Smart Parenting, Smarter Kids: The One Brain Book You Need to Help Your Child Grow Brighter, Healthier, and Happier
David Walsh
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
Ring 6
-
Ring 7
-
Ring 8
-
Ring 9
-
Ring 10
-
Ring 11
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Fais dan Tira adalah pasangan muda yang telah memiliki seorang anak. Kini, anak itu berumur 9 tahun.
Suatu hari, guru dari anak tersebut memanggil keduanya untuk datang ke sekolah. Tahukah Anda apa yang dibicarakan? Yakni bahwa anak mereka memiliki hambatan saat belajar di kelas, yang spesifiknya adalah sulit konsentrasi. Di samping itu, nilai-nilainya juga mengalami penurunan yang drastis.
“Jadi, setelah mengamati selama beberapa minggu, kami menyimpulkan anak Bapak dan Ibu punya hambatan dalam belajar. Terutama susah memahami dan mengingat pelajaran. Kemungkinan besar penyebabnya karena susah konsentrasi,” ucap guru yang terbilang masih muda tersebut.
Kedua pasangan suami-istri itu pun heran. Karena kalau diperhatikan di rumah, anaknya sangat fokus. Entah itu nonton TV, main game, atau bermain dengan teman-temannya, pasti selalu fokus. Bahkan seringkali tidak ngeh saat dipanggil. Bagaimana bisa di sekolah ia tidak bisa fokus memperhatikan pelajaran?
Lalu, kedua orangtua itu bertanya kepada sang guru apa yang harus mereka lakukan. Kemudian, sang guru menjawab bahwa untuk langkah awal membantu anak mereka, mereka dianjurkan untuk membaca sebuah buku bertema parenting yang berjudul “Smart Parenting, Smarter Kids: The One Brain Book You Need to Help Your Child Grow Brighter, Healthier, and Happier”.
Sang guru berkata bahwa buku itu menjadi referensi dirinya dulu dalam membesarkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang cerdas. Dan, ia berkata bahwa sejauh ini, apa yang disampaikan dalam buku itu sangat membantu.
Tak heran, katanya, karena penulis buku itu memang berlatar belakang seorang pakar psikologi anak dan menjadi seorang konsultan di World Health Organization alias WHO.
Mendengar penjelasan guru yang baik hati itu membuat Tira dan Fais penasaran dengan isi buku tersebut. Mereka pun lalu membacanya sampai selesai.
Nah sekarang, yuk temani perjalanan mereka untuk mendapatkan insight dari buku “Smart Parenting, Smarter Kids” dalam BaRing berikut ini.
Ring 1 - Apa Gambaran Besar Buku Ini? Apa Saja yang Dibahas?
Sesuai dengan judulnya, buku ini menjelaskan bagaimana pendekatan parenting untuk membantu anak tumbuh menjadi anak yang cerdas, sehat, dan bahagia.
Untuk menjelaskan bagaimana pendekatannya, penulis buku ini memulainya dari membedah bagaimana prinsip kerja otak anak. Karena, dari mengetahui prinsip kerja otak anak, maka orangtua akan tahu apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan anak berdasarkan pada prinsip-prinsip tersebut.
So, bab pertama buku ini membahas bagaimana prinsip kerja otak anak dan apa kelebihan dari otak anak yang memungkinkan Anda sebagai orangtua bisa membantunya meningkatkan kecerdasannya.
Kemudian, di bab-bab berikutnya, barulah penulis menjelaskan lebih detail bagaimana cara meningkatkan kecerdasan anak, bagaimana meningkatkan kemampuan mengingat & memahaminya, dan bagaimana menjaga performa otak anak, berdasarkan prinsip kerja otak.
Ring 2 - Bagaimana Cara Kerja Otak Anak?
Pertama, mari kita mulai dari jumlah sel otak (neuron) anak. Jumlah neuron dalam otak anak kurang lebih 100 milyar sel, di mana masing-masingnya memiliki kurang lebih 10 ribu cabang, yang masing-masing bisa membentuk sambungan dengan sel lain untuk meng-kode-kan atau “menyimpan” informasi tertentu di dalam otak.
Nah karena satu sel bisa membuat sambungan dengan sel lainnya, dengan jumlah sebanyak itu (100 milyar sel dengan 10 ribu cabang per sel), berapa jumlah sambungan yang bisa dibentuk?
