
THE LEARNING HABIT (a Groundbreaking Approach to Homework and Parenting that Helps Our Children Succeed in High School and Life)
Stephanie Donaldson-Pressman – Rebecca Jackson – Dr. Robert M. Pressman
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
ring 6
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya, begitu juga dengan Nancy, Ia sangat ingin melihat anaknya sukses di sekolah dan kehidupan.
Tantangan yang ia alami saat ini, buah hatinya mempunyai banyak tugas yang membuat ia kewalahan membantu anaknya, dikarenakan apa yang ia pelajari dulu dengan saat sekarang banyak mengalami perubahan.
Ia berpikir apa yang bisa ia lakukan untuk memberi bekal yang tepat kepada sang anak, agar buah hatinya bisa sukses di sekolah dan kehidupan.
sejenak ia melihat sosial media dan mendapatkan postingan tentang learning habit.
Nancy tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam, Ia langsung memesan buku itu…..
Akankah buku Learning Habit menjawab kebutuhan Nancy?
Yuk…. kita ikuti perjalanannya di Baring ini
Ring 1 - Bagaimana dunia pendidikan saat ini?
Selama beberapa tahun belakangan ini, kita semua telah menyaksikan perubahan dramatis dalam dunia pendidikan. Pekerjaan Rumah, merupakan hal yang dulu dipertimbangkan sebagai sebuah tugas tambahan dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Namun, kini pekerjaan rumah telah menjadi salah satu pusat dari proses pendidikan—dan sebagai sebuah komponen penting dalam penilaian seorang siswa.
Penggabungan antara teknologi dan pekerjaan rumah—salah satunya dalam bentuk mengerjakan pekerjaan rumah dengan menggunakan internet—semakin merumitkan prosesnya. Pada hari ini, sudah sulit untuk membedakan teknologi sebagai media edukasi atau media rekreasi.
Dalam sekolah, semakin banyak hal-hal yang dianggap ‘tidak esensial’ dan tidak begitu penting bagi kurikulum sekolah yang dibuang begitu saja. Kegiatan-kegiatan yang paling bisa mengembangkan dan melampiaskan hasrat kita dalam atletik dan kesenian disingkirkan begitu saja.
Teknologi telah menjadi pengaruh terkini dalam hidup kita. Anak-anak kita telah mendapatkan kenikmatan komunikasi instan dan akses informasi yang sangat mudah. Pekerjaan rumah dan tugas-tugas yang dikerjakan secara digital sekarang ini telah menjadi suatu hal yang sangat normal; namun, masih banyak orangtua yang belum melakukan peran sebagai pembimbing dan penolong para anaknya sehingga keuntungan dari teknologi yang mereka gunakan belum sepenuhnya bisa diambil. Baik Anda sukai atau Anda benci, pekerjaan rumah dan tugas yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi telah menjadi sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.
Fokus pada nilai ujian juga telah berdasarkan pencapaian dan hasil. Akibatnya, kita menghasilkan generasi muda yang takut akan membuat kesalahan, takut mencoba hal-hal baru, dan bahkan takut untuk bertanya di dalam kelas—karena mereka mungkin malah akan dianggap bodoh jika ketahuan berbuat salah. Jika Anda tidak menghasilkan atau mencapai apapun, maka Anda tidak akan bisa menjadi yang terbaik, karena itu, lebih baik jika kita tidak mencoba—karena, jika kita mencoba, kita memiliki peluang cukup besar untuk gagal.
Ring 2 - Apa Peran orangtua dalam pendidikan Anak?
(Apabila Anda mengetahui yang lebih baik, maka Anda akan melakukan yang lebih baik – Maya Angelou)
Pada kenyataannya, dunia di mana anak-anak kita dididik dan bersosialisasi, dan yang pada akhirnya akan mempekerjakan mereka adalah dunia yang sangat jauh berbeda dari dunia kita. Kita perlu memahami dan menghargai perbedaan tersebut, sehingga kita dapat mengadaptasi cara belajarnya dan menyesuaikan dengan cara belajar yang kita telah ketahui.
Kita perlu mempersiapkan anak kita untuk memperoleh kesuksesan akademis dan finansial mereka dengan menanamkan dalam rumah kita serangkaian kebiasaan yang dapat mereka kuasai dan mereka bawa sepanjang hidup. Agar dapat mencapai semua ini, kita harus mengubah anggapan mereka terhadap kata pekerjaan rumah.
Anak-anak kita hidup dalam dunia dengan kesempatan edukasi, program pengembangan diri, ekonomi dan kehidupan kerja yang terus berubah-ubah. Terdapat jurang pemisah yang terus meregang antara kehidupan seorang anak dalam rumah orangtuanya, dengan kehidupan yang diharapkannya saat dewasa.
