ME TO WE: Finding Meaning In A Material World
Craig Kielburger & Marc Kielburger
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
Ring 6
-
Ring 7
-
Ring 8
-
Ring 9
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Kemarin, di saat jam makan siang, Jesse yang telat keluar ruangan, mencari-cari meja kosong untuk tempatnya makan siang. Matanya dikejutkan oleh kumpulan karyawati yang melambai-lambaikan tangannya.
“Sini, Jes,” ujar Mima, salah seorang temannya yang ada di meja itu.
Awalnya Jesse agak ragu, tapi karena kantin sedang penuh, ia pun menghampiri 3 temannya yang memanggilnya itu. Baru saja duduk, Jesse langsung diserbu dengan berbagai pertanyaan dan cerita-cerita.
“Hei, tahu gak, Jes, si artis milyarder yang lagi nge-hits itu? Sekarang dia kan punya rumah baru. Gede banget. Gak kalah mewah dari rumah lamanya,” ujar Suki memulainya.
Mima menimpali, “Ngapain ya punya rumah mewah banyak-banyak? Segitunya bingung belanjain uang-uangnya ya?”
Witi tidak mau kalah, “Iya ya. Padahal masih banyak yang membutuhkan, lho. Dia gak mau apa ngebahagiain orang lain? Egois banget.”
Jesse hanya tersenyum dan mengangguk-angguk saja mendengarkannya. Inilah kenapa tadi ia merasa ragu, karena memang kumpulan karyawati ini terkenal dengan kebiasaan bergosipnya. Jesse pun buru-buru menyelesaikan makannya karena merasa tidak kerasan.
Setelah selesai ia pun pamit duluan untuk kembali ke ruangan. Namun, sebenarnya, perbincangan itu meninggalkan sesuatu di benak Jesse. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah lama berkecamuk di pikirannya jadi semakin kuat.
“Apakah memang kemakmuran bisa memberikan kebahagiaan? Jika tidak, dari mana kebahagiaan bisa didapatkan? Apakah egois jika kita menyenangkan diri sendiri? Bagaimana supaya kita tetap bisa bahagia tapi tidak egois?”
Karena makin kuat pertanyaan-pertanyaan tersebut, Jesse pun mencari jawabannya di internet. Salah satu artikel yang dibacanya, mereview sebuah buku yang berjudul Me to We, karya Creig dan Mark Keilburger. Menurut review tersebut buku itu menjelaskan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki.
Itulah kenapa saat ini Jesse sangat bersemangat membaca buku yang baru dikirim setelah ia memesan secara online kemarin. Apakah buku ini benar-benar bisa menjawab pertanyaan dibenaknya?
Mari kita simak bersama di BaRing berikut ini.
Ring 1 - Apakah Kemakmuran Selalu Membawa Kebahagiaan?
Tahukah Anda Negara mana yang memiliki masyarakat paling bahagia? Kebanyakan jawaban kita mungkin Negara yang berada di Amerika Utara atau Eropa barat. Tapi itu salah. Para peneliti menemukan bahwa Nigeria memiliki persentase tertinggi orang-orang yang berbahagia, diikuti oleh Mexico, Venezuela, dan El Salvador.
Benar, tidak satupun negara paling makmur bisa menduduki empat besar. Bagaimana dengan US? Negara ini berada urutan ke 16.
Sebagian besar dari kita menganggap bahwa orang dengan standar kehidupan yang relatif rendah bisa lebih bahagia daripada mereka yang hidup lebih mewah itu, merupakan hal yang tidak masuk akal. Tapi memang itu kenyataannya.
Sekilas saja sudah bisa diketahui bahwa banyak dari kita berusaha membeli kebahagiaan kita. Hal itu mengakibatkan tingginya “terapi eceran” sebagai obat rasa tidak puas. Tapi semakin dalam kita mencari tahu apa yang bisa dibeli oleh uang dan apa yang tidak bisa, seringkali jawabannya cukup mengejutkan kita.