Bandingkan saja dengan piano yang memiliki 88 kunci, berapa jumlah nada dan lagu yang bisa dihasilkan dari piano? Tak bisa menghitungnya? Apalagi jumlah sambungan yang bisa dibentuk oleh sel otak. Betul? Sangking susahnya menghitung, para pakar menyimpulkan bahwa jumlah sambungan yang bisa dibentuk oleh sel otak adalah tak terbatas.
Hal yang menarik adalah, ada 2 faktor penyebab terbentuknya sambungan-sambungan ini. Pertama adalah faktor genetik, dan yang kedua, faktor pengalaman. Sambungan yang terbentuk karena faktor genetik bersifat tetap, atau dalam istilah neurosains disebut hardwiring, yakni terprogram permanen. Sedangkan sambungan yang terbentuk dari pengalaman bersifat sementara (bisa berubah-ubah). Dalam istilah neurosains, sambungan ini disebut bersifat soft wiring.
Ring 3 - Apa itu kemampuan Soft Wiring?
Dengan kemampuan soft wiring, ketika anak belajar hal baru, maka terjadi sambungan baru di dalam otak yang “menyimpan” sesuatu yang dipelajari anak tersebut, entah yang dipelajarinya adalah pengetahuan baru, gerakan baru, atau kebiasaan baru.
Semakin sering anak mengulang-ulang hal baru tersebut, maka semakin padat juga sambungannya, yang mengakibatkan anak tersebut lebih mudah mengingat atau melakukan hal baru yang dipelajarinya. Dan sebaliknya, semakin jarang anak mengulang-ulang hal baru tersebut, maka semakin lemah sambungannya, yang mengakibatkan anak tersebut lebih sulit mengingat atau melakukan apa yang dipelajarinya.
Dalam kata lain, kemampuan otak untuk membentuk sambungan yang “soft wiring” melahirkan prinsip “use it or lose it” dalam belajar dan membiasakan hal baru. Artinya, kalau kita ingin bisa mengingat atau membiasakan suatu hal, maka kita harus rutin melakukannya. Kalau kita jarang melakukannya, maka sambungan sel yang meng-kode-kan hal itu akan melemah/lenyap.
Dan kabar baiknya, kemampuan untuk membentuk soft wiring ini berlaku seumur hidup, yang artinya, kita bisa terus belajar hal baru meskipun umur kita sudah tidak muda lagi.
Sekarang pertanyaannya, apa saja hal/skill yang di-kode-kan oleh otak secara hardwiring dan apa saja hal/skill yang di-kode-kan secara soft wiring?
Salah satu skill yang di-kode-kan atau “disimpan” secara soft wiring adalah skill membaca, menulis, berenang, mengemudikan kendaraan, menari, dst. Skill-skill ini tidak ditentukan oleh faktor genetik dan bisa dipelajari.
Sedangkan contoh hal/skill yang di-kode-kan secara hardwiring oleh otak antara lain kepribadian seperti introvert, ekstrovert, dst.
Ring 4 - Bagaimana Dengan Kemampuan Berbahasa?
Para pakar menyebut kemampuan berbahasa dibentuk oleh faktor genetik dan pengalaman.
Apa yang perlu digarisbawahi adalah, meskipun otak punya kemampuan membentuk sambungan yang soft wiring, tapi ada skill-skill tertentu yang hanya bisa dilatih di masa-masa awal kehidupan anak. Kalau anak terlambat dilatih skill tersebut, maka dia akan kesulitan untuk melatih skill tersebut di masa dewasanya. Dalam kata lain, kesempatan anak untuk berlatih skill tersebut hampir tertutup. Sehingga, orangtua perlu memperhatikan periode kritis ini.
Salah satu contoh skill-nya adalah skill berbahasa. Kita (orang dewasa) masih memiliki kemampuan besar untuk belajar bahasa asing karena dari kecil kita telah menguasai skill berbahasa. Tapi, kalau dari kecil kita tidak dilatih skill berbahasa (Indonesia atau bahasa apapun), maka kita akan kesulitan melatihnya sekarang, baik melatih skill berbahasa Indonesia maupun skill berbahasa asing.
