
SPIRITUAL PARENTING (An Awakening for Todayās Families)
Michelle Anthony
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Sambil menunggu jam kerja dimulai, Fidel yang merupakan seorang ayah dari 3 orang anak yang berusia masih di bawah remaja, baru saja selesai membaca koran yang beberapa dari isinya adalah kriminalitas remaja. Sambil membaca, ia mendiskusikan berita-berita tersebut dengan beberapa rekan kerjanya.
Sebagian besar rekannya menyatakan bahwa hal itu dikarenakan kurang kuatnya aspek spiritualitas yang ditanamkan pada anak-anak zaman sekarang. Salah seorang temannya pun juga menyarankan Fidel untuk mengajarkan segera pada anak-anaknya mengenai spiritualitas dan moral yang baik, mumpung usia anak-anaknya masih belum remaja.
Karena kebetulan ia dan istrinya juga tidak memiliki pendidikan spiritualitas yang baik, maka ia pun baru sadar. Demi perkembangan spiritual dan moral anak-anaknya, Fidel merasa perlu mengajarkan untuk bergantung pada Tuhan. Ini berarti mengkiblatkan hati dalam penyerahan dan keyakinan. Tujuan akhirnya adalah sebuah getaran iman yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Tapi, masalahnya Fidel tidak memiliki kenalan seorang ahli spiritual. Beberapa rekannya merekomendasikan kenalan-kenalannya. Namun, seorang rekan menyarankan, untuk membaca buku Spiritual Parenting, selain berkonsultasi dengan ahli spiritual. Karena Ahli spiritual belum tentu memahami pola asuh yang tepat, namun buku ini bisa memberikan insight dari aspek pola asuh juga.
Mendengar alasan temannya itu, Fidel pun segera mencari dan membeli buku Spiritual Parenting karya Michelle Anthony.
So, apakah buku ini bisa memberikan Fidel apa yang dicarinya mengenai pola asuh spiritual untuk anak? Yuk, kita simak Baring kali ini.
Ring 1 - Apa yang Dimaksud dengan Meletakkan Anak Kita dalam Jalur Ketuhanan?
Hanya Tuhan yang patut diTuhankan. KeTuhananNya merupakan unsur utama dari kesucianNya, yang mana pada akhirnya dapat mengubah kita semua.
Sebagai orangtua yang spiritual, kita menempatkan diri kita sebagai murid dari anak-anak kita, yaitu untuk mempelajari mengenai mereka dan dunia mereka. Tidak hanya mengenai keinginan atau hasrat kita dalam mempelajari bagaimana cara yang tepat untuk bisa bergantung pada Tuhan, namun juga untuk mempelajari bagaimana anak-anak kita menjadi takut dan patuh pada perintahNya.
Karena firman-firman Tuhan telah begitu jelas menunjukkan ketuhananNya dan hanya Dia yang dapat mengubah hati, kita tahu bahwa kita membutuhkan bantuanNya dalam mengasuh dan membesarkan anak kita. Kita semua harus mengasuh dan membesarkan anak kita dengan mengkiblatkan diri pada Tuhan. Pada akhirnya menyenangkan Tuhan harus menjadi fokus kita.
Ini adalah kebenaran pertama dalam pola asuh kita terhadap anak. Kebenaran ini menunjukkan pada kita bahwa ābukanlah tugas kita untuk mengendalikan perilaku anak-anak kita. Dengan menyadari dan konsisten terhadap pemikiran tersebut, kita telah membentuk kehidupan spiritual bagi merekaā.
Tidak akan ditemukan di dalam kitabNya perintah agar kita menghabiskan hari untuk mengelola perilaku dan tindakan anak-anak kita. Tidak ada yang mengatakan bahwa jika kita tidak mengendalikan perilaku anak kita, maka azab atau marabahaya akan menimpa kita.
Tujuan kita adalah untuk menurunkan getaran dan perkembangan iman, yaitu iman yang:
- Dapat membuat anak-anak kita memahami dan mendengar suara Tuhan, dan dapat membedakannya dari pemikiran lainnya
- Anak-anak kita cenderung memiliki hasrat untuk mematuhi suara Tuhan yang mereka dengarkan tersebut
- Mereka akan mematuhi Tuhan bukan berdasarkan kekuatan mereka, namun dengan kekuatan Tuhan.
(Apa yang Anda yakini dan ke mana hati Anda tertuju akan menentukan hasil dan arah seluruh hidup Anda pada keabadian.)
