran” tambahan dari aktivitas sekitar epicenter konseptual, otak bisa mengoperasikan dasar dari prototipe, yang berfungsi membuat semua aneka rincian yang membungkus tulang konseptual, dan mengembalikannya ke contoh nyata. Saya bisa memutar argumen mengenai “otak” dan saya sedang melakukannya sekarang tanpa khawatir realitanya akan kacau.
- Dengan mengaktifkan model-otak saya mengenai “Anda”, dan meredam otak saya untuk sementara, saya bisa mengubah settingan awal syaraf mengenai sudut pandang dan prioritas, sehingga pelatihan saya mengenai pikiran berjalan pada arah yang berbeda. Saya bisa meletakkan diri saya pada posisi Anda, dan melihat sisi argumen yang lain.
- Dan juga dengan mengaktifkan pembatasan dengan bijak, saya bisa menghalangi sejumlah konsep dan kecenderungan kebiasaan yang selalu aktif, sehingga mengikuti struktur pemikiran yang lebih ketat dengan cara linear.
Guy Claxton adalah penulis, konsultan, dosen, dan akademisi yang sudah dikenal secara internasional yang mengkhususkan dalam kreativitas, pendidikan, dan pikiran. Beliau memiliki gelar yang pertama dalam Ilmu Alam dari Cambridge, sebuah gelar Doktor Psikologi dari Oxford dan saat ini menduduki jabatan Profesor Tamu di Learning Science di Universitas Bristol sejak 1993.
Setelah selesai membaca buku ini Rinto senang sekali. Bagaimana tidak, kini ia merasa bisa tidur lebih nyenyak karena pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya terjawab sudah. Beberapa poin yang dipelajarinya dicatatnya agar tidak lupa, antara lain:
- “Taktik fundamental kita akan perlindungan diri, kendali diri, dan definisi diri bukanlah dengan memintal jaring, atau membangun dam, tapi dengan bercerita".
- Jika Anda bisa menyaring pengalaman individu Anda menjadi mode internal kebiasaan dan watak mereka, Anda bisa menempatkan diri Anda pada posisi mereka, menyimpulkan tujuan mereka, mengantisipasi apa yang akan mereka lakukan selanjutnya, dan mengimbangi mereka.
- Orang-orang yang hidup di abad pertengahan memiliki gambaran yang cukup kuat mengenai dunia dalam diri mereka
- metafora umum untuk pikiran dikembangkan oleh penyelidik
- merupakan asumsi yang salah total bahwa pikiran (bisa dianggap otak), terstruktur seperti mesin digital.
Terima kasih telah mengikuti Baring kali ini, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari Baring ini.
Sampai bertemu di Baring selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital.
Rekomendasi Baring Lainnya