Lebih jauh, selama ini mungkin kita berpikir bahwa untuk berlatih sebuah skill seperti mengemudikan mobil atau bermain piano, yang dibutuhkan adalah berlatih secara rutin, yakni praktik langsung. Tapi ternyata para pakar neurosains menemukan bahwa melakukan latihan mental (mental practice) pun berdampak besar karena sama-sama bisa memperkuat sambungan yang terbentuk.
Ring 5 - Mental Practice? Seperti apa cara kerjanya?
Mental practice adalah cara melatih sebuah skill dengan membayangkan bagaimana kita melakukan skill tersebut step demi step. Latihan ini digunakan oleh para atlet sebagai latihan tambahan untuk membiasakan skill mereka. Kabarnya, para dokter pun melakukan latihan seperti ini untuk membiasakan diri dalam melakukan tindakan operasi.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah, otak memiliki 2 sistem perhatian. Pertama adalah perhatian reaktif (reactive attention), dan yang kedua adalah perhatian terfokus (focused attention).
Reactive attention adalah perhatian yang terjadi otomatis. Saat kita menemukan hal yang menarik, otak kita secara otomatis mengaktifkan reactive attention yang membuat kita fokus pada hal tersebut. Inilah penjelasan kenapa kita mudah terhanyut pada hal-hal yang menarik seperti game, film, musik, media sosial, dst. Bisa dikatakan bahwa saat kita terhanyut dalam reactive attention, otak kita terjatuh pada “mode default”.
Bagian otak yang berperan dalam reactive attention adalah bagian-bagian yang mengatur insting, emosi, dan gerakan-gerakan yang otomatis.
Sedangkan focused attention adalah perhatian yang hanya bisa dilakukan dengan sadar dan sengaja. Kita sengaja melakukannya. Oleh karena itu, untuk melakukan focused attention jauh lebih sulit dibanding melakukan reactive attention.
Namun demikian, focused attention sangat penting karena ini berperan dalam memahami hal-hal yang tidak bisa dilakukan otomatis seperti memahami sesuatu, berpikir, menghafal dan mengingat, dan bekerja.
Bagian otak yang berperan dalam focused attention adalah prefrontal cortex yang berada di otak bagian depan. Dan, kemampuan ini bisa dilatih.
Di samping hal-hal barusan, kerja otak juga dipengaruhi oleh zat kimia yang disebut neurotransmitter. Otak memiliki banyak sekali neurotransmitter yang memungkinkan berbagai kerja, seperti gerak otomatis, respons “fight or flight”, ketenangan pikiran, mood, dst.
Nah dengan mengetahui beberapa prinsip kerja otak sebagaimana yang dijelaskan barusan, Anda akan paham bagaimana cara-cara untuk meningkatkan kemampuan otak anak Anda.
Ring 6 - Apakah Kecerdasan Bersifat Tetap dan tak bisa Ditingkatkan? Kalau Bisa, Bagaimana Cara Meningkatkan Kecerdasan Anak?
Untuk menjawabnya, mari kita mulai dari kisah Bill Gates. Banyak orang yang menganggap bahwa kesuksesan Bill Gates disebabkan karena kejeniusannya.
Bagaimana tidak? Meskipun dia drop out dari perguruan tinggi, tapi dia bisa membuat program komputer yang sangat bermanfaat bagi jutaan bahkan ratusan juta orang. Kalau pun tidak drop out, pendidikan yang ditempuh Gates bukanlah komputer melainkan hukum. So, dari mana Bill Gates memiliki kemampuan komputer yang mumpuni kalau bukan karena kejeniusannya?
Kalau kita mempelajari kehidupan Bill Gates lebih dalam lagi, ternyata ia sudah belajar komputer semenjak kecil. Di saat itu, komputer belum dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan, sangat jarang sekali orang yang mengenal kata “komputer”. Nah di saat komputer belum dikenal banyak orang, sekolah tempat Bill Gates belajar sudah mengadakan ekstrakurikuler komputer untuk murid-muridnya!
Bukan itu saja, kultur keluarga Bill Gates memang mendukung perkembangan kecerdasannya. Dari kecil, dia diajarkan budaya membaca dan belajar oleh orangtuanya. Di samping itu, latar belakang orangtuanya yang memang berasal dari kalangan menengah ke atas di Amerika Serikat saat itu membuat peluang belajar Bill Gates jauh lebih besar dari anak-anak lainnya. Tak bisa dipungkiri, semakin besar sumber daya materi yang kita miliki, maka semakin besar peluang kita untuk mengembangkan kemampuan kita.