Tujuan hidup kita sebagai hamba Tuhan adalah untuk mencintaiNya dengan seluruh jiwa dan menyayangi orang lain semampu yang dapat kita lakukan. Selain itu, tujuan kita sebagai orangtua adalah untuk mengajarkan pada anak-anak kita mengenai pemahaman siapa sesungguhnya Tuhan itu, bagaimana agar kita dapat menjalin hubungan denganNya, dan bagaimana cara hidup untuk Tuhan dan melalui Tuhan.
Ring 2 - Kenapa Spiritualitas dalam Pola Asuh Menjadi Hal yang Penting?
Karena telah mengalami atau mengetahui kejahatan dan kekejaman godaan syaitan di dunia, biasanya orangtua lebih memilih untuk menentukan garis hidup anak mereka. Para orangtua yang seperti ini biasanya berkata, āSaya akan menarik mereka dan memeluk mereka dengan erat. Saya akan melindungi mereka dari ketidakbermoralan dunia ini. Jika saya melakukan semua ini, maka dunia ini tidak akan memberikan dampak negatif pada mereka.ā
Sedangkan terdapat juga sebagian orangtua lain yang mengatakan, āApakah Anda tahu? Anak-anak saya pada akhirnya akan butuh diperkuat oleh dunia luar.ā
Maka, orangtua semacam ini dengan mudah mendorong dan menjebloskan anak mereka ke dunia luar, hampir seperti melempar anak ke dalam kolam renang yang dalam sembari berkata, āPada akhirnya mereka akan berusaha untuk belajar berenang sendiri.ā Orangtua semacam ini biasanya memahami pendekatan ini dari perjalanan dan pengalaman mereka sendiri.
Pola asuh spiritual tidak mengabaikan ketidakbermoralan dunia ini. Namun, pola asuh spiritual tidak serta merta mengatakan, ātiarap dan bersembunyilahātunggulah hingga semuanya berakhir. Karena dunia ini begitu jahat, karenanya kita tidak boleh mengambil bagian di dalamnya.ā
Namun, orangtua sepatutnya mengatakan, āSaya akan bertahan di sini. Saya akan bertahan hidup di dunia ini hanya karena Tuhan telah menempatkan saya di sini pada saat ini. Saya melakukannya karena saya memahami bahwa kita semua adalah orang asing. Dunia ini bukanlah rumah saya. Tidak akan pernah menjadi rumah saya. Saya tidak akan merasa utuh dan nyaman di sini. Saya tidak akan pernah tenggelam di sini. Jadi, karena saya sudah di sini, maka saya tidak akan menyia-nyiakan waktu saya.ā
Inilah mengapa pola asuh spiritual menjadi sangat penting. Karena, pola asuh spiritual menentukan bagaimana kita akan hidup dengan produktif dan tidak terlena dengan apa yang ada di dunia ini. Sungguh, kebergantungan kita pada Tuhan yang seperti ini merupakan inti dari menjadi orangtua yang spiritual.
Jika kita hanya berfokus pada perilaku duniawi anak kita tanpa disertai perubahan batiniah, maka tindakan-tindakan anak kita hanya akan bertujuan untuk mencari pembenaran atau perhatian kita saja. Mereka akan berujung melakukan sesuatu tanpa adanya tujuan spiritual yang dapat menyembuhkan dan menjaga kualitas batin mereka. Tanpa adanya perubahan supernatural ini, kita mungkin akan memiliki anak yang patuh atau bermoral, namun tidak memiliki kecerdasan spiritual.
Jika memang seperti itu, maka anak-anak kita akan tumbuh dan menjalankan hidup mereka dengan tujuan untuk memenuhi egonya saja. Sangat besar kemungkinan mereka akan memilih kehidupan yang penuh dengan dosa tanpa ada hasrat untuk mengubahnya. Kehidupan spiritual adalah kehidupan yang berkembang dan jauh dari persembunyian.
Bagaimana jika, sebagai orangtua spiritual, kita melakukan hal yang melebihi mengasuh dan mengelola perilaku anak kita? Bagaimana jika kita memfokuskan energi kita untuk mengatur dan membuat anak kita berjalan di jalur ketuhanan dan menyaksikan mereka jatuh cinta pada Tuhan? Ini adalah sebuah perbedaan yang sangat besar. Karena ada ungkapan yang mengatakan bahwa, ājangan jatuh cinta terhadap dunia. Namun jatuh cintalah pada sang Tuhan, maka dunia akan terlihat kurang menarik.ā
Ring 3 - Bagaimana Cara Tepat Mengajarkan Anak Spiritualitas?