Bagi generasi masa depan yang terkepung oleh berbagai jenis media, kesuksesan adalah hal yang jauh lebih sulit untuk digapai. Agar bisa diterima, agar bisa melunasi atau membayar, dan agar bisa lulus dari universitas adalah hal yang cukup mencerahkan dan mengecilkan hati.
Namun anak kita tidak hanya berhadapan dengan masalah seperti itu saja. Ketika kita masih remaja, orangtua kita berhadapan dengan masalah kehamilan dini di luar nikah, merokok, minum alkohol, dan obat terlarang. Pada masa ini, kita sebagai orangtua dihadapi dengan masalah yang jauh lebih memusingkan, yaitu seluruh masalah yang dihadapi orangtua kita dahulu dan ditambah dengan berbagai kegiatan kekerasan yang acak, kecanduan media, kontak sexual dunia maya, dan sedikitnya kegiatan ekstrakurikuler.
Karena itu, bukanlah suatu hal yang mencengangkan bahwa sejak 2012, bullying dan sexting memuncaki daftar masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian orangtua yang memiliki anak-anak usia sekolah. Di luar dari seluruh tantangan ini, tujuan kita tetaplah konsisten. Kita ingin anak kita agar tumbuh menjadi pribadi yang bahagia, sukses, dan percaya diri. Kita ingin mereka untuk tumbuh, masuk kuliah, dan dapat mandiri. Kita ingin mereka untuk memiliki sebuah rumah dan membangun sebuah keluarga yang bahagia.
Sayangnya, terdapat sedikit korelasi antara tujuan-tujuan kita tersebut dengan apa yang kita lakukan untuk membantu anak kita mencapai semua tujuan tersebut. Masalah yang kemudian muncul adalah para orangtua tidak diajarkan kebiasaan dan kemampuan apa yang harus difokuskan.
Terdapat beberapa pertanyaan utama yang terus menghantui para pakar pendidikan dan psikolog penelitian selama beberapa tahun belakangan ini. Kebiasaan dan perilaku belajar yang seperti apakah yang memiliki kontribusi pada kesuksesan atau kegagalan pendidikan seorang anak? Mengapa ada sebagian anak yang sukses—baik sebesar dan sebanyak apapun rintangannya—ketika sebagian lain (dengan latar belakang yang kurang lebih serupa) berhenti, menyerah dan gagal? Apakah ini disebabkan oleh keturunan, genetis, pola asuh, kebiasaan belajar, atau karena semua hal itu?
Ring 3 - Apa yang dimaksud dengan Learning Habit?
Kebiasaan belajar (the Learning Habit) adalah sebuah kombinasi dari pola asuh orangtua terhadap anak dengan pembentukan kebiasaan. Dalam setiap penelitian, kombinasi dari Pemberdayaan Pola Asuh dengan Pembentukan Kebiasaan ini terbukti merupakan cara yang paling efektif.
Learning Habits adalah cara anak-anak menguasai kemampuan-kemampuan utama yang dapat menghasilkan kesuksesan akademis, sosial, dan emosional. Jika perubahan dalam rutinitas, sistem penghargaan, dan tuntutan keluarga dibentuk dengan baik dan hati-hati, maka seorang anak akan mampu menghadapi berbagai tantangan baru yang menghadangnya. Hal ini pun juga dapat memberikan sikap tekun pada sang anak, sehingga mereka akan mendapatkan nilai yang tinggi, kepercayaan dirinya meningkat, dan kemampuan mengorganisirnya pun juga ikut terasah. Semua kemampuan ini merupakan tulang punggung dari kesuksesan hidup.
(Jika Anda menanam pemikiran, maka Anda akan menuai tindakan; jika Anda menanam tindakan, maka Anda akan menuai kebiasaan; jika Anda menanam kebiasaan, maka Anda akan menuai karakter; jika Anda menanam karakter, maka yang akan Anda dapatkan adalah takdir. – Samuel Smiles)
Ring 4 - Pola asuh seperti apa yang tepat untuk membangun Learning Habit?
Pola Asuh Pemberdayaan (Empowerment Parenting), adalah: membentuk kebiasaan melalui peraturan; Membebaskan anak melalui pilihan-pilihan; Memotivasi anak melalui penghargaan yang berdasarkan usaha dan upaya.