Dalam hal uang, semakin banyak Anda memilikinya, semakin banyak yang Anda inginkan. Semakin makmur Anda, semakin banyak “kebutuhan” Anda. Segera, hal-hal yang dulunya mewah bagi kita, menjadi biasa, dan segera, kesenangannya memudar.
Dan juga ada gejala “bersaing dengan tetangga”, dorongan untuk tidak mau kalah dengan tetangga yang menyebalkan yang sepertinya selalu lebih baik dari Anda. Karena selalu ada saja yang memiliki lebih dari yang kita punya.
Keinginan konstan untuk “bersaing dengan tetangga” menjadi sumber tekanan yang tidak mengarah pada kebahagiaan, tapi kecemburuan, kegelisahan, dan stress. Kita sering menyaksikan hal ini dalam keseharian kita.
Jika uang itu sendiri tidak mengarahkan pada kebahagiaan, begitu juga yang sering kita korbankan untuk mendapatkannya: waktu.
Ring 2 - Kenapa Waktu Tidak Mengarahkan Kita Pada Kebahagiaan?
Faktanya, kita punya banyak waktu, tapi begitu hilang maka tidak akan pernah kita dapatkan lagi.
Ketika kita terjebak pada perlombaan untuk selalu terdepan, yang menyita waktu kita dari pasangan dan anak-anak kita, kita berisiko menjadi korban dari kekosongan yang sering kita sebut fenomena kaya-tapi-miskin.
Dalam upaya memenuhi tenggat, mengesankan klien, dan naik jabatan, mudah sekali menjadi terlalu fokus dalam menyelesaikan tugas tertentu. Kita tidak menyadari bahwa tindakan kita mempengaruhi keberadaan personal kita, dan mempengaruhi kehidupan mereka yang disekitar kita.
Tapi kehidupan super sibuk bukan selalu hal buruk. Tentu saja, sibuk itu penting untuk orang yang punya banyak impian. Jabatan berpengaruh dalam masyarakat menuntut komitmen waktu dan energi yang besar.
Dan hasrat untuk berkontribusi membuat orang menjalani kehidupan yang sibuk. Tapi jika kesibukan itu tidak menyisakan waktu, energi dan dorongan untuk fokus pada siapapun kecuali diri kita, maka di situlah masalahnya.
Sangat menggoda untuk mempercayai bahwa cara kita hidup sekarang ini adalah satu-satunya cara. Namun itu juga menyesatkan. Kita punya pilihan setiap harinya, dan dengan membuat keputusan yang berbeda kita bisa mengubah jalan hidup kita
Ring 3 - Apa itu Filosofi Me to We, dan Bagaimana Pengaplikasiannya?
Banyak orang yang menjalani hidup terobsesi mengumpulkan banyak hal yang akhirnya hanya tersimpan di lemari dan berdebu di garasi. Ukurlah kesuksesan Anda dengan berapa banyak kehangatan yang Anda berikan dan senyuman yang Anda pancarkan ke wajah orang-orang.
Pada budaya kita sekarang, kita terus mendapat pesan bahwa keberhasilan adalah mengenai hal yang kita punya. Dari keluarga, sekolah, pekerjaan kita dihadapkan pada situasi yang semakin kompetitif. Tekanan untuk menjadi nomor satu selalu kita dapati setiap hari. Mengimbangi saja tidak cukup, kita harus berbuat lebih. Kita cenderung mementingkan diri kita sendiri.
Mentalitas Me, adalah cara berpikir yang fokus untuk mendahulukan kepentingan diri sendiri diatas kepentingan sesama yang tercermin pada tindakan. Untuk berpindah dari mental me, pertama kita harus memahami we – yaitu, segala yang ada di dunia di luar diri kita sendiri.
Me to We adalah sebuah pendekatan dalam kehidupan yang mengarahkan kita untuk mengenali apa yang benar-benar berharga, membuat keputusan baru mengenai cara yang kita inginkan untuk hidup, dan mendefinisi ulang tujuan yang kita rancang untuk diri sendiri dan apa yang ingin kita wariskan.
Di atas itu semua, Me to We menciptakan cara baru mengukur makna, kebahagiaan, dan keberhasilan dalam kehidupan kita dan membuat tujuan yang sulit dipahami bisa tercapai.
Me to We bisa diartikan sebagai perubahan dari hidup yang hanya mementingkan diri sendiri menjadi kehidupan yang lebih peduli terhadap orang-orang dan lingkungan sekitar dari lingkup terkecil sampai lingkup terbesar.
Supaya terjadi transisi kita bisa menggunakan empat kemampuan terdalam yang kita semua miliki dan bisa kita kembangkan dengan latihan. Kita hanya harus terbiasa menggunakannya. Apa saja itu?
Satu, bersyukur. Dengan bersyukur kita bisa berpindah dari pola pikir kelangkaan. Ini artinya apapun yang kita miliki atau lakukan tidak pernah cukup, berpindah menjadi pandangan kelimpahan, yaitu: kita bisa menghargai semua anugerah yang kita dapati dalam kehidupan dan menyadari tentang apa yang harus kita bagi.
Dua. Empati. Sebuah cara untuk membangun hubungan emosional dengan orang lain pada tingkatan terdalam. Empatilah yang memungkinkan kita untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Empatilah yang memampukan kita memahami seberapa banyak yang kita bagi dengan mereka di sekitar kita, tidak peduli betapa banyaknya perbedaan dengan kondisi, gaya hidup, dan pandangan kita.
Tiga. Mendefinisi ulang kebahagiaan. Inilah yang bisa membantu kita memahami bahwa kebahagiaan bukan tentang memiliki berbagai macam benda, dari boneka, iPod, sampai rumah musim panas. Kebahagiaan adalah mengenai apa yang kita pilih untuk lakukan di kehidupan kita.
Terakhir. Mendefinisi ulang gagasan kita mengenai masyarakat. Dengan cara ini kita bisa menciptakan sebuah visi yang lebih berguna, bermakna, dan menyeluruh. Kita bisa mulai mengembangkan lingkaran kasih sayang dan mengenai tujuan yang menguntungkan semua, hal-hal dasar yang kita semua inginkan tidak peduli siapa kita.
Ring 4 - Bagaimana Cara Bersyukur dalam Transisi Me to We?
Bersyukur sangat penting dalam memperkuat kita sebagai individu dan masyarakat. Dalam menghubungkan kita dengan orang lain, bersyukur punya peran yang kuat dalam transisi Me to We.
Kita akan menyadari bahwa bisa bangun di pagi hari itu adalah anugerah. Kita belajar berterima kasih untuk perut yang kenyang, untuk atap dan tempat tinggal, untuk keluarga dan teman, dan kepuasan dalam pekerjaan yang kita lakukan. Adalah rasa syukur yang membuat kita tetap maju di tengah berbagai kesulitan yang mendera.
Pada dasarnya, melatih rasa syukur adalah dengan melatih pikiran Anda untuk memperhatikan, merasakan, dan mengingat aspek positif dalam kehidupan. Bukan berarti menipu diri sendiri.
Kita hanya membuat pilihan sadar untuk mengabaikan ketakutan dan rasa tidak aman untuk mengembangkan rasa kekaguman dan penghargaan kepada dunia. Kemudian kita akan memandang situasi dalam hal peluang yang ada lebih dari kesulitan yang ditimbulkan.
Ring 5 - Bagaimana Cara Melatih Empati agar Bisa Mengubah Me to We?
Empati memungkinkan kita untuk melihat orang lain dan melihat bayangan diri kita sendiri atau orang yang kita sayangi. Apakah Anda memahaminya sebagai kasih sayang, atau sebagai pemahaman simpatik terhadap perasaan lain, itu adalah kebalikan dari pengabaian dan penolakan.