Coba kita pertimbangkan. Kita meletakkan harapan yang begitu besar kepada anak kita. Kita menginginkan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari apa yang telah kita dapatkan. Kita menginginkan mereka untuk memperoleh kehidupan yang sedikit lebih mudah, dengan sedikit penderitaan.
Secara umum, kita menginginkan mereka untuk memiliki lebih dari apa yang kita telah miliki. Kita merasa sedikit bersalah jika menginginkan mereka untuk mendapatkan kehidupan spiritual yang lebih murni dari kita. Pada kenyataannya, kita adalah teladan hidup yang nyata bagi mereka, dan sayangnya, kita tidak dapat memberikan apa yang kita tidak pernah miliki.
Jadi, pola asuh spiritual mengingatkan pada kita bahwa mengendalikan perilaku anak kita bukanlah merupakan kewajiban kita sebagai orangtua, namun kewajiban kita adalah: menjadi contoh otentik bagaimana berhubungan dengan Tuhan. Dan kita hanya bisa berharap dan berdoa agar apa yang kita miliki patut dan cukup berharga untuk diturunkan pada generasi penerus kita.
Anak-anak kita sangat ingin untuk mengetahui dan memahami kenyataan siapakah Tuhan dalam aliran kehidupan iniāketika kita bangun, ketika kita duduk, ketika kita dalam perjalanan, ketika kita tidur. Anak-anak kita perlu melihat dan memahami bahwa iman dan keyakinan itu benar-benar penting dan sesuai terhadap situasi keseharian kita.
Mereka perlu yakin bahwa iman dan Tuhan itu benar-benar nyata. Kita perlu meneladani kehidupan spiritual dalam tiap keputusan kita, dan menghapuskan perbedaan antara kesakralan dan sekuleritas. Anak-anak kita perlu menyaksikan sendiri bahwa iman kita bukanlah sesuatu yang hanya timbul pada saat tertentu saja.
Agar kita dapat menurunkan keimanan kita pada anak-anak kita, kita perlu memahami apa itu keimanan ilahi dan apa kaitannya dengan tindakan kita. Agar keimanan dalam hidup kita dan dalam hidup anak-anak kita lebih hidup, maka kita perlu mengalami ekspresi dari kepatuhan akan Ketuhanan.
Mungkin, definisi utuh iman datang dari bahasa Yunani asli. Kata āpitosā mengandung tiga hal: keyakinan kuat, penyerahan diri, dan menunjukkan tindakan yang sesuai. Dari sinilah akhlak yang baik datang. Dengan kata lain, iman berdasarkan pada keyakinan yang kuat dari hati yang teguh dan penuh penghambaan diri.
Ketika kita menyaksikan perilaku kita dan turun kepada anak kita, kita akan mulai memahami apa makna dari pencarian kehidupan dan pola asuh spiritual.
Ingatlah selalu bahwa iman adalah hal gaib. Kita tidak akan mampu menciptakannya dan membuat seseorang bisa memilikinya. Jika kita mencoba untuk menciptakan atau memaksakannya pada orang lain, maka yang kita akan dapatkan adalah penolakan dan pemberontakan.
Percaya atau tidak, dari keimanan inilah kebebasan yang sejati akan hadir. Jika iman mereka telah merasuk, maka tindakan mereka akan selaras dengan imannya. Hasrat kita sebagai orangtua sering difokuskan pada perbaikan perilaku anak-anak kitaāsebuah proses yang ternyata bukan merupakan tanggung jawab kita.
Kenikmatan mengasuh dan membesarkan anak dapat diperoleh dari menanamkan dan menciptakan lingkungan agar imannya dapat berkembang, mengajarkan mereka bagaimana menanamkan hubungan penuh cinta kepada Tuhan, dan menjalani hidup kita secara otentik dihadapan anak-anak kita sehingga mereka dapat menjadi saksi dari perubahan kita menuju kebaikan yang sejati.
Tujuan kita sebagai orangtua harusnya adalah untuk bekerja keras menurunkan keimanan kita pada generasi penerus kita, dengan cara yang membuat mereka dapat mewarisi kembali pada generasi-generasi selanjutnya ketika kita sudah tidak ada lagi di dunia. Suatu hari nanti kita akan meninggalkan dunia ini, dan yang akan tersisa dan tertinggal adalah apa yang akan abadiāsegala sesuatu yang berhasil kita turunkan dan wariskan pada anak kita.
