How to be Parent You always Wanted to be
Adele Faber & Elaine Mazlish
Teks tersedia
Audio tersedia
-
Plot
-
Ring 1
-
ring 2
-
ring 3
-
ring 4
-
ring 5
-
Kesimpulan
-
Full Dering
Nita dan keluarganya baru saja merayakan ulang tahun anaknya yang pertama. Saat mengabadikan momen anaknya meniup lilin, benaknya teringat pada saat anak itu lahir.
Ia sangat tidak menyangka waktu begitu cepat berlalu. Kini anaknya sudah 7 tahun. Tentu saja tantangan menjadi orangtua akan semakin berat setelah ini. Begitu pikirnya.
Terbayang berbagai macam bayangan tentang anaknya yang membuatnya ngeri, seperti bagaimana kalau anaknya susah diatur, bagaimana kalau anaknya nakal, bagaimana kalau anaknya dibully dan jadi tak PD, dst.
“Kalau nggak diasuh yang benar, bakalan ngaruh besar buat masa depannya,” gumamnya dalam hati. Tapi, ia bingung bagaimana mengasuhnya. Haruskah ia mendidik dengan keras? Haruskah ia mengawasi anaknya dengan ketat? Haruskah ia membatasi pergaulan anaknya? Atau, haruskah ia menjadi teman bagi anaknya?
Semua pertanyaan itu mendorongnya untuk membaca buku “How to be the Parent You Always Wanted to Be” karya Adele Farber dan Elaine Mazlish.
Ia sangat berharap bisa menemukan banyak insight di buku tersebut yang ia bisa jadikan referensi dalam mendidik anaknya.
Yuk, temani perjalanan Nita dengan mengikuti Baring berikut ini.
Ring 1 - Bagaimana agar anak mau mendengarkan dan menuruti permintaan saya sebagai orangtuanya?
Beberapa cara yang cukup berguna untuk meminta anak melakukan sesuatu antara lain:
- Gambarkan: Susie, kulit pisangnya ada di lantai
- Cukup satu kata: Susie, kulit pisangnya.
- Gambarkan perasaan: Saya jengkel kalau kulit pisang ada di lantai dapur.
- Beri informasi: Kulit pisang bisa membuat terpeleset. Seharusnya ini ada di tempat sampah.
- Beri pilihan: Kamu bisa buang di tempat sampah yang di dapur atau di luar.
Yang terakhir adalah memberi catatan.
Berikut ini beberapa respons yang bisa memancing kerjasama dan akhirnya orangtua dan anak merasa baik kepada dirinya masing-masing.
- Gambarkan: Keran masih mengalir
- Beri informasi : Bahkan tetesan kecil bisa membuang bergalon-galon air setiap harinya.
- Tawarkan pilihan: Kamu bisa tutup keran dengan tangan kiri atau tangan kanan.
- Cukup satu kata: Kerannya!
- Gambarkan perasaan: Saya jadi terganggu kalau ada air yang berharga ini terbuang percuma.
- Buat catatan: Jika kamu dengar cir, cir, cir; cepat kesana air mengalir; simpan untuk lain hari.
Dan berikut ini beberapa contoh respons yang tidak membantu terhadap anak yang meninggalkan keran air di kamar mandi menyala.
- Siapa yang tidak menutup keran?
- Berapa kali saya bilang supaya kerannya ditutup?
- Kenapa kamu ceroboh sekali?
- Karena orang macam kamulah kita nanti akan kekurangan air.
Ring 2 - Bagaimana mendisiplinkan anak?
Banyak orangtua meyakini bahwa cara untuk mendisiplinkan anak yang bertingkah buruk adalah dengan menghukum. Mereka sangat yakin bahwa ini adalah satu-satunya cara anak “belajar”.
Tapi kebanyakan anak tidak bereaksi sesuai harapan atas hukuman.
Beberapa anak berpikir: Ibu kejam! Nanti saya balas.
Anak lainnya berpikir: Memangnya kalau tidak boleh nonton TV saya takut?. Nanti saya lakukan lagi. Yang penting jangan sampai ketahuan.
Anak lain berpikir: Saya nakal. Saya pantas dihukum.
Bagaimana orangtua memotivasi anak-anak mereka untuk bersikap bertanggung jawab? Adakah alternatif selain hukuman? Salah satu alternatifnya adalah duduk bersama si anak dan bersama-sama memecahkan permasalahan. Berikut beberapa langkah pemecahan masalah:
Langkah 1. Dengarkan dan akui perasaan dan kebutuhan anak. Jangan mengkritik apa yang dia katakan. Dorong dia untuk mengungkapkan perasaannya. Ulas kembali sudut pandang anak Anda.