Nah hal yang sama pun terjadi pada Mozart, Paganini, dan berbagai tokoh yang dikenal jenius. Banyak pakar yang setelah meneliti kehidupan mereka menyimpulkan bahwa kemampuan mereka bukan disebabkan karena mereka jenius melainkan karena pengajaran yang diberikan kepada mereka.
Ring 7 - Seperti apa dukungan yang perlu orangtua berikan?
Anda pun bisa menjadikan anak Anda anak yang cerdas dengan memberikan lingkungan, perilaku, dan sumber daya yang mendukung perkembangan otak anak Anda.
Beberapa tipsnya antara lain:
- Melatih anak Anda untuk berusaha dengan kemampuannya sendiri. Ajarkan ia untuk tidak mudah menyerah saat menghadapi masalah atau tantangan. Entah itu soal-soal yang sulit, atau masalah-masalah keseharian.
- Anda juga bisa memberikan permainan, soal, atau teka-teki yang akan menstimulasi otaknya. Tapi perlu diperhatikan bahwa stimulasi ini jangan terlalu berat untuk anak seusianya. Karena malah bisa membuatnya frustrasi.
- Berikan pujian kepada anak Anda dengan effort praise. Effort praise adalah pujian terhadap kemauannya untuk berusaha, bukan terhadap kecerdasannya. Contoh, “Papa salut sama kamu karena kamu pantang menyerah.”
- Ajarkan anak untuk menerima kritik yang membangun
Dan berikut ini beberapa hal yang pantang dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan anak Anda:
- Hindari memuji kecerdasan anak alias memberikan ability praise. Sebagai contoh, “Kamu hebat, kamu jenius bisa menyelesaikan soal Math ini. Padahal teman-teman Papa saja nggak bisa.” Ability praise akan membuat anak merasa tidak berharga saat dia mendapati dirinya tidak mampu. Dan pada akhirnya, ini akan menurunkan kepercayaan dirinya dalam belajar.
- Jangan melakukan tugas yang bisa diselesaikan oleh anak Anda. Biarkan dia menyelesaikan tugas itu sendiri dengan kemampuannya.
- Jangan berikan anak terlalu banyak informasi dan stimulus yang bisa merusak kemampuan konsentrasinya seperti internet. Batasi waktu bermain gadget. Juga batasi aplikasi yang bisa diakses anak Anda agar dia tidak terbiasa multitasking.
Ring 8 - Bagaimana Saya (Orangtua) bisa Membantu Anak Meningkatkan Kemampuan Konsentrasi Belajarnya?
Di Ring lima sudah dijelaskan bahwa otak memiliki 2 sistem perhatian, yakni reactive attention dan focused attention. Focused attention adalah perhatian yang hanya bisa dilakukan dengan sadar dan sengaja. Perhatian ini umumnya dibutuhkan saat kita mempelajari hal yang sulit dipahami dan melakukan hal yang tidak menyenangkan.
Sedangkan reactive attention adalah perhatian yang aktif secara otomatis. Umumnya perhatian ini aktif saat kita menjumpai hal-hal yang menyenangkan seperti game, musik, dan informasi-informasi ringan di media sosial maupun portal berita online.
Dengan melihat kerja kedua perhatian tersebut, Anda bisa melatih kemampuan konsentrasi belajar anak Anda dengan membuat materi yang ia pelajari jadi lebih menyenangkan. Mungkin Anda bisa mengajarkannya untuk membayangkan atau membuat gambar tentang apa yang telah dipelajari. Atau, untuk anak usia 10 tahun ke bawah, Anda bisa membuat ilustrasi untuk materi yang anak Anda pelajari. Misalnya, membuat tabel dan infografis yang mudah dipahami.
Anda juga bisa mengajak anak Anda untuk belajar dengan praktik, eksperimen, dan bermain.
Di samping itu, Anda juga perlu menghindarkan anak dari hal-hal yang bisa membangkitkan reactive attention-nya, seperti menjauhkan anak dari gadget, TV, radio, dan mainan saat anak Anda belajar. Anda juga perlu untuk membatasi penggunaan gadget pada anak Anda. Karena, aktivitas bermain gadget yang terlalu intens akan menumbuhkan kebiasaan otomatis dalam diri anak untuk scrolling dan switching. (Scrolling adalah kegiatan menggeser layar dari atas ke bawah, sedangkan switching adalah kegiatan beralih dari satu situs/aplikasi ke situs/aplikasi lain). Sedangkan saat scrolling dan switching menjadi kebiasaan, maka kemampuan konsentrasi anak akan terganggu karena diotaknya diajak untuk terus-menerus memproses sesuatu yang berbeda-beda dalam waktu yang sangat cepat.