Ring 4 - Apa Sebenarnya Iman Itu?
Kita dapat menyimpulkan bahwa imanāsebagai sebuah hubungan antara hati dengan komitmen pikiran yang menghasilkan sebuah pelayanan dan perilaku spiritualāmerupakan hubungan pribadi dengan Tuhan.
Jika kita menginginkan iman kita terus bertahan abadi pada seluruh generasi setelah kita, maka kita perlu untuk terus meningkatkan kepercayaan diri dan fokus terhadap iman yang ingin kita turunkan pada anak-anak kita.
Kepatuhan adalah mendengarkan apa yang diperintahkan dan mengamalkannya, yaitu seperti seorang bijak yang membangun rumahnya di atas batu. Ini adalah hubungan antara keimanan dan tindakan, yaitu mengamalkan apa yang kita yakini. Bukan hanya sekedar mendengarkan firman Tuhan sajaākarena hanya orang yang bodoh dan mergi yang mendengarkannya namun tidak diamalkan.
Jika kita berpikir mengenai pola asuh yang dapat mewarisi keimanan kita pada generasi selanjutnya, maka ungkapan āmembangun rumah di atas batuā berarti mematuhi firman-firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari dan membuat anak-anak kita menjadi saksi keteguhan dan kekokohan cara hidup seperti itu.
Kepatuhan yang sejati datang dari pemahaman dan usaha kita dalam mengenal Tuhan dan mendengarkan suaraNya. Ini yang memberikan kita kesempatan untuk berhubungan dengan Tuhan. Kepatuhan ini kemudian diperkuat oleh Tuhan, bukan semata-mata dari upaya kita.
Setiap hari kita terus berjalan selangkah demi selangkah untuk menjadi lebih dekat denganNya dan untuk menyelaraskan keinginan dan tindakan kita pada kehendakNya. Inilah yang disebut dengan keimanan yang penuh kepatuhan.
Ketika anak kita masih kecil, kita pasti menginginkan mereka mematuhi dan mempercayai kita. Hal-hal seperti jangan menyentuh kompor, jangan berlari di jalanan, atau hati-hati berbicara dengan orang asing adalah upaya kita untuk melindungi mereka dari dunia ini.
Begitu mereka beranjak dewasa, kita berusaha untuk mengarahkan mereka dari perilaku patuh tanpa sebab kepada kepatuhan yang berdasarkan hubungan dan kebijaksanaanāpercaya bahwa kita mengetahui yang terbaik. Inilah yang dimaksud dengan keimanan.
Sebagai orangtua, kita tidak hanya perlu memperkenalkan hal ini pada anak kita, namun juga penting bagi kita untuk mencontohkannya. Inilah kepatuhan yang akan bermanfaat bagi mereka dalam dunia ini maupun di akhirat nanti.
Ring 5 - Bagaimana Cara Mempertahankan Keimanan pada Anak?
Terdapat sepuluh suasana berbeda yang dapat kita ciptakan di rumah kita, di mana pada tiap-tiap suasana ini, spiritualitas dan keimanan anak-anak kita bisa berkembang lebih mudah. Kesepuluh suasana tersebut antara lain adalah:
- Biasakan membacakan kisah agama atau spiritual pada anak
- Ajarkan pemahaman mengenai identitas kita sebagai makhluk beragama
- Ajak mereka ikut serta dalam komunitas keagamaan
- Ajak mereka dalam pelayanan masyarakat
- Berada di luar zona aman
- Berikan anak-anak tanggung jawab
- Jika perlu mendisiplinkan, maka lakukan dengan bijak tanpa harus menghukum
- Penuhi dengan cinta dan penghargaan
- Berikan pengetahuan mengenai siapa Tuhan
- Jadilah teladan
Jika kita telah memahami apa itu keimanan dan apa yang menjadi tujuan kita sebagai orangtua, maka kita berarti telah memiliki dasar untuk menciptakan suasana-suasana ini. Jangan sekali-kali kita menciptakan suasana dan lingkungan yang hanya memberikan kesan dan tampilan relijius saja, namun di balik itu kualitas dan keimanannya tidak ada.
