![Train Your Mind Change Your Brain Train Your Mind Change Your Brain](https://baring.digital/wp-content/uploads/2021/11/MINDFUL_SELF_DISCIPLINE_by_Giovanni_Dienstmann-e1636010760234.jpeg)
Mindful Self-Discipline
Giovanni Dienstmann
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
ring 6
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Jenny sering merasa bersalah dan menyesal. Penyebabnya, dia selalu tidak bisa menolak godaan dan kesenangan jangka pendek. Dibanding melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan, dia lebih memilih untuk melakukan hal-hal tidak penting seperti scrolling media sosial berjam-jam, bermalas-malasan, menonton TV, dst.
Sering juga dia merasa malu pada diri sendiri karena dia merasa terlalu lemah pada dorongan-dorongan impulsif. Dia merasa, dirinya tidak memiliki kontrol diri, sesuatu yang sangat memalukan baginya.
Ia heran kenapa dirinya bisa seperti itu. Apakah karena dia terlalu sering memaklumi diri sendiri? Apakah karena dia kurang berkeras pada diri sendiri? Atau, apakah karena memang dari sananya dia memang dilahirkan seperti itu?
Ia sangat ingin seperti orang lain yang semangat mencapai goal, bisa menunda kesenangan, dan tahan melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan tapi penting untuk kesuksesan.
“Rahasianya apa sih bisa disiplin gitu?” tanyanya pada salah seorang temannya. Kemudian, temannya pun menyodorkan sebuah buku berjudul “Mindful Self-Discipline: Living with Purpose and Achieving Your Goals in a World of Distractions” karya Giovanni Dienstmann kepadanya.
Sembari menyodorkan buku itu, temannya berkata, “Baca buku ini. Nanti kamu akan tau.” Dan, dia pun lalu membacanya, berharap menemukan insight berharga dalam buku tersebut.
So, akankah ia menemukan apa yang dicarinya? Yuk, ungkap cerita selengkapnya dalam BaRing berikut ini.
Ring 1 -Apa Itu Disiplin Diri?
Kedisiplinan diri adalah kemampuan untuk hidup selaras dengan tujuan dan nilai tertinggi kita dari waktu ke waktu. Kedisiplinan adalah kemampuan untuk menghadapi rintangan internal dan eksternal, berkomitmen pada apa yang penting untuk diri kita, dan membiarkan hal yang penting tersebut memandu cara berpikir kita, pilihan-pilihan yang kita buat, dan tindakan-tindakan yang kita lakukan, hingga kita mencapai goal yang kita inginkan.
David Eagleman, penulis buku “Incognito: The Secret Lives of the Brain” menjelaskan bahwa perilaku kita senantiasa merupakan hasil dari pertarungan yang terjadi di otak antara hal-hal yang hanya memenuhi keinginan jangka pendek kita, yang umumnya datang dari nafsu dan dorongan instingtif, dan hal-hal yang bisa memenuhi keinginan jangka panjang kita. Dan, disiplin diri adalah kemampuan untuk memilih hal-hal yang bisa mengantarkan kita pada tujuan jangka panjang tersebut dan mengabaikan dorongan-dorongan instingtif.
Dalam bahasa Yunani Kuno, disiplin disebut “enkrateia”, yang terdiri dari “krat” yang berarti kendali atau kekuatan. Disiplin diri adalah kekuatan inti kita. Ia berarti penguasaan diri. Dan, ia adalah sumber dari semua kekuatan lain.