Langkah 2. Katakan perasaan dan kebutuhan Anda (sebaiknya bagian ini singkat)
Langkah 3. Ajak anak Anda untuk bersama-sama mencari solusi.
Langkah 4. Tulis semua ide. Jangan berkomentar baik atau jelek (jika memungkinkan, biar si anak yang mulai duluan).
Langkah 5. Tentukan ide mana yang tidak bisa dipenuhi, dan mana yang bisa dipenuhi, dan bagaimana langkah-langkah realisasinya.
Sebagai orangtua, kita menyadari bahkan rencana paling sempurna tidaklah permanen. Cara yang berhasil diterapkan pada anak usia 5 tahun belum tentu berhasil diterapkan pada anak 7 tahun.
Hidup adalah proses adaptasi tanpa henti. Selalu ada permasalahan baru yang harus diatasi. Dengan melibatkan anak kita dalam mencari solusi, kita memberi mereka sarana untuk membantu mereka memecahkan permasalahan yang mereka hadapi sekarang – di rumah – dan masa depan yang menanti mereka.
Ring 3 - Bagaimana berkomunikasi yang efektif dengan anak?
Kunci untuk membangun komunikasi yang efektif dengan anak adalah, mengakui perasaan dan sudut pandang mereka. Dengan mengakui perasaan dan sudut pandang mereka, Anda bisa berbicara dengan mereka dimulai dari sudut pandang mereka.
Berikut beberapa contoh bagaimana mengakui perasaan mereka. (TM: Respons yang tidak membantu; M: Respons yang membantu).
1. Anak: “Saya tidak mau main dengan Susie lagi”
TM: “Jangan begitu. Susie kan teman baikmu.”
M: “Dia pasti sudah bikin kamu marah, ya, sampai kamu tak mau main dengannya lagi?”
2. Anak: “Kenapa adik dapat banyak kado ulang tahun?”
TM: “Kan, nanti kalau kamu ulang tahun, kamu dapat kado tapi adik tidak dapat.”
M: “Mama tau pasti rasanya iri lihat adik kamu dapat hadiah sebanyak itu. Kamu mau kalau ulang tahun juga dapat kado yang banyak?”
3. Anak: “Lukisan saya jelek.”
TM: “Tidak, indah kok.”
M: “Sepertinya kamu tidak puas dengan hasil lukisan kamu?”
(Kadang-kadang kita bisa terjebak dalam situasi dimana kita tidak bisa berbuat apa-apa atau tidak punya jawaban yang baik. Tapi indahnya situasi tersebut adalah bahwa kita biasanya bisa menemukan cara supaya situasi tersebut tidak terulang lagi).
Ring 4 - Bagaimana menangani anak yang susah diatur? Bolehkah saya memarahinya?
Menjadi orangtua adalah pekerjaan dengan tingkat stress yang tinggi. Anak-anak bisa sangat menjengkelkan. Memaksa diri kita sendiri untuk tidak merasakan yang ingin kita rasakan hanya menambah kemarahan dan kesedihan. Tantangannya adalah menemukan cara untuk mengekspresikan kemarahan kita dengan cara yang membuat kita merasa lega dan tidak merusak anak-anak kita.
Berikut beberapa cara untuk mengekspresikan kemarahan tanpa merusak anak:
1. Lari selamatkan dirimu!
Metode ini diperlihatkan oleh Dr. Haim Ginott, seorang psikolog anak yang memimpin sebuah kelompok bimbingan orangtua.
Pada dasarnya ini adalah metode untuk mengekspresikan kemarahan orangtua dengan menaikkan tangan yang memberi kesan mengancam, dan berbicara dengan keras kepada anak.
Sebagai contoh, dengan berkata: “Saya sangat marah.... MARAH SEKALI, saya ingin memukul ... cepat lari sana selamatkan diri!”
Mungkin pada awalnya cara itu dianggap lelucon. Tapi cara ini sudah dibuktikan efektif oleh salah satu orangtua yang bergabung di kelompok tersebut.
Orangtua itu bercerita bahwa dia menggunakan teknik ini kepada anak laki-lakinya yang berusia enam tahun. Dia marah karena anaknya membangunkan adiknya yang masih bayi dan membuatnya menangis.
Anak itu lari dan beberapa menit kemudian mengintip dan berkata, “Bolehkah aku masuk kamar sekarang? “TIDAK BOLEH” kata ibunya dengan keras “Tidak boleh sampai saya bisa membantu menenangkan adik kamu.”