Jangan pula menciptakan suasana yang dapat memanipulasi perilaku mereka. Pun, kita tidak boleh menciptakan suasana yang membuat anak-anak kita menjadi fanatik. Namun, yang harus kita ciptakan adalah suasana agar rumah dan anak-anak kita terbuka bagi ketuhanan, sehingga Tuhan dapat mendatangkan anugerah dan berkahNya.
Sebagai orangtua, dan sebagai teladan, anak-anak kita pasti akan meniru perilaku kita. Baik kita suka atau tidak, kita adalah contoh utama dan pertama dalam kehidupan mereka, terutama pada masa awal kehidupan mereka. Memahami peran yang kita mainkan adalah hal yang sangat penting bagi kita, terutama karena kita adalah teladan bagi mereka tidak hanya untuk kehidupan mereka di dunia ini saja, melainkan juga untuk kehidupan mereka di dunia yang akan datang.
Kita perlu menanyakan pada diri kita mengenai: āHal macam apa, dalam perilaku saya, yang saya ingin anak saya menirunya? Dan bagaimana saya akan mencontohkan hal tersebut?ā.
Kita melatih anak kita untuk menjadi hamba Tuhan dengan mencontohkan bagaimana proses penghambaan tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa jika kita mencontohkan kasih sayang dan penghormatan pada anak kita ketika mereka masih kecil, maka mereka akan tumbuh menjadi remaja yang penuh kasih dan hormat pada kita dan orang lain.
Dalam tiap suasana yang dapat kita ciptakan, terkandung unsur teladan di dalamnya. Dan, jika kita memberikan teladan yang sebaliknya pada anak-anak kita, maka mereka akan tumbuh menjadi orang dengan perilaku yang buruk.
Pola asuh spiritual membuat anak-anak kita mengenali dan menyadari pengaruh yang kita berikan terhadap kehidupan mereka, dan mereka akan memilih untuk hidup dengan menyadari semua pengaruh tersebut.
Tentu saja kita bukanlah manusia yang sempurna. Kita bukanlah teladan yang sempurnaādan juga tidak selalu setuju dengan anak kita. Kejujuran dan rasa sadar diri dapat membuat kita menjadi teladan yang sangat baik, bahkan jika kita menghadapi kegagalan.
Keteladanan adalah suasana yang membentuk keselarasan dan kesinambungan dengan suasana lainnya. Ini adalah sebuah persatuan yang sempurna, karena keteladanan menunjukkan ābagaimanaā dan āapaā yang terkandung di dalam tiap suasana. Keteladanan memberikan kita kesempatan untuk menunjukkan siapa diri kita dan apa yang telah kita dapatkan selama hidup kepada anak kita.
Michelle Anthony, merupakan seorang wakil presiden dari Curriculum and Family Ministry Architect di David C. Cook. Beliau adalah penulis buku Spiritual Parenting, Dreaming of More for the Next Generation, The Spirituality Formed Family, dan The Big God Story. Beliau telah menjadi pengurus gereja selama 25 tahun dan juga memiliki pengalaman memimpin dalam bidang anak dan keluarga.
Fidel kini paham apa yang perlu dilakukannya agar bisa menanamkan spiritual dan moral yang tepat pada anak-anaknya. Beberapa pelajaran yang ia ambil dari buku ini antara lain:
- Hanya Tuhan yang patut diTuhankan. KeTuhananNya merupakan unsur utama dari kesucianNya, yang mana pada akhirnya dapat mengubah kita semua.
- Tujuan hidup kita sebagai hamba Tuhan adalah untuk mencintaiNya dengan seluruh jiwa dan menyayangi orang lain semampu yang dapat kita lakukan.
- Pola asuh spiritual menentukan bagaimana kita akan hidup dengan produktif dan tidak terlena dengan apa yang ada di dunia ini.
- Anak-anak perlu yakin bahwa iman dan Tuhan itu benar-benar nyata.
- Jiwa kita berkembang secara spiritual apabila kita mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Tuhan
- Kita perlu menanyakan pada diri kita mengenai: āHal macam apa, dalam perilaku saya, yang saya ingin anak saya menirunya? Dan bagaimana saya akan mencontohkan hal tersebut?ā
Terima kasih telah menyimak BaRing kali ini, semoga manfaatnya bisa Anda rasakan juga. Sukses selalu. Sampai bertemu di BaRing selanjutnya.
Jangan lupa untuk melayangkan saran dan kritik Anda ke email kami di: ingat@baring.digital.
Rekomendasi Baring Lainnya