Ketika kita terbuka akan empati, kita merasakan jika seseorang dalam kesulitan, dan kita merasakan dorongan untuk membantu.
Jika empati itu dipelihara dan dibiarkan berkembang, maka akan bersemi menjadi salah satu aspek paling indah dari kemanusiaan kita. Empati akan membuka hati kita dan pikiran kita terhadap kemungkinan dukungan dan pemahaman kolektif.
Satu cara untuk mengembangkan penghargaan yang lebih baik terhadap situasi orang lain adalah dengan membayangkan bagaimana rasanya jika Anda berada pada situasi orang tersebut.
Merasa empati mendorong kita untuk bertindak, tapi untuk membuat perbedaan kita harus melakukan lebih dari sekedar mendengarkan suara terdalam kita – kita benar-benar perlu mengikuti apa yang disuarakannya.
Ring 6 - Bagaimana Cara Mendefinisi Ulang Kebahagiaan?
(Ketika kami memikirkan kebahagiaan, kami memikirkan perasaan yang mengisi ruangan pada malam itu; satu dari kegembiraan murni tanpa harapan atau definisi, sebuah kebahagiaan yang hanya dirasakan dan dipahami)
Menurut Aristotle, ada dua macam kebahagiaan.
Kebahagiaan hedonis. Yaitu jenis yang kita paling akrab. Adalah sentakan kebahagiaan yang kita rasakan saat kita menikmati makanan yang lezat, keceriaan saat menyusuri kemiringan saat ber ski, atau kenikmatan berjemur di pantai selama seminggu. Berhubungan dengan kelima panca indera.
Kebahagiaan eudaimonia. Yaitu kebahagiaan jiwa. Ditemukan pada aktivitas yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia untuk makna, hubungan, dan pengembangan diri, dan kebahagiaan itu membawa rasa keterikatan, kepuasan, dan pencapaian. Ini adalah kebahagiaan yang kita rasakan ketika menghabiskan waktu dengan orang tercinta atau ketika tumbuh dalam kelompok.
Kehidupan yang penuh itu adalah keseimbangan antara kebahagiaan hedonis dengan kebahagiaan eudaimonia. Kitalah yang pertama mengakui bahwa kita menikmati kesenangan dalam kehidupan seperti halnya orang lain.
Kita juga mendapat kebahagiaan dengan cara lain. Kadang-kadang lewat senyuman anak-anak yang kita bina di organisasi, kadang-kadang ketika melihat ibu menggendong bayi. Lainnya adalah menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman, bercanda tentang pengalaman terbaru kita.
Ring 7 - Apa yang Perlu Dilakukan untuk Mendefinisi Ulang Gagasan Mengenai Masyarakat?
Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Orang pertama yang hidup di bumi bisa bertahan bukan karena mereka hebat, tapi karena bekerja sama mencari makan dan tempat tinggal.
Semakin terspesialisasinya masyarakat menjadikan mustahil untuk hidup tanpa orang lain, baik dalam lingkungan kecil atau dunia. Fakta bahwa kita tidak menanam makanan kita sendiri, tidak membangun rumah kita sendiri, atau mengolah air kita sendiri adalah bukti bahwa kita tidak bisa hidup tanpa orang lain.
Masyarakat adalah tentang kerja sama, dalam gagasan, masalah sosial, membesarkan anak, mendorong masyarakat untuk menciptakan solusi praktis terhadap tantangan di abad ke depan. Memelihara Me to We dalam masyarakat adalah dengan menemukan ulang intisari dari apa yang menyatukan kita.
Bekerja bersama perlu menghubungkan kembali anggota masyarakat yang kita kenal dengan yang tidak kita kenal atau yang terpisah dari kita. Apakah itu supir bis yang membawa kita bekerja, tunawisma yang kita temui setiap hari, atau orang yang membutuhkan di bagian lain dunia.