Setelah itu dia melihat anaknya berjalan dengan selimut di kepala, membuat suara-suara konyol, dan bermain cilukba dengan adiknya. Adiknya tertawa setiap kali dia mengibaskan selimut itu di kepalanya.
2. Sampaikan dengan satu kata
Daripada menceramahi panjang lebar, kita bisa meneriaki apa yang membuat kita jengkel dengan satu kata:
Jeff, Jaketnya!
Jeff, musiknya!
Musik!... Volume! ... Telinga saya!
Meneriaki dengan satu kata bisa membuat kita lega dan mendapatkan perhatian anak. Meneriaki juga memberi anak kesempatan untuk memberitahu dirinya sendiri apa yang harus dilakukan.
3. Katakan yang tidak Anda suka, tambahkan hal yang Anda harapkan
- Saya tidak suka ekor kucing itu ditarik-tarik! Saya mengharapkan sikap baik kepada binatang! Dan kamu bisa mulai sekarang!
- Saya tidak suka semua kentang itu hanya untuk satu orang! Saya mengharapkan setiap orang memastikan kalau kita semua mendapatkan bagian yang adil.
4. Gunakan kata-kata yang berat
Pertimbangkan juga saran Dr. Ginott untuk menggunakan kemarahan Anda untuk menambah perbendaharaan kata anak-anak Anda.
Anda bisa merasa lega secara emosional dan anak Anda akan lebih baik nantinya dalam ujian masuk perguruan tinggi. Kata-kata seperti kesal hati... murka... cemas... dan sebagainya.
“Saya merasa murka!”
5. Gambarkan masalahnya dan silakan berteriak
- Tiga orang masih menunggu giliran mandi!
- Baru saja lantainya dipel. Sekarang sudah kotor aja.
6. Tegaskan aturan, ikuti dengan pilihan, jika perlu, ambil tindakan.
Contoh, anak Anda memasukkan satu sendok makan ke mulut, menyemburkannya, dan tertawa. Maka, tegaskan aturan: Jangan menyemburkan makanan di meja makan! Itu membuat ibu kesal.
Jika masih dilakukan? Ikuti dengan pilihan: Nak, sekarang pilih: 1. Jika kamu tidak mau bersikap baik, kamu bisa meninggalkan meja dan bermain di kamarmu”. 2. Jika kamu masih lapar, kamu bisa tetap di sini dan makan tanpa menyemburkan makanan. Sekarang, apa pilihanmu?
Jika ternyata masih dilakukan lagi, ambil tindakan (Misalnya dengan menggandeng anak Anda dengan kuat, dan memindahkannya ke kamarnya sambil berkata): mungkin menurut kamu ini lucu, tapi bagi Mama tidak lucu. Sekarang Mama lihat kamu sudah tidak lapar lagi.
Apa yang perlu diperhatikan adalah, kata “kamu”. Saat kita marah, hormon stres membanjiri tubuh kita. Kita merasakan dorongan sangat kuat untuk menyerang. Kata pertama yang ingin keluar dari mulut kita adalah “kamu”.
Kata “kamu” yang cukup menohok akan menusuk seperti pisau. Bukannya berpikir apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya, si anak akan berfokus untuk membela diri dan menyerang balik.
Jika memungkinkan, gantilah kata “kamu” (atau sejenisnya) dengan “saya”.
Posisikan diri Anda sebagai anak. Ganti ucapan di kolom (a) dengan ucapan di kolom (b):
a) Kamu itu pengganggu sekali!
b) Saya perlu istirahat!
a) Kamu nakal!
b) Saya marah!
a) Kamu kasar sekali! Kamu selalu menyela!
b) Saya jadi sangat frustasi jika bicara dipotong terus! Saya jadi sulit berpikir!
Ring 5 - Bagaimana membantu anak meningkatkan kepercayaan diri?
Jika ingin mendorong anak-anak kita untuk yakin pada diri mereka sendiri, supaya terus berjuang, kita harus menyingkirkan kata-kata yang mengevaluasi, seperti “baik”, “hebat”, “fantastik”, atau “terbaik”.
Kita bisa mulai membiasakan untuk sekedar menggambarkan. Anda bisa menggambarkan yang Anda lihat atau rasakan.
Berikut ini beberapa contoh menggambarkan apa yang Anda lihat:
- “Kamu terus fokus pada permasalahan sampai kamu mengatasinya.”
- “Hey, kamu bisa melempar bola masuk ke keranjang.”
- “Biarpun sibuk, tapi kamu membantu adikmu dengan PR nya.”
Berikut beberapa contoh untuk menggambarkan apa yang Anda rasakan:
- “Saya suka lukisan kamu. Membuat saya bahagia dan damai.”
- “Setiap teringat leluconmu, saya pasti tertawa.”
Hasil dari menggambarkan apa yang Anda lihat dan rasakan itu seperti sulap. Tidak hanya mengakui upaya anak-anak kita, tapi membantu mereka lebih percaya diri.
Hal terbaiknya adalah, menggambarkan apa yang Anda lihat dan rasakan memberi mereka keberanian dan motivasi untuk meneruskan upaya mereka.
Cara lain untuk memuji tanpa menilai adalah dengan meringkas apa yang Anda lihat dalam beberapa kata. Berikut contohnya:
- “Kamu tidak berhenti mengerjakan sampai mengerti setiap kata. Itu namanya tekun”
- “Kamu mengumpulkan daun dan membungkusnya, tanpa diminta. Itu namanya bertanggung jawab”
Tapi bagaimana kalau tidak ada yang bisa dipuji? Misal saja sudah hampir saatnya berangkat sekolah, dan dia masih belum siap. Ini biasanya adalah saat dimana godaan sangat besar untuk mengatakan kesalahan si anak.
“Kamu kok lama sekali tidak siap-siap!”, “Lihat, kamu masih belum pakai sepatu!”, “Kalau seperti ini kamu bisa telat!” Dan seterusnya.
Namun, kita bisa membaliknya dan membiasakan untuk menggambarkan hal-hal apa saja yang sudah mereka capai, sekecil apapun: “kamu sudah berpakaian, sudah sarapan, sudah menggosok gigi, sekarang tinggal pakai kaus kaki dan sepatu dan siap berangkat”
(Dengan menunjukkan hal-hal yang sudah mereka capai, besar atau kecil, kita memberikan anak kita keberanian untuk terus berusaha)
Bagaimana kalau benar-benar tidak ada apapun yang bisa dipuji?
Misalnya, Anda memiliki anak yang super sensitif yang “hancur lebur” setiap kali dia melakukan kesalahan. Anda bisa bantu dia menyadari bahwa kesalahan bisa menjadi penemuan yang penting.
“Kamu berhasil!” kata seorang ibu kepada anaknya yang merasa bersalah setelah blender yang ia nyalakan tumpah isinya karena ia tidak menutupnya.
Anak itu berhenti menangis dan memandang keheranan dengan respons si ibu. Pelan-pelan, si ibu menjelaskan “Kamu berhasil tahu kalau menyalakan blender tanpa menutupnya bisa membuat jusnya tumpah ke mana-mana!”
Adele Faber dan Elaine Mazlish adalah pakar yang sudah diakui secara internasional dalam bidang komunikasi antara orang dewasa dan anak. Adele Faber dan Elaine Mazlish telah mendapatkan banyak pujian dan penghargaan dari para orangtua dan pihak-pihak pendukung pada komunitas profesional.
Demikianlah bagaimana Nita mendapatkan insight dari buku “How to be the Parent You Always Wanted to Be.” Jika diringkas, berikut beberapa di antaranya:
- Agar anak mau mendengarkan & melakukan kemauan orangtua, orangtua perlu memintanya tanpa memerintah seperti, menggambarkan perasaan Anda yang membuatnya berinisiatif untuk bertindak, atau menggambarkan situasi/masalah yang Anda alami sedemikian sehingga menimbulkan simpatinya.
- Untuk mendispilinkan anak, orangtua tidak perlu memberikan hukuman. Sebaliknya, ajak anak untuk berkomunikasi dan mencari solusi bersama-sama.
- Untuk bisa berkomunikasi efektif dengan anak, kuncinya adalah mengakui perasaan si anak. Dari mengakui perasaan, maka anak akan lebih terbuka dengan Anda.
- Untuk menangani anak yang susah diatur, Anda boleh memarahinya. Tapi yang perlu diperhatikan, gunakan cara-cara memarahi yang tidak merusak psikologis si anak.
- Untuk membangkitkan kepercayaan diri anak hindari memuji kecerdasan, kemampuan, dan prestasinya. Sebagai gantinya, berikan gambaran yang menjelaskan perasaan Anda terhadap tindakan anak Anda.
Terima kasih telah menemani perjalanan Nita, semoga perjalanan ini bermanfaat untuk Anda. Sampai bertemu di Baring selanjutnya.
Jika ada ide dan masukan silakan email ke ingat@baring.digital
Rekomendasi Baring Lainnya