Ring 9 - Bagaimana Saya (Orangtua) bisa Membantu Anak Meningkatkan Kemampuan Mengingat, Berpikir, dan Memahami?
Kemampuan mengingat, memahami, dan berpikir membutuhkan media yang disebut working memory. Working memory adalah tempat informasi (baik dari luar maupun dari memori jangka panjang) diproses. Dalam kata lain, working memory adalah tempat otak kita berpikir. (Saat kita berpikir, kita mengolah informasi yang kita terima dari luar dan dari dalam/memori jangka panjang. Dan, tempat pengolahan ini terjadi di working memory).
Kapasitas working memory adalah 7-9 hal dan durasinya maksimal hanya 30 detik. Artinya, kalau Anda menghafal atau menahan 9 hal di working memory Anda, maka setelah 30 detik, 9 hal itu akan lenyap dan digantikan dengan hal lain. Bisa dibayangkan working memory ibarat layar yang menampilkan teks yang berganti-ganti.
Kabar baiknya, meskipun working memory hanya bisa menahan 7-9 hal tapi 7-9 hal ini tidak harus hal yang tunggal melainkan bisa juga sebuah rangkaian. Misal 17 Agustus 1945. Bagi orang Indonesia yang sangat familiar dengan 17 Agustus 1945, maka 17 Agustus 1945 sudah menjadi rangkaian yang tak terpisahkan. Sehingga ketika working memory Anda menahan 17 Agustus 1945, maka masih ada ruang untuk 8 hal lainnya di sana.
Sehingga artinya, agar ruang di working memory tidak mudah habis, kita bisa menyimpan informasi dalam bentuk rangkaian-rangkaian (chunking) dan bukan dalam bentuk yang terpisah-pisah.
Nah kalau working memory adalah tempat informasi diproses atau ditahan saat Anda mengingat sesuatu, maka untuk bisa mengingat dan berpikir, Anda terlebih dulu harus menyimpan sesuatu yang akan Anda ingat di memori jangka panjang Anda. Ada 3 langkah bagaimana otak kita mengingat sesuatu. Pertama, peng-kode-an. Kedua, penyimpanan. Dan ketiga, pemanggilan/mengingat.
Menyimpan dan mengingat informasi dibutuhkan perhatian/attention. Kenapa? Karena, perhatian memfilter informasi yang ingin kita simpan dari informasi-informasi lain yang tidak ingin kita simpan. Perhatian membuat otak kita fokus hanya pada informasi yang ingin kita simpan dan mengabaikan informasi yang tidak ingin kita simpan.
Tanpa mengarahkan perhatian pada hal yang ingin kita simpan di otak, maka otak kita akan sulit meng-kode-kan hal tersebut karena working memory kita akan penuh dengan hal-hal yang acak. Sebaliknya, semakin fokus perhatian kita pada hal yang ingin kita ingat, maka semakin jelas kode yang dibentuk. Semakin jelas kode yang dibentuk, maka semakin mudah pula disimpan dan diingat nantinya.
Di samping itu, informasi jauh lebih mudah diingat jika disimpan dalam sebuah konteks, bukan disimpan secara terpisah-pisah. Anak Anda akan lebih mudah menyimpan dan mengingat kata “gelas” kalau kata itu dipahami dalam konteks. Misal, “air minumnya ditaruh di dalam gelas.”
Hal yang tak kalah penting adalah, ternyata ingatan dipengaruhi juga oleh emosi kita. Semakin penting/bermakna sebuah ingatan bagi kita, maka semakin kuat ingatan itu tersimpan di otak kita dan semakin mudah pula kita mengingatnya.
Ring 10 - Bagaimana Anak bisa belajar dengan efektif?
Nah dari penjelasan barusan, maka ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk membantu anak Anda mengingat materi pelajaran, memahami, dan berpikir. Antara lain:
- Ajarkan anak Anda untuk memperhatikan betul-betul informasi yang akan ia hafal/ingat.