Baik masalahnya datang dari ranah akademik, perilaku, maupun dari ranah sosial, anak-anak yang tidak dapat mengatasinya akan merasa lemah, tidak berdaya dan terasing. Komponen yang cukup besar dari kepercayaan diri seorang anak bergantung pada apa yang terjadi di sekolah atau masalah yang berkaitan dengan sekolah, seperti pekerjaan rumah, hubungan dengan teman sebaya, dan kemampuan untuk membaca. Seperti orang dewasa yang merasa butuh untuk memegang kendali atas kehidupan pribadinya, maka begitu pula dengan anak-anak.
Empowerment Parenting sesuai dengan namanya—ini memberikan kekuasaan pada anak untuk membuat keputusan mengenai perilaku dan untuk memperoleh kendali atas arah hidupnya. Hal ini dapat membantu mereka dalam mengembangkan kebiasaan belajar yang akan bertahan sepanjang hidupnya.
Akan lebih baik bagi para orangtua untuk mensosialisasikan aturan-aturan yang baru dengan mengadakan rapat keluarga bersama anak-anaknya. Dalam rapat keluarga, dibahas berbagai keputusan yang Anda buat, dan memperkenalkan atau mengevaluasi aturan-aturan keluarga.
Dalam rapat keluarga, para orangtua seyogyanya berbicara pada anak-anaknya mengenai masalah atau situasi yang telah atau tengah terjadi. Kita sebagai orangtua pun perlu memperkenalkan peraturan yang telah dirancang agar dapat dijalankan. Dan, jangan lupa untuk mengutarakan dan menjelaskan dalam bentuk diskusi mengenai bagaimana cara menjalankan aturan-aturannya.
(Semakin jelas pilihannya, maka akan semakin mudah keputusannya dipertahankan. Konsistensi dan pengulangan adalah kunci untuk melekatkan kebiasaan.)
Biasanya, anak-anak merasa bahwa mereka seperti hanya diberikan sedikit pilihan dalam hidupnya, dan selalu ‘diperintah atau dituntut’ sepanjang hidupnya. Salah satu cara terbaik bagi orangtua dalam memberikan kebebasan pada para anaknya adalah dengan cara memberikan dan menentukan peraturan-peraturan. Dengan begitu, anak-anak akan bisa dengan bebas untuk memilih apakah mereka mau mengikuti peraturan atau tidak. Bagi banyak orangtua, ini adalah cara yang cukup sulit untuk dilakukan.
Dengan adanya aturan, maka anak-anak dapat memilih untuk tetap mempertahankan amukannya atau tidak boleh tidur di kasur. Dan dengan peraturan yang dibiasakan juga, anak-anak bisa beranjak tidur pada jam 8 malam tanpa bergelut atau bersitegang terlebih dahulu dengan orangtuanya.
Dalam penelitian kebiasaan belajar, para peneliti menemukan bahwa para orangtua yang mengancam atau mengecam anak-anaknya memiliki peraturan yang paling sedikit. Para orangtua ini menggunakan perintah saat ingin mengingatkan anaknya. Padahal, sebagian besar dari kita tidak suka diperintah dalam melakukan suatu hal. Karenanya, tidaklah mengejutkan jika kita menggunakan perintah terhadap anak kita, kita akan cenderung mendapatkan penolakan. Masalah yang muncul dengan perintah adalah satu-satunya jawaban yang benar hanyalah: iya.
Perintah—bagaimanapun lembut ekspresinya—tidaklah memiliki konsistensi, tidak dapat diprediksi, dan seringnya berubah-ubah. Para orangtua jarang ada yang menikmati saat memberikan perintah, dan begitu juga para anak yang tidak pernah merasa nikmat dan senang saat menerimanya. Perintah hanya mengarahkan kita pada perdebatan, perselisihan dan rasa kesal.
Di sisi lain, peraturan merupakan sebuah pedoman dalam bertindak dan melakukan suatu hal. Peraturan merupakan rangkaian prosedur yang dapat dan mudah diterima, yang mengarahkan kita pada kebiasaan dan pembentukan sikap. Anak-anak pada akhirnya akan dengan refleks mengikuti peraturan, dan dengan begitu kebiasaan baru terbentuk.
Jika Anda memilih untuk menggunakan Empowerment Parenting sebagai gaya pola asuh Anda, berarti Anda menginginkan anak Anda untuk mengembangkan kebiasaan yang dapat membentuk kemandirian dan kepercayaan diri.
Ring 5 - Apakah ada kebalikan dari Empowerment Parenting?