Ada banyak aspek yang membentuk kemampuan disiplin diri. Di permukaan, aspek-aspek ini tampak terpisah satu sama lain, akan tetapi sebetulnya mereka terkait satu sama lain. Jika kita melihat disiplin diri melalui lensa apa perannya untuk kita, kita akan temukan bahwa disiplin diri akan membuat kita:
· Fokus pada apa yang terpenting, meskipun banyak distraksi dan godaan di hadapan kita. Disiplin diri akan mendorong kita menghabiskan waktu dan energi pada hal-hal yang menambah nilai pada kehidupan kita. (Fokus)
· Disiplin diri juga akan mendorong kita melakukan hal-hal yang perlu kita lakukan untuk mencapai tujuan besar kita, tak peduli apakah kita sedang capek, bosan, atau pun tidak mood dan tak peduli sebesar apapun rintangannya. (Willpower)
· Disiplin diri juga akan menghentikan kita dari melakukan apa yang kita tahu tidak baik untuk kita, dan mendorong diri kita untuk melakukan hal-hal yang baik untuk diri kita. (Kontrol diri)
· Disiplin diri juga akan menangkal sikap menunda-nunda, rasa takut, dan keraguan. Kemampuan ini akan mendorong kita untuk tetap di jalur tujuan kita, sekalipun kita sedang tidak termotivasi. (Tekad)
· Disiplin diri mendorong kita untuk memenuhi janji dan komitmen kita, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. (Integritas, dapat dipercaya)
· Disiplin diri mendorong kita hidup sesuai dengan nilai, standar, dan aturan-aturan kita. Ia menyesuaikan pemikiran dan tindakan kita sesuai dengan diri ideal kita. (Otentisitas)
· Disiplin diri menjadikan kita mampu tampil sebagai diri terbaik dalam hidup, relasi, dan pekerjaan kita. (Kebaikan)
· Disiplin diri mendorong kita melakukan apa yang kita tahu perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan dalam berbagai aspek kehidupan. Ia menjadikan kita fokus pada apa yang bisa kita kontrol dan menerima apa yang tidak bisa kita kontrol. (Tanggung jawab, kepemilikan)
· Disiplin diri menjadikan kita hidup dengan tujuan yang jelas, tidak impulsif, dengan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi jangka panjang dari setiap keputusan yang kita pilih. Ia menjadikan kita mampu menolak godaan dan gratifikasi instan jika godaan dan gratifikasi tersebut tidak selaras dengan goal jangka panjang kita. (Vision)
· Disiplin diri menjadikan kita bangkit dengan mudah setiap kali kita jatuh, dan yakin bahwa kita akan mencapai kesuksesan kita suatu hari nanti. (Ketekunan, ketahanan)
· Tetap berpegang pada rencana sekalipun ketika usaha kita tampak tidak akan berhasil, dan menyelesaikan apa yang kita mulai. (Grit)
· Disiplin diri mendorong kita untuk mengorganisir kehidupan kita - pemikiran, emosi, tindakan, dan kebiasaan-kebiasaan kita -sedemikian rupa untuk mencapai tujuan bermakna kita. (Integrasi, Keutuhan)
· Disiplin diri akan mendorong kita untuk terus belajar. Kata “disiplin” memiliki akar yang sama dengan kata “disciple” yang artinya murid/pembelajar. (Pertumbuhan)
Disiplin diri mengandung dua aspek, yakni aspek internal dan eksternal. Aspek internalnya adalah kemampuan kita untuk membangun dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang baik, menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk, dan bertindak selaras dengan goal-goal kita.
Sedangkan aspek internalnya adalah self-mastery alias penguasaan diri. Aspek internal adalah apa yang menjadikan aspek eksternal bisa terwujud. Ini adalah kemampuan kita untuk mengharmoniskan dan mengkoordinasi elemen-elemen yang berbeda-beda antar dunia internal kita, yakni pikiran, emosi, dorongan-dorongan instingtif, dan goal-goal kita. Ini berarti bahwa kita memiliki kekuatan untuk memilih hal-hal yang mengantarkan kita mencapai goal-goal besar kita dibanding hal-hal yang menarik kita mundur. Tanpa aspek internal ini, kita tidak akan memiliki kendali atas diri kita sendiri dan atas kehidupan kita.
Ring 2 - Apa Peran dan Manfaat Disiplin Diri dalam Kehidupan?
Melihat pengertian disiplin diri di Ring 1, kita bisa simpulkan bahwa dengan kedisiplinan diri, kita bisa mengatasi kesenangan jangka pendek yang seringkali menarik kita mundur, seperti bermalas-malasan, mengonsumsi makanan tak sehat, menonton TV berlebihan, dan scrolling media sosial dan mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan besar kita, seperti bekerja, berolahraga, belajar, dan melakukan perencanaan.