- Ajarkan anak Anda untuk melatih konsentrasinya, dengan menjauhkannya dari gadget dan fokus selama 30 menit.
- Ajarkan anak Anda untuk mengingat materi pelajaran bukan dengan menghafal melainkan dengan memahaminya dalam sebuah konteks.
- Ajarkan anak Anda untuk memahami apa pentingnya materi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Karena, semakin dia paham apa manfaat dari materi itu, maka semakin mudah materi itu tersimpan di otak dan semakin mudah pula diingat.
- Ajarkan anak Anda untuk merangkai informasi-informasi yang ia pelajari ke dalam rangkaian-rangkaian. Misalnya, dengan menyingkatnya. Anak-anak zaman sekarang sering menyingkat kalimat seperti “i don’t know” menjadi “idk”, “for your information” menjadi “fyi”, dst. Hal itu menjadikan ruang working memory tidak cepat penuh sehingga bisa digunakan untuk mengingat informasi lainnya.
Selain cara-cara barusan, Anda juga perlu memperhatikan kebiasaan anak Anda karena ada kebiasaan tertentu yang bisa menjaga performa working memory-nya dan ada juga kebiasaan-kebiasaan tertentu yang menjadikan working memory-nya tidak bekerja dengan baik.
Ring 11 - Apa Saja Kebiasaan & Nutrisi yang Dibutuhkan untuk Menjaga Performa Otak Anak?
Berikut beberapa makanan yang dibutuhkan untuk menjaga performa otak anak:
- Sereal seperti beras, oat, dan gandum.
- Buah seperti alpukat, pisang, mangga, dan aprikot.
- Sayur seperti kentang, wortel, buncis, labu, tahu, tempe.
- Daging seperti daging ayam, ikan, seafood, daging sapi.
- Yogurt, susu, dan keju.
Sedangkan beberapa kebiasaan yang dibutuhkan untuk menjaga performa otak antara lain:
- Olahraga.
- Tidur malam yang cukup.
- Hindari gangguan konsentrasi seperti gadget, game, dan media sosial.
- Latih anak Anda untuk bisa berkonsentrasi dalam waktu yang lama.
David Walsh merupakan seorang pembicara dalam bidang psikologi anak dan remaja, dan perkembangan otak anak. Pernah menjadi konsultan di WHO, dia adalah pendiri dari Mind Positive Parenting di Minneapolis.
Demikianlah bagaimana akhirnya Fais dan Tira mendapatkan insight dari buku “Smart Parenting, Smarter Kids.” Kini keduanya telah tahu apa yang harus dilakukan untuk membantu anak mereka sukses dalam belajar, yang antara lain:
- Melatih kemampuan konsentrasinya dengan membatasi penggunaan gadgetnya dan membiasakannya fokus dalam minimal 30 menit.
- Untuk membantu anak mengingat materi pelajaran, antara lain dengan mengajarkannya memperhatikan betul-betul informasi yang ingin dia hafal/ingat. Di samping itu juga perlu mengajarkannya untuk memahami informasi dalam konteks, bukan secara terpisah-pisah.
- Untuk mengingat materi dengan mudah, orangtua juga bisa mengajarkan anak untuk menyingkat kata atau kalimat tertentu.
- Mengingat juga berkaitan erat dengan emosi. Semakin penting informasi bagi anak, maka semakin mudah anak menghafal dan mengingat informasi itu. Oleh karenanya, orangtua bisa mengajarkan anak untuk menggali apa manfaat dari materi yang dipelajari agar ia merasa bahwa materi itu penting.
- Untuk menjaga performa otak, orangtua harus memperhatikan nutrisi anak. Berikan makanan yang baik untuk otak seperti tahu, tempe, daging, ikan, seafood, yogurt, buah, dan sayur.
- Orangtua juga perlu memperhatikan kebiasaan anak untuk bisa menjaga performa otak mereka. Ajarkan anak untuk tidur malam yang cukup, ajarkan mereka untuk memperhatikan sesuatu dengan baik, dan ajarkan ia untuk olahraga rutin setiap hari.
Terima kasih telah menemani perjalanan Fais dan Tira, semoga manfaatnya bisa Anda rasakan juga. Sukses selalu. Sampai bertemu di BaRing selanjutnya.
Jika ada masukan dan ide untuk BaRing.Digital silakan email kami ke ingat@baring.digital.
Rekomendasi Baring Lainnya