Sedangkan pola asuh konvensional yang para ahli menjulukinya dengan Enabling Parenting atau Authoritarian Parenting, adalah kebalikannya; pola asuh ini menekankan dan menghasilkan ketergantungan dan menghambat kemampuan sang anak untuk mempelajari kebiasaan yang produktif; pola asuh ini lebih fokus pada hasil yang dicapai (nilai, atau prestasi) daripada pengembangan kemampuan, tanggung jawab, dan upaya yang dikerahkan. Sayangnya, walaupun para orangtua yang mengadopsi pola asuh konvensional ini memiliki tujuan untuk membantu anaknya, namun mereka malah mempertahankan perilaku anaknya yang tidak produktif. Anak-anak ini bisa berujung menjadi tidak bertanggung jawab, tidak terorganisir, atau tidak memiliki fokus dan tujuan dalam hidupnya, karena mereka merasa orangtuanya akan selalu ada untuk mereka.
Para orangtua yang mengadopsi pola asuh konvensional ini akan memiliki banyak ketakutan; rasa takut yang tidak realistis mengenai keamanan dan keselamatan anaknya, rasa takut akan meninggalkan anaknya dalam kegagalan, atau rasa takut akan dianggap sebagai orangtua yang buruk.
Empowerment Parenting memberikan anak-anak kesempatan untuk belajar dengan: memberikan mereka pengalaman akan konsekuensi dari tindakan mereka; memberikan anak-anak pilihan dalam lingkup yang masih bisa dipertanggungjawabkan; dan memotivasi anak untuk menerima tanggung jawab atas hal-hal yang bisa mereka kendalikan—karena para orangtua akan menolak untuk bertanggung jawab atas apa yang anak-anak bisa emban; membantu mereka untuk berpikir mengenai pilihan yang tersedia dan konsekuensi yang akan mereka dapatkan dari keputusan mereka (efek sebab akibat); membentuk kebiasaan yang akan memberikan mereka kemampuan untuk mencapai tujuan mereka.
Biasanya kita mencoba berbagai strategi berbeda untuk membantu anak kita dalam mencapai tujuannya. Ketika kita memilih sesuatu untuk anak kita, maka kita berarti sedang membuat beberapa pilihan yang menarik mengenai dan untuk diri kita juga. Salah satu pilihan yang kita tentukan adalah percaya bahwa pilihan kita tepat, bahwa kita mengetahui dengan pasti apa yang terbaik untuk anak kita.
Ketika kita membuka pikiran kita—pada saat kita memutuskan ada baiknya untuk duduk dan mengamati pilihan apa saja yang mereka buat dan pelajaran apa yang mereka dapatkan—maka kita pun sedang menjadi pelajar seperti anak kita. Menentukan lingkungan belajar berarti memotivasi perilaku yang dapat menjadi kebiasaan. Semakin cepat kita memulai, maka akan semakin mudah perjalanannya.
Ring 6 - Apa yang perlu kita sebagai orangtua lakukan di rumah untuk membangun kebiasaan ini?
Mengelola penggunaan media yang dikonsumsi oleh anak. Pengkonsumsian media telah jauh melampaui sekedar menonton televisi saja. Telepon seluler dan tablet membuat anak-anak dapat bermain dan menonton secara virtual dimanapun mereka berada. Kita sebagai orang tua dapat melakukan pelacakan media yang digunakan oleh anak kita. Mulailah dengan membuat daftar seluruh perangkat media yang Anda dan anak Anda miliki. Lacak media yang digunakan anak dengan peralatan yang memang telah tersedia untuk melakukannya.
Berdasarkan pada studi kebiasaan belajar, anak-anak yang bermain game lebih dari 90 menit per hari akan memiliki masalah sosial dua kali lebih banyak dari yang bermain game dengan durasi kurang dari 90 menit. Di antara masalahnya adalah: kesulitan mendapatkan teman, ketidakmampuan dalam membaur dengan anak-anak lain dalam sebuah permainan, dan menjadi tidak mampu mengkomunikasikan perasaan dan kebutuhannya secara efektif.
Mendukung pekerjaan rumah akademis dan tugas membaca. Terdapat beberapa manfaat dari kebiasaan mengerjakan pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah dapat menghapuskan perilaku anak dalam berbohong dan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah juga membantu anak-anak dalam menghindari tugas yang terlalu menumpuk. Pekerjaan rumah membantu mereka untuk terbiasa bekerja dengan efisien. Selain itu, dapat juga menghilangkan kemungkinan dan kebiasaan tidur larut. Dan terakhir, kebiasaan mengerjakan pekerjaan rumah dapat memperkenalkan mereka pada kehidupan yang seimbang.
Menguasai pengelolaan waktu. Rahasia masa depan Anda tersimpan di dalam rutinitas harian Anda. Anda harus menjadi seorang yang disiplin agar bisa menghabiskan waktu Anda dengan bijak.