Ini sangat penting karena seperti yang dijelaskan di Ring 1, di otak kita selalu terjadi pertempuran antara dorongan-dorongan kesenangan sesaat dengan keinginan-keinginan jangka panjang kita. Dan, pertempuran ini diperparah dengan situasi yang ada hari ini, di mana semua hal berebut perhatian kita, mulai dari Youtube, notifikasi marketplace, notifikasi medsos, WA, telegram, dan masih banyak lagi. Semua hal seolah didesain sedemikian rupa untuk menarik perhatian kita sehingga sangat sulit untuk bisa fokus pada hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai goal kita.
Tanpa disiplin diri, sudah pasti hidup kita dikendalikan oleh kesenangan-kesenangan dan dorongan-dorongan tersebut karena kesenangan-kesenangan itu pengaruhnya jauh lebih kuat dibanding keinginan jangka panjang kita. Kesenangan-kesenangan itu memberikan kita kenikmatan instan, sedangkan keinginan jangka panjang baru terasa nikmatnya setelah kita mencapainya.
Inilah mengapa pengaruh kesenangan jangka pendek lebih besar dibanding pengaruh keinginan jangka panjang kita.
Dengan kedisiplinan diri, pemegang kendali hidup kita bukan lagi kesenangan-kesenangan sesaat melainkan diri kita, kehendak sadar kita.
Berikut ini beberapa manfaat lain memiliki kedisiplinan dalam diri kita.
· Membuat kita lebih percaya diri dengan kemampuan kita
Memiliki kedisiplinan diri menjadikan kita pribadi yang mandiri, yang senantiasa mengandalkan diri sendiri dalam mengatasi masalah apapun. Memiliki kedisiplinan diri juga menjadikan kita orang yang bertanggung jawab atas hidup kita dan tidak menuntut pihak lain untuk bertanggung jawab atas kehidupan kita. Kitalah yang memegang kendali hidup kita, kita yang menentukan semua keputusan.
Terbiasa dengan sikap mandiri dan bertanggung jawab seperti itu pada akhirnya akan membuat kita lebih percaya diri bahwa kita mampu mengatasi masalah dan tantangan apapun dalam hidup kita. Kita percaya dengan kemampuan kita karena kita telah sering melihat diri kita berhasil mengatasi masalah kita.
· Mengantarkan kita pada kesuksesan kita
Dengan kedisiplinan diri, kita bisa fokus pada hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai goal kita dan mengabaikan hal-hal yang membuat hidup kita mundur. Kita juga bisa “memaksa” diri kita untuk melakukan hal-hal tersebut meskipun kita sedang bosan, malas, dan tidak termotivasi. Kita bisa mengabaikan rasa bosan dan malas kita. Kita juga tidak menunda-nunda. Di samping itu, dengan kedisiplinan diri, kita juga akan lebih konsisten dengan tujuan kita, kita bisa terus mendorong diri kita untuk tetap berada di jalur tujuan kita hingga kita mencapainya.
· Menjaga kesehatan fisik dan pikiran kita
Ada banyak sekali cara untuk menjaga kesehatan fisik dan pikiran kita. Ada banyak program, formula, dan teknik untuk menurunkan atau mempertahankan berat badan ideal. Ada banyak pola makan yang diklaim mampu menjaga keseimbangan tubuh. Akan tetapi, kesemua program, teknik, dan formula itu sama-sama menuntut kita untuk take action, menjalankannya dengan disiplin.
Terbiasa disiplin akan memudahkan kita menjalankan progam, teknik, atau formula tersebut dengan baik, sehingga hasilnya pun bisa maksimal.
· Meningkatkan relasi kita dengan orang lain
Banyak sekali masalah dalam relasi antar sesama manusia yang bersumber dari sikap impulsif dan reaktif. Dalam kata lain, kita seringkali kehilangan kendali atas diri kita dan tindak-tanduk kita lebih dikendalikan oleh emosi seperti marah, takut, cemburu, tamak dst, yang pada akhirnya malah membuat kita menyesal.
Kedisiplinan diri menjadikan kita mampu berhenti sejenak untuk meredakan emosi dan berpikir dengan jernih, sehingga menghasilkan respons yang menguntungkan kedua pihak dan jauh dari konflik.
· Memberikan kita kedamaian
Karena disiplin diri mendorong kita konsisten melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kita dan menjadikan kita mampu mengabaikan hal-hal yang menarik kita mundur, maka pada akhirnya kedisiplinan diri juga membuat kita puas dan merasa damai dengan hidup kita. Kita tidak lagi merasa bersalah dan menyesal.
Ring 3 - Apa Maksud “Mindful” Self-Discipline dalam Buku Ini?
Untuk menjelaskannya, mari kita mulai dari persepsi banyak orang mengenai kedisiplinan. Berbicara mengenai kedisiplinan, mungkin yang muncul di benak kita adalah disiplin baja seperti pelatihan militer. Kita harus melakukan kewajiban-kewajiban kita tanpa kompromi sama sekali dan tidak boleh melanggarnya. Tidak ada waktu untuk bersenang-senang, semua hal yang kita lakukan adalah hal penting dan bukan hal remeh-temeh.
Membayangkan disiplin diri, banyak orang yang terlintas kehidupan yang terkekang, yang tidak bebas, kaku, dan penuh aturan.
Dengan gambaran seperti ini, tidak heran banyak orang yang menolak menerapkan disiplin diri. Disiplin diri dianggap berlebihan dan malah bisa membuat kita down.
Akan tetapi, sebetulnya disiplin diri tidak selalu harus seperti itu. Kita masih bisa berdisiplin diri sembari sesekali menikmati kesenangan-kesenangan sesaat, memenuhi kesenangan jangka pendek kita. Dan, inilah inti dari “mindful” self-discipline.
Mindful self-discipline mengajak kita untuk mengharmoniskan seluruh bagian diri kita untuk mencapai goal yang bermakna, dan bukan “memaksa” diri kita untuk mencapai goal itu.
Dengan mindful self-discipline, kita akan dengan suka rela mengabaikan kesenangan jangka pendek dan dengan suka rela pula melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai goal kita. Kata kuncinya adalah “suka rela”. Dengan kesukarelaan, maka hal seberat apapun akan terasa ringan dalam melakukannya.
Untuk bisa memiliki kesukarelaan seperti itu, hal terpenting yang perlu dimiliki adalah kesadaran/awareness bahwa kita perlu mengabaikan kesenangan-kesenangan sesaat dan melakukan hal-hal yang penting untuk tujuan kita. Inilah kenapa kedisiplinan berdasarkan kesukarelaan ini disebut “mindful” self-discipline. Karena, mindful berarti sadar.
Dengan mindful self-discipline, kita tidak akan menyalahkan diri sendiri ketika diri kita lebih memilih godaan jangka pendek dibanding melakukan hal-hal penting. Kita akan tetap tenang, tidak menghakimi diri kita, memaklumi kesalahan kita, dan dengan ramah menarik diri kita kembali pada tujuan kita. Karena, emosi negatif seperti menyalahkan diri sendiri hanya akan menghancurkan kedisiplinan kita.
Di samping itu, ketika kita memilih godaan jangka pendek dibanding hal-hal penting, ini pun sepenuhnya kita lakukan dengan sadar sesuai kehendak sadar kita. Mungkin karena sebelumnya kita telah memasukkannya dalam rencana kita. Misal, kita memiliki rencana untuk menjaga kesehatan dengan menerapkan pola makan yang sehat setiap hari. Tetapi, di hari Minggu, kita memberikan kebebasan kepada diri kita untuk makan satu makanan apapun yang kita inginkan. Maka, di hari Minggu, kita memakan cokelat. Nah bisa dikatakan bahwa ini (memakan cokelat) adalah pilihan sadar kita. Kita memakannya bukan karena dorongan impulsif, melainkan karena kita sudah merencanakan untuk memakannya.
Jadi, bisa dikatakan bahwa mindful self-discipline adalah kedisiplinan diri di mana kita sepenuhnya menjadi tuan bagi hidup kita. Ketika kita melakukan hal-hal berat, kita melakukannya dengan suka rela tanpa paksaan, sesuai kehendak kita. Dan ketika kita melakukan kesenangan-kesenangan jangka pendek, kita juga melakukannya dengan suka rela sesuai kehendak kita, bukan karena dorongan impulsif kita. Sehingga, tidak timbul penyesalan dan rasa bersalah dalam diri kita. Dan, kedisiplinan diri seperti ini jauh lebih powerful dibanding disiplin diri yang dipaksakan.
Ring 4 - Apa Itu Willpower dan Apa Perannya dalam Membangun Kedisiplinan?
Ya, mungkin Anda sering mendengar tentang willpower. Ketika membahas mengenai mencapai sukses, mencapai goal, dan melakukan perubahan diri, banyak influencer yang menjelaskan bahwa untuk melakukan itu semua kita tidak bisa bersandar kepada willpower. Alasan yang umumnya diberikan adalah karena willpower bisa berkurang. Atau, melakukan sesuatu dengan willpower membuat kita “menderita” karena willpower “memaksa” kita.
Tapi, benarkah demikian faktanya?
Untuk menjawabnya, mari kita perjelas dulu apa yang dimaksud dengan willpower. Banyak orang yang menyamakan willpower dengan kedisiplinan itu sendiri. Tapi di sini, kita akan mengetahui perbedaan keduanya.
· Willpower
Willpower adalah kemampuan untuk mengarahkan perhatian/attention, emosi, dan tindakan kita pada apa yang kita kehendaki, sekalipun banyak godaan yang mencoba mendistraksi perhatian kita. Sebagai contoh saat kita tetap fokus mengerjakan tugas meskipun rasanya ingin scrolling media sosial. Atau, memakan sayur dan buah-buahan meskipun rasanya tidak enak. Ini adalah kekuatan ke-mau-an.
Di samping itu, willpower juga berarti kemampuan untuk mengabaikan kesenangan-kesenangan jangka pendek, atau menunda kesenangan, sekalipun dorongan-dorongan untuk melakukannya sangat besar. Ini adalah kekuatan ketidak-mau-an.
· Disiplin diri
Disiplin diri adalah penerapan kesadaran diri (self-awareness) dan willpower sepanjang waktu, dengan tujuan bisa menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai yang tinggi dan memilih tindakan-tindakan yang selaras dengan goal-goal jangka panjang kita.
Disiplin diri memiliki 3 elemen, yakni:
a. Willpower
Sepintas, memang seolah disiplin diri tidak berbeda dengan willpower. Keduanya sama-sama kekuatan “pemaksa”. Akan tetapi, keduanya beda. Willpower ibarat benang, sedangkan disiplin diri ibarat proses menenun dan menjahitnya menjadi baju. Jadi, willpower hanyalah bagian dari kedisiplinan diri, bukan kedisiplinan diri itu sendiri.
b. Motivasi
Motivasi ibarat sesuatu yang mendorong Anda untuk menenun dan menjahit benang yang telah Anda siapkan. Dalam kata lain, motivasi adalah kekuatan yang mendorong Anda untuk memulai.
c. Kebiasaan
Kebiasaan adalah aktivitas yang sangat mudah dilakukan dan bisa dibilang otomatis, akibat terlalu sering kita melakukannya. Ini sangat diperlukan dalam disiplin diri, karena kebiasaan menjadikan hal-hal berat terasa lebih ringan dilakukan.
---------
Banyak influencer yang mengatakan bahwa untuk mengubah diri kita, yang diperlukan adalah membangun kebiasaan dan bukan mengerahkan willpower. Karena, kebiasaan mudah dilakukan, sedangkan melakukan sesuatu dengan willpower sangat berat.
Yach, di satu sisi, ini tepat. Ada banyak aktivitas yang bisa kita jadikan kebiasaan, seperti berolahraga, makan sayur dan buah-buahan, dan membaca buku. Akan tetapi, banyak juga aktivitas yang tidak bisa kita jadikan kebiasaan. Sebagai contoh, mengatasi masalah.
Misal, kita terbiasa berolahraga. Badan kita pun sangat sehat dan bugar. Akan tetapi, suatu hari, saat kita jogging, kita jatuh dan keseleo. Maka, kita perlu mengobatinya, entah dengan mengurutnya atau memberinya obat-obatan tertentu. Aksi “mengurut” atau “mengobati” ini bukanlah kebiasaan kita. Untuk melakukan ini dibutuhkan willpower.
Dalam keseharian kita, willpower sangat penting perannya dalam membangun kedisiplinan diri. Willpower memungkinkan kita melakukan tindakan-tindakan yang tidak bisa dijadikan kebiasaan, mulai dari mengatasi masalah, menemukan ide baru, bernegosiasi, dst.
Bahkan, seringkali meskipun kita telah terbiasa berolahraga atau belajar, tetapi kita tetap membutuhkan willpower untuk melakukannya, yakni saat kita ingin meningkatkan level olahraga atau level belajar kita. Orang yang setiap hari membaca naskah Pancasila, lama-lama akan bisa mengucapkannya dengan lancar tanpa melihat contekan. Tapi, ketika ia ingin menambah hafalan dengan menghafal naskah Undang-Undang Dasar, dia perlu “memaksa diri” untuk melihat contekan, dan “memaksa diri” untuk mengulang-ulangnya sampai hafal. Jadi, untuk membangun kebiasaan pun dibutuhkan willpower.
Nah barusan kita sudah bedah peran penting willpower dalam membangun kedisiplinan. Sekarang, bagaimana cara membangun willpower?
Ring 5 - Bagaimana Cara Membangun Willpower?
Sebelum menjawabnya, mari kita bahas dulu bagaimana karakter willpower, apakah dia bisa habis bila terus digunakan dan harus “dicas” lagi, seperti yang dikatakan oleh pakar psikologi Roy Baumeister? Atau, ia bisa terus ditingkatkan seperti kekuatan otot?
Yach, dalam bukunya yang berjudul “Willpower”, pakar psikologi Roy Baumeister mengungkap bahwa willpower ibarat sebuah baterai. Jika terus digunakan, maka lama-lama akan habis dan jika habis perlu “dicas” lagi agar bisa digunakan kembali.
Tanda bahwa willpower kita penuh adalah kita mudah melakukan hal-hal berat dan yang tidak kita sukai seperti bekerja, membaca buku, atau berpikir. Dan, semakin lama, willpower berkurang, yang ditandai dengan kita semakin capek, semakin malas, dan aktivitas terasa semakin berat.
Cara mengecasnya adalah dengan istirahat dan mengonsumsi glukosa.
Akan tetapi, menurut pakar psikologi yang lain, yakni Carol Dweck, yang juga merupakan penulis buku “Mindset: The New Psychology of Success”, willpower tidak memiliki keterbatasan. Menurutnya, willpower bisa dianalogikan dengan kekuatan otot.
Alasan kenapa kekuatan tangan kanan lebih besar dibanding kekuatan tangan kiri adalah karena, banyak orang yang tidak terbiasa menggunakan tangan kiri mereka. Sejak kecil, kita diajarkan untuk melakukan segala sesuatu dengan tangan kanan sehingga hanya tangan kanan yang terlatih. Sedangkan tangan kiri tidak terlatih sama sekali. Sehingga, untuk mengangkat beban yang ringan pun terasa berat.
Begitu juga dengan atlet angkat besi. Mereka mampu mengangkat beban yang orang rata-rata tidak mampu angkat. Ini bukan karena secara alami mereka lebih kuat dari rata-rata orang, melainkan karena mereka melatih kekuatan mereka.
Nah, willpower pun sama dengan kekuatan otot. Kalau kita terus melatihnya, maka lama-kelamaan kekuatannya pun meningkat. Demikian seterusnya.
Lebih jauh, Dweck juga menjelaskan bahwa alasan kenapa willpower terasa terbatas adalah karena selama ini kita meyakini bahwa willpower memang terbatas. Jadi, menurut Dweck, masalahnya ada di mindset/keyakinan kita. Kalau kita mengadopsi mindset bahwa willpower bisa ditingkatkan, maka kita pun bisa meningkatkan willpower kita dan bisa melakukan sesuatu di luar bayangan kita.
Lalu, argument siapa yang tepat? Jawabannya, keduanya tepat. Willpower memang bisa berkurang jika terus digunakan. Dan, untuk memulihkannya, kita perlu mengecasnya. Tetapi, semakin sering kita menggunakannya, maka kekuatan willpower akan bertambah besar persis seperti ketika kita berlatih otot. Saat latihan otot, kita didorong untuk melampaui kekuatan otot kita, tapi tidak boleh berlebihan. Kita perlu istirahat dan mencoba melakukannya lagi besok hari. Setelah beberapa hari/minggu/bulan melakukan latihan yang sama, kekuatan otot kita pun bertambah.
Willpower juga seperti itu. Untuk melatihnya, kita perlu melakukan sesuatu yang melampaui kekuatan willpower kita. Tapi, tak boleh berlebihan. Kita perlu istirahat untuk memulihkan willpower kita dan melanjutkan latihan besok lagi. Setelah berhari-hari kita melatih willpower untuk melakukan sesuatu yang melampaui kekuatannya, maka kekuatannya akan bertambah.
Lalu, bagaimana cara melatihnya?
1. Abaikan atau tunda kesenangan semampu Anda. Jangan mudah menyerah pada godaan.
2. Pertahankan perhatian Anda pada pekerjaan Anda. Perpanjang durasi kerja Anda. Semisal kalau biasanya setelah 30 menit bekerja Anda istirahat untuk mengecek media sosial atau mendengarkan musik, maka coba untuk bekerja 60 menit, baru setelah itu istirahat.
3. Yakinlah dan adopsi mindset bahwa willpower dapat ditingkatkan. Yakinlah bahwa kita bisa melakukan hal-hal di luar batas kemampuan kita saat ini kalau kita terus melatihnya.
4. Atur energi Anda. Hindari memforsir diri saat melatih willpower. Kalau Anda terbiasa bekerja dalam 30 menit (30 menit kerja, 10 menit istirahat, 30 menit kerja, begitu seterusnya), maka jangan langsung memforsir diri Anda untuk bekerja 3 jam tanpa istirahat. Lakukan dengan terukur.
5. Terapkan gaya hidup yang sehat. Sama seperti kemampuan fisik dan mental yang bergantung pada kesehatan kita, willpower pun demikian. Kalau tubuh kita tidak sehat, maka kita kehilangan kekuatan fisik. Hilangnya kekuatan fisik juga akan berpengaruh pada willpower. Orang yang sakit menjadi lemah dan tidak memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu.
6. Sabar dan konsisten. Melatih kekuatan otot butuh waktu. Demikian juga melatih kekuatan willpower. Oleh karenanya, kita perlu bersabar dan konsisten hingga tujuan Latihan tercapai.
Ring 6 - Bagaimana Prinsip Membangun Mindful Self-Discipline?
Ada 3 prinsip dalam membangun mindful self-discipline, yakni aspirasi, kesadaran, dan aksi. Mari kita bahas satu per satu.
· Aspirasi
Aspirasi adalah alasan kenapa Anda ingin mencapai goal Anda. Ia adalah tujuan akhir Anda, tujuan tertinggi hidup Anda.
Aspirasi berbeda dari goal Anda. Goal hanyalah sarana untuk mencapai aspirasi. Jika gagal mencapai goal Anda, Anda masih bisa mencapai aspirasi Anda dengan mencapai goal lain.
Sebagai contoh, Anda memiliki aspirasi untuk bisa memberikan dampak pada kehidupan orang lain. Untuk mencapainya, Anda menulis sebuah buku yang bisa menginspirasi banyak orang. Kalau pun Anda tidak bisa menulis buku, Anda masih bisa mencapainya dengan cara lain, misal dengan membantu orang lain, mengikuti kegiatan bakti sosial, dst.
Kenapa aspirasi penting dalam membangun kedisiplinan diri adalah karena aspirasi memberikan kita motif, memberikan kita alasan kenapa kita harus mencapai goal kita. Aspirasi memotivasi kita untuk take action. Tanpa aspirasi, kita akan melakukan hal-hal penting dengan terpaksa.
· Kesadaran (Awareness)
Kesadaran berarti kemampuan untuk melihat ke dalam diri kita, melihat pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Ini adalah kemampuan untuk berrefleksi dan berkontemplasi. Sehingga kita bisa menilai apakah pikiran, perasaan, dan tindakan tersebut mendukung tujuan kita atau tidak dan dapat menggantinya dengan pikiran, perasaan, dan tindakan yang lebih mendukung.
· Aksi
Aksi di sini bukanlah aksi random, melainkan aksi yang terorganisir, yang sedemikian rupa mampu mengantarkan kita mencapai tujuan kita. Buatlah rencana step by step untuk mencapai goal Anda, dan lakukan dengan disiplin.
Giovanni Dienstmann merupakan seorang penulis, guru meditasi, coach, dan pembicara. Dia juga Founder dari Live and Dare, sebuah blog yang membahas tema seputar meditasi, penulis buku “Practical Meditation”, yang diterjemahkan dalam delapan bahasa.
Akhirnya, tuntas sudah perjalanan Jenny. Ia pun mendapatkan insight yang bisa ia terapkan dalam membangun disiplin diri. Beberapa di antaranya adalah:
1.Kedisiplinan diri adalah kemampuan untuk hidup selaras dengan tujuan dan nilai tertinggi kita dari waktu ke waktu. Kedisiplinan adalah kemampuan untuk menghadapi rintangan internal dan eksternal, berkomitmen pada apa yang penting untuk diri kita, dan membiarkan hal yang penting tersebut memandu cara berpikir kita, pilihan-pilihan yang kita buat, dan tindakan-tindakan yang kita lakukan, hingga kita mencapai goal yang kita inginkan.
2.Beberapa manfaat memiliki kedisiplinan diri antara lain, meningkatkan kepercayaan diri akan kemampuan kita, mengantarkan kita pada kesuksesan, meningkatkan relasi dengan orang lain, menjaga kesehatan kita, dan membuat kita puas dan bahagia dengan hidup kita.
3.Mindful self-discipline berarti kedisiplinan diri yang tidak berbasis pemaksaan, melainkan berbasis kerelaan diri. Kita menunda kesenangan dan fokus melakukan hal-hal yang penting untuk bukan karena memaksa diri melainkan karena kita paham apa pentingnya menunda kesenangan dan berfokus pada hal-hal penting tersebut.
4.Willpower adalah kemampuan untuk menunda kesenangan dan berfokus melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Peran willpower ibarat benang, sebagai bahan/elemen dalam membangun kedisiplinan.
5.Willpower bisa ditingkatkan seperti meningkatkan kekuatan otot kita. Caranya dengan terus melatihnya dengan melakukan hal-hal yang berat, susah, dan tidak menyenangkan.
6.Ada 3 prinsip untuk membangun kedisiplinan yakni aspirasi, kesadaran diri, dan aksi.
Terima kasih telah mengikuti perjalanan Jenny, semoga Anda menikmati & mendapatkan manfaat dari DeRing ini.
Sampai bertemu di Baring selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital dan jika Anda ingin mendalami buku “Mindful Self-Discipline” lebih lanjut, Anda bisa memesannya di sini.
Sukses selalu untuk Anda.
Rekomendasi Baring Lainnya
![MINDFUL_SELF_DISCIPLINE_by_Giovanni_Dienstmann](https://baring.digital/wp-content/uploads/2021/11/MINDFUL_SELF_DISCIPLINE_by_Giovanni_Dienstmann-e1636010760234.jpeg)