Bekerja bersama adalah tentang menemukan apa yang memperkuat kita sebagai keluarga, siklus pertemanan, kelompok pekerja, sebuah lingkungan, sebuah bangsa, atau sebuah dunia, dan menjadikannya kenyataan. Pada dasarnya, hidup Me to We berarti menciptakan masyarakat yang cukup besar sehingga semua orang bisa tercakup.
Ring 8 - Kenapa Kita Perlu Menggeser Filosofi Me menjadi We (Me to We)?
(Banyak dari kita tumbuh mempercayai bahwa jika kita tidak mengurus diri kita sendiri maka tidak ada yang bisa. Kita khawatir bahwa gagasan mengenai kebersamaan hanyalah produk masa lalu, yang tidak relevan di dunia kita sekarang yang penuh persaingan)
Tidak ada yang bisa hidup sendiri; tidak memungkinkan. Kita butuh satu sama lain. Ketika bersama kita kuat. Kita juga saling memiliki.
Orang-orang punya alasan baik untuk bersama. Pemukiman adalah masyarakat yang saling terhubung secara manfaat. Tanpa kekuatan kolektif dari masyarakat, orang yang hidup sendiri akan kesulitan untuk menghidupi keluarga mereka. Masyarakat berbagi pengetahuan, tanggung jawab, dan kepemimpinan.
Dr. Dolderman adalah seorang profesor di bidang psikologi sosial di Universitas Toronto, meneliti bagaimana cara menggunakan kekuatan yang membantu individu menyadari potensi penuh mereka dan hidup lebih puas. Menurutnya, kebutuhan kita untuk “exist” harus berada pada tiga tingkatan yang penting, masing-masing memberikan fungsi yang berbeda.
Pertama, kita harus memiliki rasa berharga dan tidak merasa kesepian, yang bisa kita dapatkan melalui hubungan kita yang paling intim.
Kedua, kita perlu merasakan rasa saling terhubung yang mendalam dengan orang lain yang kita dapatkan melalui jaringan pertemanan dan hubungan keluarga.
Terakhir, kita harus tahu identitas sosial kita. Kita masuk kelompok yang mana.
Satu dari hadiah terbesar dalam membantu orang lain adalah menemukan tujuan dan makna dalam kehidupan. Yaitu, sesuatu yang integral dengan pemahaman pribadi kita mengenai keyakinan dan spiritualitas.
Membantu orang lain mengarahkan kita untuk menemukan ulang hubungan kita dengan dunia, dan saat banyak orang meragukan keyakinan mereka, tindakan-tindakan amal bisa menyegarkan harapan dan keyakinan.
Ring 9 - Bagaimana Membantu Orang Lain untuk Berkembang?
Kemampuan untuk membuat perubahan positif adalah dalam diri kita masing-masing, tidak peduli asal kita, perbuatan di masa lalu, tinggal di mana, ras kebangsaan kita. Semua itu tidak penting. Yang penting adalah kita bertindak, bukan untuk menolong diri sendiri, namun agar menyadari bahwa kesenangan terbesar adalah bisa memberikan perbedaan atas kehidupan orang lain.
Jika kita mengambil dari masyarakat lebih dari yang kita beri, maka kita semua akan rugi. Namun, jika kita membantu masyarakat kita untuk berkembang maka kita semua akan mendapatkan manfaat. Me to We berpusat pada rasa dari skenario kedua ini.
Jika Anda ingin terlibat secara sosial, ketujuh langkah ini dijamin bisa membantu Anda mengambil tindakan.
- Pilih masalahnya. Masalah sosial apa yang Anda tahu? Apakah perubahan iklim, tunawisma, buta huruf, buruh anak, atau lainnya?
- Lakukan riset. Pengetahuan adalah kekuatan. Jika Anda paham masalahnya dari a sampai z, saat Anda mengkomunikasikan gagasan, pengetahuan akan memberikan jawaban maupun peluang.
- Bentuk tim. Bicara kepada teman, keluarga, pembimbing. Buat mereka bersemangat dan tertarik. Dengan tim solid yang terdiri dari pemimpin yang berdedikasi, tidak ada masalah yang terlalu sulit; Anda akan sukses bersama-sama.
- Adakan pertemuan pertama. Berkumpul dengan teman untuk berbagi gagasan dan keahlian. Pastikan setiap orang punya kesempatan untuk bicara dan membantu mengambil keputusan.
- Buat rencana tindakan. Inilah saat Anda menyatukan gagasan. Kumpulkan cara-cara yang menyenangkan dan kreatif untuk memotivasi orang di lingkungan Anda yang kira-kira akan menjadi sasaran Anda.
- Bertindaklah ... dan bercermin pada apa yang Anda pelajari. Lakukan dengan sepenuh hati, tim Anda mencerminkan keberhasilan dan tantangan sehingga Anda bisa belajar dari kesalahan dan berbuat lebih baik ke depannya.
- Bersenang-senanglah. Proyek yang berhasil itu pasti menyenangkan. Jadi bersenang-senanglah dan rayakan pencapaian Anda.
Craig Kielburger adalah pendiri dan ketua dari Free The Children dan salah satu pendiri dari Leaders Today. Craig telah menerima anugerah Nelson Mandela Human Rights, World Economic Forum GLT Award, World’S Children’s Prize untuk hak asasi anak-anak, Roosevelt Freedom Medal, Governor General’s Medal of Meritorious Service, the State of the World Forum Award, dan dua gelar doctoral kehormatan. Dia telah tiga kali dinominasikan untuk penerima hadiah nobel.
Marc Kielburger adalah lulusan Harvard dan Sarjana Rhodes dengan gelar sarjana hukum dari Universitas Oxford. Dia adalah salah satu pendiri dan direktur kepala eksekutif dari Leader Today dan direktur eksekutif kepala untuk Free the Children. Marc adalah kolumnis untuk The Toronto Star, Koran paling terkenal di Kanada. Dia adalah salah satu penerima anugerah termuda dari komunitas bisnis Kanada, Top 40 Under 40 Award.
Selesai membaca buku ini, Jesse yang telah mendapatkan pencerahan, mengutip beberapa hal yang menurutnya penting, yaitu:
- Kenyataannya orang dengan standar kehidupan yang relatif rendah bisa lebih bahagia daripada mereka yang hidup lebih mewah.
- Jika uang itu sendiri tidak mengarahkan pada kebahagiaan, begitu juga yang sering kita korbankan untuk mendapatkannya: waktu.
- Ukurlah kesuksesan Anda dengan berapa banyak kehangatan yang Anda berikan dan senyuman yang Anda pancarkan ke wajah orang-orang.
- Pada dasarnya, melatih rasa syukur adalah dengan melatih pikiran Anda untuk memperhatikan, merasakan, dan mengingat aspek positif dalam kehidupan. Bukan berarti menipu diri sendiri.
- Kitalah yang pertama mengakui bahwa kita menikmati kesenangan dalam kehidupan seperti halnya orang lain.
- Bekerja bersama perlu menghubungkan kembali anggota masyarakat yang kita kenal dengan yang tidak kita kenal atau yang terpisah dari kita.
- Jika kita mengambil dari masyarakat lebih dari yang kita beri, maka kita semua akan rugi. Namun, jika kita membantu masyarakat kita untuk berkembang maka kita semua akan mendapatkan manfaat
Terima kasih telah menyimak BaRing kali ini, semoga manfaatnya bisa Anda rasakan juga. Sukses selalu. Sampai bertemu di BaRing selanjutnya. Jika ada masukan dan ide untuk Baring.Digital, silakan email kami di ingat@baring.digital
Rekomendasi Baring Lainnya