Anak-anak tidak memahami waktu. Hal ini terjadi hingga usia mereka sudah cukup besar. Karena itu, gunakanlah pengingat visual pada anak Anda, baik itu kalender, gambar-gambar, dan sebagainya. Biasakan mereka untuk menggunakan jam tangan. Namun, Anda perlu untuk tetap menyadari bahwa hingga mereka benar-benar memahami makna waktu (mengetahui seperti apa rasanya satu jam atau seberapa lama lima menit itu), waktu merupakan hal yang remeh bagi mereka.
Menyusun dan menentukan tujuan pendidikan. Tentukan dan susun sebuah tujuan untuk dicapai, yaitu sesuatu yang begitu besar, begitu menggairahkan, yang membangkitkan semangat Anda sekaligus menggetarkan hati Anda pada waktu yang bersamaan.
Berkomunikasi secara efektif. Ketika kita mengubah cara kita dalam berkomunikasi, maka berarti kita sedang mengubah masyarakat di sekitar kita. Ketika anak-anak kita sedang mengalami penderitaan, merasa sedih, marah atau terluka, hal terbaik yang bisa kita lakukan sebagai orangtua adalah: mendengarkan mereka. hal yang paling penting dalam komunikasi adalah mendengarkan apa yang tidak dikatakan.
Membuat keputusan yang bertanggung jawab. Tiap orang harus bisa membuat keputusannya sendiri. Anda hanya harus mampu menerima konsekuensinya tanpa berkeluh kesah. Salah satu hal yang terberat bagi orangtua adalah ketika harus memberikan kesempatan pada anaknya untuk membuat keputusannya sendiri, yang mana mungkin akan berakhir buruk. Hanya dengan seperti itulah kita dapat mengajarkan pada mereka kebiasaan dan sikap pengambilan keputusan yang tepat. Begitu seorang anak berhasil menguasai kemampuan ini, mereka akan dapat membuat keputusan realistis yang sebagian besar hasilnya memuaskan.
(Keputusan realistis adalah keputusan yang berdasarkan pada pengamatan dan penilaian skenario terburuk dan kemauan untuk menerima konsekuensinya dengan lapang dada).
Mengembangkan keyakinan diri. Percayalah bahwa Anda dapat mencapai tujuan Anda; inilah yang dapat membuat Anda mengatasi segala tantangan dan hambatan yang menghadang. Mantapkan dan kobarkan hasrat pada tujuan Anda; dengan begitu, dapat dipastikan bahwa Anda akan terus antusias, berkomitmen dan optimistik mengenai tujuan Anda. Pahamilah konsekuensi dari mengejar tujuan Anda.
So… Nancy sangat excited setelah membaca buku ini, apa saja yang ia pelajari ia tuliskan di buku catatanya
Stephanie Donaldson-Pressman, merupakan seorang psikoterapis, konsultan dan penulis skala internasional dalam bidang terapi keluarga. Karyanya pernah diakui sebagai teks bidang psikiater terlaris.
Rebecca Jackson, merupakan seorang asisten ahli ilmu saraf, pakar pola asuh, dan penulis. Beliau tinggal bersama keluarganya di Rhode Island.
Robert M. Pressman, merupakan seorang psikolog keluarga dan anggota dari American Academy of Couple and Family Psychology. Beliau bekerja sebagai psikolog anak dan direktur peneliti di New England Center for Pediatric Psychology.
1. Pentingnya peran orangtua untuk memberikan anak pilihan, biarkan anak yang memutuskan dan sama-sama belajar.
2. Terapkan Learning Habit dirumah, agar anak-anak menguasai kemampuan-kemampuan utama yang dapat menghasilkan kesuksesan akademis, sosial, dan emosional
3. Mulai menerapkan Empowerment Parenting, agar anak bisa mandiri dan orangtua berperan membantu mengarahkan.
4. Menerapkan 8 hal ini dirumah, Mengelola penggunaan media yang dikonsumsi oleh anak, Mendukung pekerjaan rumah akademis dan tugas membaca, Menguasai pengelolaan waktu, Menyusun dan menentukan tujuan pendidikan, Berkomunikasi secara efektif, Membuat keputusan yang bertanggung jawab, Berkonsentrasi pada fokusnya & Mengembangkan keyakinan diri.Terima Kasih telah menyimak BaRing kali ini. Semoga Anda bisa mendapatkan manfaatnya. Sampai jumpa di BaRing berikutnya.
Jika ada masukan dan ide untuk Baring.digital, silakan email ke Ingat@baring.digital.
Sukses selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya
